EtIndonesia. Baru-baru ini, beberapa warga negara Tiongkok ditangkap di Philipina karena diduga terlibat dalam aktivitas spionase. Pihak berwenang Philipina menyatakan bahwa jaringan mata-mata Tiongkok di negara mereka sangat luas, dan ini hanya permulaan dari pengungkapan lebih besar.
Menurut laporan GMA News pada Selasa (28/1), beberapa orang Tiongkok terlihat mencurigakan di sebuah resor di Provinsi Palawan, dekat Laut China Selatan. Mereka menggunakan ponsel untuk mengambil gambar secara diam-diam, bahkan ada yang menyembunyikan kamera di pohon kelapa. Semua foto dan video tersebut ditujukan ke area keluar-masuk kapal Angkatan Laut dan Penjaga Pantai Philipina.
Militer Philipina (AFP) dan Biro Investigasi Nasional (NBI) segera menangkap mereka atas dugaan kegiatan spionase. Saat ditangkap, para tersangka sempat berbohong dan mengaku sebagai warga Taiwan.
Pihak Philipina mengklaim bahwa mereka memiliki banyak bukti, termasuk foto-foto markas militer, peralatan tempur, dan kapal perang di ponsel para tersangka.
Pada hari Rabu (29 Januari), Dewan Keamanan Nasional Philipina (NSC) mengonfirmasi bahwa jaringan mata-mata Tiongkok tersebar luas di Philipina, dan dalam waktu dekat lebih banyak kasus akan diungkap serta tindakan lanjutan akan dilakukan.
Pekan lalu, dalam operasi kontra-spionase, Biro Investigasi Nasional Philipina menangkap seorang pria Tiongkok berusia 39 tahun beserta dua rekannya dari Philipina.
Investigasi menunjukkan bahwa pria Tiongkok tersebut menggunakan perangkat pemetaan topografi berpresisi tinggi serta teknologi pemodelan 3D untuk mengumpulkan data tentang pangkalan militer dan infrastruktur strategis di Philipina.
Juru bicara Angkatan Bersenjata Philipina mengungkapkan bahwa tersangka, yang bernama Deng, telah tinggal di Philipina selama lebih dari 10 tahun dan menikah dengan seorang perempuan Philipina. Selama bertahun-tahun, ia menyamar sebagai pengusaha untuk menutupi operasi spionasenya.
Polisi Nasional Philipina (PNP) saat ini sedang menyelidiki apakah kasus ini memiliki keterkaitan dengan insiden spionase lain yang terjadi pada tahun 2024.
Pada Juli tahun lalu, seorang wali kota keturunan Tionghoa di Kota Bamban, Philipina, Guo Huaping (郭華萍), melarikan diri setelah diduga memiliki latar belakang yang mencurigakan dan berhubungan dengan kelompok kriminal dari Tiongkok. Dia akhirnya ditangkap di Indonesia pada September.
Sementara itu, ketegangan antara Philipina dan Tiongkok di Laut China Selatan semakin meningkat.
Pada hari Rabu, Departemen Pertahanan Philipina mengumumkan bahwa mereka sedang berdiskusi dengan Selandia Baru mengenai Perjanjian Status Kunjungan Pasukan (SOVFA), yang bertujuan untuk memperdalam kerja sama pertahanan dan militer guna menghadapi ancaman dari Tiongkok di kawasan tersebut. (jhn/yn)