Epochtimes.id- Belum lama ini masyarakat khususnya diramaikan dengan adanya isu awan gempa di Yogyakarta. Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menanggapi tentang beredarnya kabar ini.
Deputi Bidang Geofisika BMKG, Muhamad Sadly menyampaikan siaran pers resmi BMKG,Sabtu (09/06/2018). Dia menegaskan sumber foto awan tidak jelas dan bukan dari Institusi/ lembaga resmi.
Berikut tanggapan BMKG :
- Sumber Foto Awan tidak jelas dan bukan dari Institusi/ Lembaga Resmi.
- Terkait fenomena awan yang dihubungkan dengan prakiraan akan terjadinya gempa bumi belum ada teori ilmiah yang dapat dijadikan rujukan. Apalagi sudah disimpulkan secara deterministik disebutkan akan terjadi gempabumi besar dalam waktu 2-3 hari ke depan. Memang ada beberapa paper yang menghubungkan fenomena awan dengan kejadian gempa bumi tektonik, tetapi hal itu masih sebagai hipotesis.
- Dalam meteorologi syarat terbentuknya awan harus ada uap air yang cukup, temperatur lingkungan rendah, adanya aerosol (polutan), dan ketidakstabilan atmosfer. Apakah syarat terbentuknya awan tersebut sudah terpenuhi saat gambar diambil? Hal ini tidak dijelaskan dalam gambar tersebut diatas.
- Berdasarkan hasil monitoring dan analisis magnet bumi, TEC, dan Radon milik BMKG di Yogyakarta (Sleman, Pundong, dan Piyungan) tidak menunjukkan adanya tanda awal (anomaly) akan terjadi gempa bumi pada tanggal 1 Juni 2018 (saat gambar di upload di Facebook akun Kota Yogya) maupun beberapa hari sebelumnya.
- Awan garis lurus yang memanjang dari barat ke timur diperkirakan terbentuk oleh lintasan pesawat, hal ini sesuai dengan ciri ketebalan awan dari barat ke arah timur yang semakin tebal sesuai dengan arah jalannya pesawat, waktu kemunculan awan yang singkat dan panjangnya lintasan.
Oleh karena ini BMKG menyimpulkan :
Awan garis lurus pada gambar tersebut di atas bukan merupakan awan gempa dan tidak berkorelasi dengan terjadinya gempa bumi sebagaimana yang diisukan.
(asr)