Peneliti Sedang Mendalami Bagaimana Mikroplastik Berpindah dari Makanan ke Otak

EtIndonesia. Masyarakat dunia memperingati Hari Bumi yang jatuh pada 22 April dalam situasi semakin banyaknya penggunaan bahan plastik. Penelitian terbaru terhadap tikus menemukan bahwa mikroplastik dapat berpindah dari makanan menuju organ vital, termasuk otak.

Manusia menghasilkan sekitar 400 juta ton sampah plastik setiap tahunnya yang merupakan lompatan eksponensial dibandingkan tahun-tahun 1970-an. Jika tren ini masih terus berlanjut, maka sampah plastik akan mencapai 1,1 miliar ton pada tahun 2050.

Di lautan dan tempat pembuangan sampah, tumpukan plastik ini secara bertahap akan mengalami kerusakan dan berubah menjadi potongan-potongan kecil yang dapat bertahan selama berabad-abad lamanya. Mikroplastik berada di mana-mana, mulai dari wilayah terjauh di Kutub Utara sampai ke paru-paru manusia.

Diperkirakan manusia mengonsumsi 5 gram mikroplastik setiap minggunya

Para peneliti yang melakukan percobaan dengan menggunakan tikus baru-baru ini menemukan, bahwa plastik dalam makanan dan minuman dapat melewati penghalang usus untuk masuk ke organ vital, termasuk otak.

Marcus Garcia, penulis utama penelitian tersebut yang merupakan apoteker dan peneliti pascadoktoral di Universitas New Mexico, mengatakan kepada Toronto Star : “Saat ini diperkirakan manusia mengonsumsi sekitar 5 gram mikroplastik per minggu, yang setara dengan selembar kartu kredit”.

“Kita memang berada dalam situasi sulit di mana hampir semua yang kita konsumsi mengandung sejenis mikroplastik di dalamnya,” katanya.

Marcus Garcia dan timnya menambahkan berbagai konsentrasi mikroplastik yang setara dengan 5 gram per minggu untuk manusia ke dalam air minum sekelompok tikus selama empat minggu. Menurut sebuah makalah yang diterbitkan dalam jurnal “Environmental Pollution”, mereka menguji pelet polistiren, serta sejumlah plastik campuran seperti yang sering kita temui di alam.

Penelitian menemukan bahwa ketika organ hewan tersebut dibedah dan dianalisis, ternyata di dalam otak, hati dan ginjal mereka terdeteksi adanya mikroplastik. Hal ini menunjukkan bahwa plastik tersebut telah melewati penghalang usus dan menembus jauh ke dalam organ tubuh.

Dalam beberapa tahun terakhir, sejumlah besar makalah menunjukkan bahwa mikroplastik telah ditemukan di organ tubuh termasuk jantung manusia. Marcus Garcia sebelumnya juga mendeteksi adanya partikel-partikel ini di plasenta. Ia bahkan menemukan cara untuk menghitung besarnya jumlah mikroplastik yang masuk dalam organ.

Bahayakah mikroplastik bagi manusia ?

Selama periode empat minggu itu, para peneliti menemukan perubahan metabolisme yang signifikan pada organ termasuk usus besar tikus yang terkena dampak mikroplastik.

“Perubahan metabolisme cukup dramatis yang diamati dalam penelitian ini diperkirakan memiliki hubungan dengan penyakit kronis seseorang seperti diabetes, penyakit hati berlemak non-alkohol, dan penyakit kardiovaskular pada hari tuanya,” kata Garcia.

Penelitian juga menunjukkan bahwa akumulasi mikroplastik dan nanoplastik di otak dapat memperburuk perkembangan otak dan bahkan memicu penyakit neurodegeneratif seperti alzheimer seiring berjalannya waktu.

Namun, masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk memahami dampak sebenarnya mikroplastik terhadap kesehatan masyarakat, kata Garcia.

Berapa banyak partikel plastik yang termakan oleh manusia ?

Penelitian mengungkapkan bahwa angka 5 gram mikroplastik per minggu yang terserap oleh tubuh manusia yang sering dikutip oleh media dan peneliti lainnya, mungkin juga sedikit dibesar-besarkan, soal berapa banyak mikroplastik yang sebenarnya tertelan oleh manusia.

Marcus Garcia menjelaskan, faktanya, masyarakat tidak begitu mengetahui berapa banyak mikroplastik yang masuk ke dalam tubuh mereka lewat makanan, minuman, atau hirupan. Pada tingkat paparan mikroplastik yang lebih rendah, jelas jumlah mikroplastik yang terserap dapat bervariasi.

Namun mengingat produksi plastik telah tumbuh secara eksponensial sejak tahun 1950an, dari 2 juta ton menjadi lebih dari 450 juta ton saat ini, Garcia yakin temuannya masih relevan dengan meningkatnya polusi di dunia.

“Hampir setiap makanan yang kami teliti terpapar mikroplastik”, katanya. “(Penelitian) masih berada dalam tahap awal, Infrastruktur dan kebijakan juga diperlukan (untuk meminimalkan risiko yang dihadapi masyarakat).” (sin/yn)