Kritikus Mengungkapkan Wabah COVID-19 di Xinjiang Cenderung Lebih Buruk Daripada yang Dikatakan Pejabat

Eva Fu

Setelah satu kasus COVID-19 tunggal ditemukan di Xinjiang, wilayah ujung barat Tiongkok, pihak berwenang mengambil tindakan ekstrem dengan menguji seluruh penduduk kota Kashgar yang berjumlah 4,75 juta jiwa dalam dua hari.

Rejimen pengujian yang cepat telah membuat beberapa kritikus bertanya-tanya apakah para pejabatnya menceritakan kisah lengkap mengenai wabah terbaru tersebut di Xinjiang. 

Pada tanggal 27 Oktober, pihak berwenang Kashgar mengklaim total ada 183 kasus yang terdeteksi di dorongan pengujian. 

Semua kasus tersebut dilacak ke kabupaten Shufu, di mana kasus infeksi pertama, seseorang yang berusia 17 tahun, diidentifikasi selama pengujian rutin, seperti dikatakan pihak berwenang. Para pejabat telah mengaitkan kasus baru-baru tersebut ke sebuah pabrik garmen di pinggiran kota itu, tempat orang tua si remaja bekerja.

Menurut pihak berwenang, pasien remaja tersebut tidak memiliki kontak dengan pasien yang dipastikan atau dicurigai tertular virus atau orang-orang dengan tanda-tanda demam.

“Pemerintah berutang penjelasan yang tepat kepada masyarakat: bagaimana ini wanita remaja yang 17 tahun tertular virus itu?” kata Sean Lin, mantan direktur laboratorium cabang penyakit virus di Institut Penelitian Angkatan Darat Walter Reed.

Li Linyu, Sekretaris Komite Partai Komunis Tiongkok di komisi Kesehatan Kashgar, menegatakan bahwa semua kecuali lima pasien, adalah tidak menunjukkan gejala dan kluster terbaru tidak terkait dengan wabah pada bulan Juli di ibukota Xinjiang, Urumqi, yang  memicu lockdown selama berminggu-minggu di wilayah tersebut.

Para penduduk setempat memberitahukan kepada The Epoch Times bahwa mereka dipaksa untuk mengonsumsi obat-obatan yang diklaim oleh pejabat dapat mencegah mereka tertular virus itu.

Data resmi gagal meyakinkan Dilshat Rishit, juru bicara untuk Kongres Uighur Dunia yang berbasis di Munich, bahwa cluster COVID-19 tidak lebih dari yang diumumkan pejabat. Kelompok pembela hak-hak minoritas Muslim telah dianiaya dengan kejam oleh rezim Komunis Tiongkok.

Berita wabah terbaru menjadi berita di masyarakat setelah penduduk setempat di Kashgar, khawatir oleh pembatalan penerbangan mendadak dan penutupan pintu masuk jalan raya, berbagi informasi di media sosial Tiongkok.

Pada hari yang sama, polisi setempat memasang postingan yang meminta masyarakat untuk “tidak percaya atau tidak menyebarkan rumor,” kata Dilshat Rishit. 

Polisi dengan cepat menghapus postingan dalam waktu beberapa jam tanpa penjelasan, yang membingungkan netizen.

“Partai Komunis Tiongkok telah menutupi banyak hal sejak awal, dan Partai Komunis Tiongkok hanya mengungkapkan data saat tidak mungkin untuk dirahasiakan lagi, seperti mengeluarkan pasta gigi dari tabungnya,” kata Dilshat Rishit dalam wawancara baru-baru ini. Ia mengatakan, Tidak ada yang mempercayai pengumuman pejabat itu.

Komentator urusan Tiongkok Wu Te menggunakan analogi “membuka tutup sebuah alat masak bertekanan tinggi.” Pihak berwenang merilis data virus hanya setelah masyarakat menjadi cemas dan mengajukan pertanyaan mengenai wabah terbaru.

“Situasi sebenarnya jelas lebih buruk dari apa yang dikatakan pihak berwenang setempat. Mereka tidak mampu lagi merahasiakan,” kata Wu Te.

Kashgar adalah salah satu dari beberapa kota di Xinjiang, di mana kamp tahanan mirip-penjara telah dibangun untuk memenjarakan warga Uyghur dan minoritas Muslim lainnya.

Dilshat Rishit mengungkapkan keprihatinannya terhadap para tahanan yang bakal rentan, jika tertular virus bila virus menyebar di dalam kamp tahanan tersebut.

Kashgar telah menangguhkan kelas dari taman kanak-kanak hingga sekolah menengah pertama sampai tanggal 30 Oktober.

Sementara itu, Rumah Sakit Union di daerah Shufu memberitahu afiliasi Epoch Times, NTD bahwa Rumah Sakit Union telah menjadi pusat karantina yang ditunjuk dan tidak lagi menerima pasien.

“Anda perlu menelepon direktur rumah sakit untuk menanyakan mengenai masalah ini [wabah],” kata seorang anggota staf melalui telepon.

Sementara Rumah Sakit Rakyat, juga di daerah Shufu, masih menerima pasien, sebuah hotel di dekat lokasi mengatakan hidup penduduk setempat telah dibatasi.

Beberapa kota dan wilayah di Tiongkok telah memberlakukan aturan Lockdown selama dua minggu untuk wisatawan yang datang dari Kashgar. (Vv)

Keterangan Foto : Pria etnis Uyghur sholat menandai Idul Fitri di luar Masjid Id Kah di kota tua Kashgar, di wilayah Xinjiang barat jauh, Tiongkok, pada 26 Juni 2017. (Kevin Frayer / Getty Images)

Video Rekomendasi :