oleh Zhang Dun dan Luo Ya
Sekretaris Jenderal Partai Komunis Tiongkok, Xi Jinping secara terbuka menekankan perlunya inovasi bagi komunis Tiongkok. Hal itu langsung dibantah oleh para ahli yang menyebut bahwa komunis Tiongkok tidak memiliki lingkungan untuk inovasi. Malahan sejak 4 tahun yang lalu, seorang akademisi dari Akademi Ilmu Pengetahuan Tiongkok pernah berhadapan muka dengan Xi Jinping meminta diberikan kelonggaran blokade internet bagi kepentingan penelitian ilmiah Tiongkok.
Pada hari penutupan Sidang Pleno Kelima Komite Sentral ke-19 Partai Komunis Tiongkok pada 29 Oktober 2020 lalu, media resmi Partai Komunis Tiongkok (PKT) menerbitkan komunike pleno yang di dalamnya tercantum istilah inovasi sampai 15 kali dan istilah iptek sampai 10 kali.
Komunike itu layaknya ingin mendorong komunis Tiongkok segera memasuki era inovasi tetapi bukan lagi era menjiplak pola atau mencuri teknologi orang lain.
Pada 30 Oktober, Sekretaris Jenderal Partai Komunis Tiongkok, Xi Jinping menyampaikan pidato video di Forum Ilmuwan Top Dunia ke-3 yang diselenggarakan di Shanghai. Pada kesempatan itu, Xi Jinping kembali menyinggung soal inovasi sampai berkali-kali.
“Pemerintah Tiongkok sangat mementingkan inovasi di bidang ilmiah dan teknologi, dan mempertahankan inovasi sebagai kekuatan pendorong utama dalam pembangunan Tiongkok”, kata Xi Jinping.
Nyaring di slogan tetapi tanpa dukungan lingkungan bagi manusia untuk berinovasi
Pernyataan Xi Jinping itu, direspon Feng Chongyi, seorang profesor di Universitas Teknologi Sydney, juga seorang pakar urusan Tiongkok. Kepada reporter grup media ‘Epoch Times’, Feng Chongyi mengatakan, meskipun pemerintah komunis Tiongkok nyaring dengan teriakan inovasi, tetapi mereka tidak memiliki basis kelembagaan yang mampu mendorong inovasi teknologi, juga belum ada sistem dasar untuk mendukung pembaruan teknologinya.Â
Feng Chongyi menilai, bahwa itu sama saja dengan tidak benar-benar memiliki kontribusi atau transformasi yang orisinal. Kemudian yang diperoleh nantinya tak lain adalah produk penjiplakan, dari hasil pencurian teknologi atau meniru teknologi orang lain.
Mantan diplomat Tiongkok, Chen Yonglin mengatakan kepada grup media ‘Epoch Times’ bahwa setelah meletusnya wabah, sampai batas tertentu seluruh dunia menjatuhkan sanksi kepada komunis Tiongkok dalam hal ekonomi dan teknologi, tidak akan membiarkan komunis Tiongkok untuk terus mencuri teknologi tinggi negara lain.
Menurut Chen Yonglin, salah satu cara utama komunis Tiongkok mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah melalui pencurian. Partai Komunis Tiongkok memanfaatkan Program Seribu Talenta untuk merekrut sarjana Barat, atau memperoleh faedah berupa transfer teknologi sepihak melalui program-program yang dinamakan pertukaran dan kerjasama dengan Barat.
“Mencuri adalah keahlian Partai Komunis Tiongkok, dan paling tidak kompeten dalam hal penelitian dan pengembangan. Jadi komunis Tiongkok tidak memiliki kemampuan untuk berinovasi,” kata Chen Yonglin.
Dia menilai Litbang Partai Komunis Tiongkok sangat lemah, jadi meskipun sudah banyak dana yang diinvestasikan ke sana, tetapi hasil inovasinya sangat sedikit. Karena itu Partai Komunis Tiongkok tidak akan meninggalkan praktik kebiasaan lamanya, pasti akan terus mencuri teknologi tinggi Barat.
