Gila Uang Akibat Kas Pemda Kosong ? Pengendara Sepeda di Nanjing, Tiongkok Didenda Karena Sepedanya Tidak Berplat Nomor

 oleh Li Chengyu

Jelas karena keuangan Pemda yang ketat, sehingga polisi lalu lintas di banyak tempat menjadi gila dalam upayanya untuk menghasilkan pendapatan melalui denda. Seorang warga Kota Nanjing didenda polisi lalu lintas karena mengendarai sepedanya yang tidak berplat nomor di jalan raya. Kejadian ini membuat sejumlah netizen Tiongkok mencemooh tidakan polisi yang tidak masuk akal itu.

Pada 23 April, seorang netizen Nanjing memposting di media sosial, bahwa dirinya pada 9 April kena denda polisi lalin sebesar RMB.50,- karena “mengendarai sepeda yang tanpa plat nomor”. Dia juga memposting foto sepeda yang dia kendarai beserta surat tilang dari polisi lalu lintas.

Dalam foto tersebut terlihat sepeda warganet tersebut hanyalah sebuah kendaraan roda dua biasa yang bertenaga manusia. Tilang yang dikeluarkan oleh Polisi Lalu Lintas Nanjing menunjukkan bahwa netizen tersebut bertanggung jawab atas “tindakan ilegal mengendarai kendaraan non-motor yang seharusnya didaftarkan tetapi tidak terdaftar ketika melalui Jalan Zhongshan pada 9 April 2024 pukul 17:46” Stempel resmi pada surat tilang tersebut adalah milik “Brigade Pertama Biro Manajemen Lalu Lintas Biro Keamanan Umum Nanjing”.

Mr. Wang, netizen yang memposting pesan tersebut mengatakan kepada media Tiongkok bahwa ketika ia pulang kerja dengan mengendarai sepeda pada hari itu (9 April), sesampainya di persimpangan Jalan Zhongshan dan Jalan Huaqiao di Kota Nanjing, dia dihentikan oleh polisi lalu lintas yang sedang bertugas kerena mengendarai sepeda melawan arah. Polisi lalu lintas menginformasikan bahwa pengendara kendaraan non-motor harus turun dari kendaraan dan mendorong kendaraannya jika berjalan melawan arah, namun karena ini merupakan pelanggaran pertamanya, maka dirinya hanya diberi peringatan.

Namun, segera setelah itu polisi lalu lintas memeriksa sepedanya dan mengeluarkan surat tilang karena tidak ada plat nomornya. Saat itu, Wang sempat dibuat bingung dan bertanya kepada polisi lalu lintas : “Apakah sepeda juga perlu didaftarkan ?” Polisi balik bertanya : “Kendaraan jenis apa yang berjalan di jalan raya tanpa berplat nomor ? Bahkan sepeda yang disewakan saja di rangkanya ada cap !”

Meskipun Wang masih bingung, dia langsung memindai lewat ponselnya denda 50 yuan.

Mr. Wang mengatakan bahwa dia adalah penduduk asli Nanjing dan belum pernah mendengar bahwa sepeda harus memiliki pelat nomor, dan belum pernah melihat sepeda yang berpelat nomor lewat di jalan. Rekan-rekannya yang sesama pengendara sepeda juga merasakan hal yang sama dan menilai hukuman polisi lalu lintas Nanjing adalah tindakan ilegal.

Sehari setelah kejadian, dia menelepon hotline resmi 12345 untuk melaporkan kejadian tersebut. Dijawab oleh petugas kantor pengelola kendaraan, bahwa sepeda bertenaga manusia tidak perlu didaftarkan. Kemudian, seorang petugas polisi lalu lintas meminta nomor identitas pelapor, dan mengaku akan melakukan verifikasi dan memberikan jawaban, tetapi  tidak ada berita kelanjutannya.

Brigade Pertama Biro Manajemen Lalu Lintas dari Biro Keamanan Umum Kota Nanjing saat menanggapi pertanyaan media Tiongkok, mengatakan bahwa jika warga tidak puas, mereka boleh mengajukan keberatan lewat hukum.

Netizen daratan Tiongkok yang marah menulis : “Menuntut pengembalian 50 yuan lewat jalur hukum, memang warga sipil pengangguran punya waktu luang ?” “50 yuan juga memerlukan pertimbangan ulang administratif dan litigasi ? Departemen pengatur lalu lintas Anda yang berbuat salah, tetapi masyarakat juga yang diminta untuk menyia-nyiakan waktu, dan mondar-mandir”.

Banyak netizen Tiongkok juga mencemooh pihak berwenang atas tindakan polisi lalin yang terobsesi mencari uang lewat denda : “Uang kecil itu juga menjadi incaran mereka”, “Saking miskinnya”, “Ganti ekonomi denda setelah ekonomi real estat mangkrak”, “Nantinya mungkin berjalan kaki saja perlu berplat nomor”, “Besok bernapas di Nanjing saja perlu punya izin. Uang telah membuat mereka menjadi gila”.

Seorang netizen Beijing juga mengeluh : “Apakah kas negara benar-benar kosong ? Saya baru kena denda RMB.20,- dua hari lalu karena dituduh bersepeda melawan arah. Saya diberitahu bahwa saya mengendarai sepeda melawan arus. Agar tidak melanggar lalu lintas, awalnya saya mengambil jalan memutar sejauh 1 km dan memutar balik di bawah jembatan layang. Akibatnya, saya dihentikan oleh polisi lalu lintas yang mengatakan bahwa mobil boleh berputar, tetapi sepeda dilarang”.

Beberapa netizen meninggalkan pesan : “Tadinya muncul di Mongolia Dalam, sekarang muncul di Nanjing. Tampaknya keuangan di berbagai tempat memang ketat”. “Hari-hari baik mereka tidak lama lagi akan berakhir”.

Beberapa waktu yang lalu, pejabat desa dan kota di Kabupaten Kailu, Mongolia Dalam, dengan kasar mencegah kontraktor tanah yang melakukan pembajakan lahan garapan musim semi, dan meminta kontraktor untuk belunasi terlebih dahulu “biaya kontrak tambahan” yang jumlahnya jutaan yuan. Masyarakat mengutuk pihak berwenang yang saking miskinnya sampai berbuat gila-gilaan dalam meraup uang. 

Yang menjadi populer seiring dengan hukuman sepeda tanpa plat nomor di Nanjing yakni, instruksi yang diberikan oleh Zhao Lei, Direktur Keuangan Kota Fangchenggang di Guangxi, yang memberi saran kepada polisi lalu lintas setempat dengan mengatakan : “Para anggota polisi lalu lintas kiranya perlu lebih berkreatif, berinisiatif menciptakan peluang, mengatasi kesulitan dan berupaya mencapai target dana pendapatan yang diharapkan.”

Zhao Lei, Direktur Keuangan Kota Fangchenggang di Guangxi, mendorong polisi lalu lintas untuk “menghasilkan pendapatan lewat denda”. (foto Internet)

Demikian yang dikatakan Zhao Lei saat memeriksa tim polisi lalu lintas pada  November tahun lalu. Dikatakan bahwa saat itu, dia menekankan bahwa keuangan daerah sedang ketat dan mendorong anggota polisi lalu lintas mencari peluang demi peningkatan “pendapatan”.

Pidato ini menjadi viral di Internet daratan Tiongkok pada 23 April tahun ini. Netizen mennyindir : “Tidak lagi berpura-pura, langsung saja tanpa malu-malu.” (sin)