Kerugian Akibat Bencana Alam di Asia-Pasifik 2023 Mencapai USD.65 Miliar, Tiongkok Paling Parah

oleh Ji Yuan

Laporan terbaru dari “Aon”, sebuah perusahaan yang menawarkan berbagai macam produk mitigasi risiko keuangan menunjukkan, bahwa kerugian ekonomi yang disebabkan oleh bencana alam di kawasan Asia-Pasifik pada 2023 telah melonjak mencapai USD.65 miliar, kerugian terbesar terjadi terutama disebabkan oleh bencana banjir di Tiongkok dan kekeringan di India.

CNBC melaporkan bahwa hanya 9% dari total kerugian, atau sekitar USD.6 miliar yang ditanggung oleh asuransi, lebih rendah dari USD.15 miliar yang merupakan angka rata-rata abad ke-21.

Laporan menyebutkan bahwa banjir telah menjadi bencana terbesar yang mengancam kawasan Asia-Pasifik selama 4 tahun berturut-turut, dan menimbulkan lebih dari 64% dari total kerugian 2023. Sejak 2010, kerugian akibat banjir tahunan telah mencapai lebih dari USD.30 miliar.

Disebutkan bahwa di kawasan Asia-Pasifik Tiongkok adalah negara yang menderita kerugian paling besar yakni USD.32,2 miliar, terutama yang ditimbulkan dari banjir.

Hongkong, Korea Selatan, India, dan Pakistan juga mengalami banjir parah dan curah hujan tertinggi sepanjang 2023. Banjir yang terjadi di wilayah Asia Selatan khususnya, telah menewaskan hampir 2.900 orang.

Laporan “Aon” mencatat bahwa sejak 2010, kerugian terkait banjir telah mencapai lebih dari USD.30 miliar setiap tahunnya.

Laporan “Aon” juga menyoroti soal ancaman kenaikan suhu dan gelombang panas tak terduga yang menyebabkan kekeringan di Tiongkok dan India. Laporan menyebutkan bahwa meskipun gelombang panas adalah salah satu risiko yang paling mematikan, namun secara historis risiko ini menjadi titik buta bagi industri asuransi.

Perusahaan asuransi mengatakan, gempa bumi juga menimbulkan kerusakan signifikan. Misalnya saja gempa bumi yang terjadi di Provinsi Herat, Afghanistan pada Oktober 2023, juga gempa di Provinsi Gansu, Tiongkok pada bulan Desember tahun lalu, yang masing-masing memakan korban hampir 1.500 jiwa dan menghancurkan lebih dari 200.000 bangunan rumah.

“Ketika cuaca ekstrem terjadi, perusahaan semakin perlu mengadakan pengukuran ilmiah dan cara untuk mengatasi dampak dari risiko iklim”, kata George Attard, CEO, Reinsurance Solutions, Asia Pacific · Aon

Perubahan iklim biasanya tidak dicantumkan sebagai risiko penting bagi dunia usaha, namun Attard mencatat bahwa perubahan iklim berdampak langsung pada 4 bidang utama dunia usaha : Terputusnya bisnis, perubahan tren pasar, gangguan dari rantai pasokan, dan perubahan peraturan dari regulator.

Menurut laporan tersebut, bahwa kerugian ekonomi global akibat bencana alam pada 2023 diperkirakan mencapai USD.380 miliar, meningkat 22% dari rata-rata abad ke-21. Kerugian besar ini terutama disebabkan oleh gempa bumi dan badai konvektif yang parah di Amerika Serikat dan Eropa. (sin)