Komentar senada dari Qin Peng, seorang ahli masalah politik dan ekonomi Tiongkok. Dia mengatakan kepada grup media Epoch Times bahwa inovasi tidak dicanangkan lewat slogan, apalagi dirancang oleh pemerintah, tetapi terutama merupakan produk dari lingkungan yang bebas.
Qin Peng menganalogikan, beberapa tahun belakangan ini Jepang sering memperoleh Hadiah Nobel. Tetapi itu bukan dihasilkan karena mereka lebih mampu melihat jauh ke depan lalu bekerja keras ke arah itu. Tetapi inovasi mereka hasilkan melalui penciptaan suasana akademik yang baik dengan kebebasan dan kondisi yang memadai.
Akademisi Akademi Ilmu Pengetahuan Tiongkok meminta Xi Jinping mencabut blokade internet
Sesungguhnya 4 tahun sebelumnya akademisi Akademi Ilmu Pengetahuan Tiongkok sudah memberikan umpan balik kepada Xi Jinping berupa pemblokiran jaringan internet telah menghambat inovasi dalam penelitian ilmiah.
Pada 30 Mei 2016, keenam orang anggota Komite Tetap Politbiro menghadiri Konferensi Iptek ‘3 in 1’ yang diadakan di Beijing.
Dalam pertemuan tersebut, Xi Jinping meminta para ilmuwan Tiongkok agar “berani mendaki ke puncak inovasi” dan seterusnya. Seorang akademisi mengajukan pertanyaan, yang dapat juga dikatakan sebagai permintaan.
Akademisi itu bertanya, “Kontrol jaringan yang ketat, bagi kita yang terlibat dalam penelitian ilmiah, kerugiannya sangat besar. Bahkan, melalui beberapa situs asing, kita dapat memahami apa yang dilakukan oleh banyak negara berteknologi maju dan apa yang telah mereka ubah menjadi hasil penelitian ilmiah. Langsung saja. Jadi, dapatkah Anda memberi sedikit kemudahan khusus kepada orang-orang yang terlibat dalam penelitian ilmiah?”
Usai penyampaian pertanyaan akademisi itu, ruang konferensi mendadak sunyi sekitar 1 detik, kemudian terdengar suara tepuk tangan yang riuh.
Akademisi lain yang duduk di sampingnya lalu mengambil mikrofon dan berkata dengan suara lantang.
“Untuk menjadi yang terdepan dalam perkembangan iptek apalagi menjadi pemimpin dunia dalam iptek dengan kondisi tanpa adanya perbandingan dan pemahaman, saya pikir sangat sulit,” katanya.
Terkait hal itu, China Science Daily melaporkan sejumlah akademisi yang hadir dalam forum berbisik satu sama lain usai akademisi tersebut menyampaikan kesan dan pesannya.
“Saya sangat setuju dengan pendapat tersebut !”
âJika masalah ini teratasi, saya pikir forum ini akan cukup sukses!â
âBanyaknya hambatan di informasi selain merugikan perkembangan ilmu pengetahuan, tetapi juga merusak citra negara !â
Sementara itu, ‘Times’ melaporkan pada saat itu, Xi Jinping menyerukan untuk mengubah Tiongkok menjadi kekuatan teknologi terdepan di dunia. Namun, akademisi Akademi Ilmu Pengetahuan Tiongkok mengatakan bahwa blokade jaringan justru menghambat inovasi. Mereka meminta Xi Jinping untuk melonggarkan jaring dan mencabut blokade internet bagi para personel di bidang iptek.
Menurut laporan, setelah pertemuan tersebut, 78 orang akademisi dari Akademi Ilmu Pengetahuan Tiongkok secara bersama-sama menandatangani surat kepada Xi Jinping yang isinya meminta pihak berwenang mencabut pemblokiran terhadap jaringan asing agar standar penelitian ilmiah Tiongkok dapat ditingkatkan, dan dapat ikut menikmati hasil penelitian ilmiah internasional. (sin)
Keterangan Foto : Sekretaris Jenderal Komite Sentral PKT Xi Jinping. (Fred Dufour/AFP/Getty Images)