Pakar : Harga Murah adalah Kata Kunci untuk China Canton Fair 2024 

oleh Li Haoyue

Pameran perdagangan terbesar Tiongkok 2024 akan dibuka pada Senin (15 April) di Kota Guangzhou Tiongkok. Para ahli mengatakan, kata kunci dari Canton Fair tahun ini adalah “harga murah”.

Akibat kelebihan kapasitas industri di Tiongkok, terutama bagi produsen dengan tingkat teknis yang lebih rendah, demi persaingan dalam merebut pangsa pasar, mereka mau tak mau harus terlibat dalam perang harga dengan terus menerus menekan harga produksi. Karena itu, pabrik-pabrik ini telah terjebak dalam deflasi untuk waktu yang lama.

Pejabat Tiongkok memperkirakan bahwa akan ada sekitar 93,000 pembeli asing yang hadir dalam pameran perdagangan yang berlangsung selama 3 pekan untuk meninjau hasil produk dari 28,600 peserta pameran di stan seluas 1,5 juta meter persegi (setara dengan 280 lapangan sepak bola). Namun, dilihat dari fakta yang terjadi terhadap “Canton Fair 2023” yang diklaim oleh otoritas penyelenggara sebagai pameran perdagangan produk Tiongkok terbesar dalam sejarah, warga asing yang hadir hanya sedikit sekali, bahkan nyaris tidak tampak warga yang berasal dari Eropa dan Amerika Serikat.

Saat “Canton Fair ke-135” dibuka minggu depan, para pejabat Partai Komunis Tiongkok sedang berusaha membuat penyesuaian kebijakan strategis demi mempercepat alokasi sumber daya ke kompleks manufaktur untuk meningkatkan nilai, dan menjauhi industri real estat yang sedang dilanda krisis.

Langkah Tiongkok ini telah membuat khawatir Washington dan Brussels, dimana Reuters melaporkan bahwa para pejabat AS dan Uni Eropa khawatir bahwa industri negara mereka akan tidak mampu bersaing dalam situasi penekanan harga yang disebabkan oleh kelebihan kapasitas industri Tiongkok yang besar.

Selama kunjungannya baru-baru ini ke Tiongkok, Menteri Keuangan AS Janet Yellen memperingatkan bahwa kelebihan kapasitas industri yang terjadi di bawah sistem ekonomi Partai Komunis Tiongkok akan membahayakan kepentingan perusahaan asing. 

“Ketika pasar global dibanjiri dengan produk-produk murah Tiongkok, kelangsungan hidup perusahaan AS dan perusahaan asing lainnya terancam,” katanya.

Reuters mengutip ucapan Chen Zhiwu, seorang profesor keuangan di Fakultas Bisnis Universitas Hongkong memberitakan, bahwa kata kunci Canton Fair tahun ini adalah “harga murah”.

Ia berkata : “Karena permintaan barang dalam negeri Tiongkok jauh lebih rendah dari biasanya dan sebagian besar industri mengalami kelebihan kapasitas yang parah, produsen terpaksa memotong harga agar barang bisa diekspor.”

Terlepas dari banyaknya hype seputar kebangkitan Tiongkok dalam energi ramah lingkungan, ekspor dari apa yang disebut sebagai “tiga industri baru” Tiongkok – kendaraan listrik, baterai, dan energi surya – hanya menyumbang 4,5% dari total pengiriman tahun lalu. Karena alat produksi dari sebagian besar pabrik masih kurang canggih, ditambah dengan lesunya permintaan dalam negeri, maka produsen terjebak dalam perang harga, terpaksa menurunkan harga dalam upayanya untuk mendapatkan pesanan ekspor yang terbatas.

Menurut Reuters, Kris Lin, seorang pengusaha yang sering menghadiri Canton Fair dan memiliki pabrik produk lampu di bagian timur Provinsi Zhejiang, menghabiskan puluhan ribu yuan untuk menyewa stan tahun ini, namun ia tidak menaruh ekspektasi tinggi terhadap kehadirannya dalam pameran.

“Dalam beberapa tahun terakhir, semakin sedikit pembeli Eropa dan Amerika Serikat yang datang ke stan kami untuk meninjau produk,” ujarnya.

“Beberapa tahun silam, pembeli dari supermarket besar di Barat akan mengirim 5 hingga 8 orang untuk meninjau produk kami. Mereka berpakaian necis. Namun dalam beberapa tahun terakhir, saya hanya melihat satu atau dua orang saja, dan mereka cuma datang untuk melihat-lihat saja”, tambahnya.

Canton Fair terakhir diadakan pada Oktober tahun lalu, dan menghasilkan kesepakatan transaksi sekitar USD.22,3 miliar, meningkat 2,8% dari pameran pada April 2023. Pameran yang diadakan pada bulan April tahun lalu merupakan yang pertama setelah tiga tahun Tiongkok memberlakukan lockdown ketat epidemi. Namun jumlah ini masih jauh di bawah volume tahun-tahun sebelum COVID-19 yang nilainya bisa mencapai sekitar USD.30 miliar.

Mengingat deflasi harga produsen di Tiongkok, angka yang lebih rendah mungkin lebih mencerminkan penurunan nilai dibandingkan penurunan volume. Data yang dirilis oleh Administrasi Umum Kepabeanan Tiongkok pada hari Jumat (12 April) menunjukkan bahwa, jumlah ekspor dan impor Tiongkok pada bulan Maret kembali menyusut, yang semakin menyoroti penderitaan yang dialami para eksportir Tiongkok. (sin)