Studi Baru Menunjukkan BYD Menerima Subsidi Pemerintah Tiongkok USD.3,7 Miliar Demi Merebut Pasar Global

 oleh Xia Yu

Sebuah studi baru menunjukkan bahwa sebagai bagian dari upaya rezim Beijing untuk mendominasi penjualan kendaraan listrik dan teknologi ramah lingkungan lainnya di pasar internasional, produsen mobil yang telah go public “BYD Co.” telah menerima setidaknya EUR.3,4 miliar (setara USD.3,7 miliar) dalam bentuk subsidi langsung pemerintah Tiongkok.

Sebuah studi baru yang diterbitkan pada Rabu (10 April) oleh Kiel Institute for the World Economy, Jerman menunjukkan bahwa Beijing memberikan subsidi besar-besaran kepada industri dalam negeri, terutama dalam teknologi ramah lingkungan seperti kendaraan listrik atau tenaga angin. Diperkirakan total subsidi yang diberikan pemerintah Tiongkok tiga hingga sembilan kali lipat dibandingkan Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (Organisation for Economic Co-operation and Development, OECD) lainnya seperti Amerika Serikat atau Jerman. 

Menurut analisis data baru, salah satu penerima manfaat utama adalah produsen kendaraan listrik BYD, yang telah menyebabkan perluasan teknologi dan kemampuan produksi BYD secara signifikan serta peningkatan daya saingnya.

Misalnya, sebagaimana yang diperkirakan oleh Kiel Institute, bahwa subsidi langsung kepada BYD pada tahun 2020 mencapai sekitar EUR.239 juta (setara USD.220 juta). Namun pada tahun 2022, jumlah subsidi langsung ini melonjak menjadi EUR.2,3 miliar (setara USD.2,1 miliar). 

Secara total subsidi langsung yang diterima BYD antara 2018 hingga 2022 telah mencapai lebih dari EUR.3,7 miliar (setara USD.3,4 miliar). Sehingga pengaruh subsidi terhadap laba usaha BYD adalah langsung naik dari 1,1% pada 2020 menjadi 3,5% pada 2022.

“Selain itu, BYD menerima premi pembelian kendaraan listrik yang jauh lebih tinggi di Tiongkok dibandingkan pabrikan dalam negeri lainnya seperti Guangzhou Automobile Group, atau Tesla, perusahaan asing yang memproduksi mobil listrik secara lokal, dan perusahaan patungan Volkswagen”, demikian disebutkan dalam laporan studi tersebut.

99% lebih perusahaan terdaftar di Tiongkok menerima subsidi langsung dari otoritas Tiongkok

Kiel Institute di Jerman juga menyediakan layanan konsultasi bagi pemerintah Jerman. Dirk Dohse, salah seorang penulis laporan menunjukkan, bahwa subsidi pemerintah Tiongkok sangat umum di Tiongkok. Pada tahun 2022, lebih dari 99% perusahaan go public menerima subsidi langsung dari pemerintah Tiongkok yang memang menggunakan subsidi secara strategis untuk mendorong persaingan dalam teknologi-teknologi di pasar internasional.

Studi tersebut menunjukkan bahwa pemerintah Tiongkok mengkombinasikan sejumlah dukungan negara seperti akses istimewa terhadap bahan baku penting, memaksa perusahaan asing untuk mentransfer teknologi, perlakuan istimewa dalam pengadaan publik dan prosedur administrasi, dan lain-lain dalam upayanya agar perusahaan Tiongkok dapat dengan cepat berekspansi ke berbagai sektor teknologi ramah lingkungan, yang mana bertujuan mendominasi pasar Tiongkok dan terus melakukan penetrasi ke dunia luar, termasuk pasar di Uni Eropa.

Kiel Institute menyebutkan bahwa subsidi yang diberikan kepada BYD “memungkinkan perusahaan-perusahaan Tiongkok dengan cepat memperluas penjualan, mendominasi pasar Tiongkok dan memfasilitasi ekspansinya ke pasar Uni Eropa”.

Dirk Dohse mengatakan : “Namun, angka-angka ini jelas meremehkan skala dan cakupan sebenarnya dari subsidi teknologi ramah lingkungan yang dilakukan pemerintah Tiongkok”. 

Dia mengambil contoh seperti BYD yang menstimulasi permintaan dengan memberikan subsidi kepada produsen baterai dengan menurunkan harga input, serta subsidi kepada pembeli kendaraan listrik murni.

Pemasok turbin angin terkemuka di Tiongkok seperti Goldwind Technology dan Mingyang Wind Power juga mendapat manfaat signifikan dari subsidi pemerintah Tiongkok. Mengambil contoh Mingyang, subsidi yang diperoleh Mingyang meningkat dari EUR.20 juta pada tahun 2020 menjadi EUR. 52 juta pada 2022. 

Studi tersebut mengungkapkan bahwa pemerintah Tiongkok memiliki tujuan yang jelas untuk menggapai pemimpin pasar dalam dunia teknologi ramah lingkungan seperti kendaraan listrik dan turbin angin.

Menghimbau Kanselir Jerman bernegosiasi dengan PKT selama kunjungannya ke Tiongkok

Uni Eropa menghadapi seruan untuk menyeimbangkan kembali perdagangan dengan Tiongkok karena negara-negara termasuk Perancis telah memperingatkan bahwa masuknya produk-produk buatan Tiongkok ke pasar Uni Eropa merupakan ancaman terhadap perekonomian. 

BYD dan NIO, serta Geely Auto, melakukan ekspansi di Eropa, sementara pabrikan Barat seperti Tesla dan Volkswagen terpaksa kehilangan pangsa pasar dalam perang harga yang sengit untuk kendaraan listrik.

Uni Eropa telah menyiapkan dana inovasi sebesar EUR. 40 miliar untuk bersaing dengan Tiongkok. Pada bulan Oktober tahun lalu, Komisi Eropa meluncurkan penyelidikan mengenai apakah bantuan Partai Komunis Tiongkok kepada perusahaan-perusahaan seperti BYD, SAIC Motor dan Geely memberikan keuntungan yang tidak adil bagi industri Tiongkok. Karena itu, pengenaan tarif tambahan yang dibuat pada saat itu akan mulai diberlakukan pada awal bulan Juli tahun ini.

Wang Wentao, Menteri Perdagangan Tiongkok menolak mengakui peran subsidi Tiongkok, dengan alasan bahwa produsen mobil listrik Tiongkok mengandalkan “inovasi teknologi berkelanjutan” dan rantai pasokan lokal yang lebih maju.

Dirk Dohse mengatakan bahwa kunjungan Kanselir Jerman Olaf Scholz ke Tiongkok minggu depan adalah kesempatan baik untuk bernegosiasi dengan Beijing mengenai hal subsidi ini.

BYD mengklaim bahwa laba bersih tahun 2023 sekitar RMB. 30 miliar (setara USD. 4,2 miliar),  dan penjualan mobilnya di Tiongkok juga dengan harga yang lebih murah dibandingkan dengan mobil pabrikan Barat. Seperti tipe Hatchback Seagull buatan BYD dengan layar sentuh berputar 10 inci, hanya dijual dengan harga di bawah USD.10.000,-. (sin)