Kebenaran yang Mengkhawatirkan di Balik Pertemuan Sungai Mississippi dengan Teluk Meksiko

EtIndonesia. Beberapa orang terpesona dengan video yang muncul, menunjukkan titik pertemuan Sungai Mississippi yang terkenal dengan Teluk Meksiko.

Di kedua sisi titik pertemuannya, airnya berwarna berbeda, memamerkan fenomena luar biasa, yang bisa Anda lihat di bawah.

Namun alasan di baliknya sebenarnya cukup mengkhawatirkan.

Apa yang dimaksud dengan ‘zona mati’ di Teluk Meksiko?

Titik ini disebut ‘zona mati’ di Teluk Meksiko, dan hal ini disebabkan oleh kedekatan Sungai Mississippi.

Banyak pengguna media sosial mengklaim bahwa gambar tersebut menunjukkan dua perairan ‘bertemu dan bersentuhan tetapi tidak pernah bercampur’, namun hal ini tidak sepenuhnya benar.

Faktanya, alasan di baliknya adalah karena Sungai Mississippi penuh dengan nitrogen dan fosfor, jelas Snopes.

Hal ini terjadi karena 41 persen daratan Amerika Serikat mengalir ke Mississippi, yang berarti air tersebut tercemar oleh limbah di daerah perkotaan dan nutrisi dari lahan pertanian.

Semua nutrisi ini – diperkirakan 1,7 juta ton setiap tahunnya – menyebabkan fitoplankton berkembang biak, dan ini tentu saja merupakan berita yang sangat buruk.

Mengapa ‘zona mati’ buruk bagi lingkungan?

Blooming fitoplankton menyebabkan peningkatan jumlah zooplankton yang memakan fitoplankton, dan ketika mati, kedua plankton tersebut akan berada di dasar laut dan membusuk, sehingga oksigen terkuras dan menimbulkan daerah hipoksia alias ‘zona mati’.

Artinya, lingkungan dapat mendukung lebih sedikit organisme dan banyak ikan yang mati.

Hal ini sangat memprihatinkan mengingat Teluk Meksiko menyediakan lebih dari 40 persen makanan laut dalam negeri AS.

Ukuran zona mati – yang terbentuk setiap musim panas – bervariasi, namun luasnya bisa antara 1.931 mil persegi hingga 8.494 mil persegi.

Ada lebih dari 400 ‘zona mati’ di seluruh dunia dimana oksigen berada pada tingkat yang memprihatinkan.

Jumlah ini meningkat tajam dibandingkan 10 kasus yang diidentifikasi pada tahun 1960an, ketika penelitian pertama kali dilakukan.

Sayangnya, hal ini berarti sejumlah ekosistem berada dalam bahaya kehancuran selamanya, seperti tuna, marlin, hiu, dan spesies ikan besar lainnya yang benar-benar terancam.

Penjabat direktur jenderal IUCN, Grethel Aguilar, mengatakan kesehatan lautan perlu menjadi pertimbangan utama: “Ketika lautan kehilangan oksigen, keseimbangan kehidupan laut menjadi kacau.”

Sayangnya, jika kita melihat kondisi saat ini, lautan diperkirakan akan kehilangan sekitar tiga hingga empat persen oksigennya pada akhir abad ini, sehingga membahayakan beberapa spesies dan rantai makanan.(yn)

Sumber: ladbible