EtIndonesia. Sejak beberapa hari terakhir, bentrokan sengit antara pasukan keamanan Suriah dan kelompok bersenjata pro-Assad telah menewaskan lebih dari 1.000 orang. Ini merupakan konflik paling serius yang terjadi di Suriah sejak jatuhnya rezim Assad. Amerika Serikat menyerukan agar otoritas Suriah bertanggung jawab atas pertumpahan darah ini.
Selama beberapa hari terakhir, bentrokan hebat antara pasukan keamanan Suriah dan kelompok bersenjata pro-Assad telah menyebabkan sekitar 1.500 orang tewas, termasuk sekitar 230 personel keamanan, 250 anggota kelompok bersenjata pro-Assad, serta setidaknya 973 warga sipil. Mayoritas dari warga sipil yang tewas berasal dari sekte Alawit, kelompok keagamaan yang menjadi basis dukungan utama Assad.
Pada hari Senin (10), juru bicara Kementerian Pertahanan Suriah, Hassan Abdul Ghani, dalam sebuah pernyataan menyatakan bahwa pasukan keamanan telah berhasil mengeliminasi ancaman di kota pesisir serta kelompok bersenjata pro-Assad. Ia menegaskan bahwa operasi keamanan besar di wilayah tersebut telah selesai.
Sehari sebelumnya, Presiden Sementara Suriah, Ahmad al-Sharaa, menyampaikan pidato yang menegaskan komitmennya untuk menyelidiki tindakan pelanggaran terhadap warga sipil serta menindak para pemberontak yang bertanggung jawab atas kekerasan ini.
Presiden sementara Suriah, Ahmad al-Sharaa, menyatakan: “Suriah akan tetap teguh dan tidak akan membiarkan kekuatan asing maupun kelompok lokal menyeret negara ini ke dalam kekacauan atau perang saudara.”
Dalam pidatonya, Sharaa juga menekankan bahwa gelombang kekerasan ini adalah tantangan yang sudah diperkirakan sebelumnya, serta menyerukan persatuan nasional agar negara tetap stabil.
Pada hari yang sama, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Marco Rubio, mengeluarkan pernyataan yang menyerukan otoritas Suriah untuk bertanggung jawab atas pembantaian yang menimpa kelompok minoritas di negara tersebut.
Dalam pernyataannya, Rubio mengatakan: “Amerika Serikat mengutuk keras tindakan pembantaian yang dilakukan oleh teroris radikal, termasuk para jihadis asing, dalam beberapa hari terakhir di wilayah barat Suriah. Amerika Serikat berdiri bersama dengan kelompok agama dan etnis minoritas di Suriah.” (jhon)
Sumber : NTDTV.com