Pada kesempatan kali ini dikupas sejenak tentang seorang Rabbi asal Israel bernama Isser Zalman Weisberg meramalkan bahwa Presiden Amerika Serikat, Donald Trump akan memiliki lebih banyak waktu untuk menyelesaikan misi yang dimandatkan kepadanya oleh Tuhan.
Pemilihan presiden Amerika Serikat tahun 2020 telah menarik banyak perhatian. Baru-baru ini, rabi terkenal Israel bernama Isser Zalman Weisberg memberikan pidato publik tentang pemilihan presiden Amerika Serikat yang belum berakhir dan diwawancarai oleh media.
Isser Zalman Weisberg mengatakan bahwa undang-undang Amerika Serikat belum memberikan keputusan akhir. Media tidak bisa menentukan pemenang akhir pemilu. Pemenang akhir akan disertifikasi secara resmi oleh The United States Electoral College, kemudian dikirim ke kongres dan Arsip Nasional sebagai bagian dari arsip pemilu.
Isser Zalman Weisberg mengatakan bahwa pada 14 Desember 2020 saat Festival Kenisah (Hanukkah), yakni hari raya Pentahbisan adalah waktu yang ajaib bagi umat Yahudi. Kemudian pada 6 Januari pukul 13.00 waktu setempat, Senat dan DPR akan mengadakan pertemuan khusus di ibukota Amerika Serikat untuk mengumumkan hasil pemilu.
Rabbi Isser Zalman Weisberg menekankan bahwa sebelumnya dia telah meramalkan bahwa Presiden Trump akan memiliki lebih banyak waktu untuk menyelesaikan misi yang dimandatkan kepadanya oleh Tuhan.
Sekarang Rabbi Isser Zalman Weisberg teguh pada prediksinya dan meramalkan bahwa kandidat presiden pada Pemilu Amerika Serikat 2020, Joe Biden tidak akan berkuasa. Menurutnya Biden hanya meraih beberapa kemenangan sementara tetapi pada akhirnya akan kalah.
Tim pengacara Trump bersikeras bahwa pemilu kali ini adalah penipuan skala besar oleh Partai Demokrat Amerika Serikat. Pengacara Sidney Powell mengatakan dalam konferensi pers pada hari Kamis 26 November 2020 lalu, bahwa pihak Trump tidak akan mundur dan tidak akan mengakui kekalahan.
“Kami akan membereskan kekacauan ini,” kata Sidney powell.
Pengacara tim Trump, Sidney Powell mengatakan, “Presiden Trump telah memenangkan kemenangan yang luar biasa, dan kami akan membuktikannya. Kami akan mendapatkan kembali Amerika demi rakyat yang memilih secara bebas.”
Pada konferensi pers pada Kamis 11 November 2020 pekan lalu, tim pengacara Trump mengumumkan kepada rakyat Amerika bahwa kecurangan besar-besaran dalam pemilihan ini adalah kudeta yang telah diatur oleh Partai Demokrat dan kekuatan di belakangnya.
Dalam wawancara dengan Fox News pada 18 November, Rudolph William Louis “Rudy” Giuliani melontarkan tuduhan yang mengejutkan.
Rudy Giuliani mengatakan, “Data suara kami untuk 27, 28 negara bagian telah dikirim ke negara-negara di luar Amerika Serikat melalui penghitungan dan analisis suara oleh Dominion, bukan dikirim ke Kanada tapi dikirim ke Jerman dan Spanyol. Bukan Dominion yang menghitung suara, tetapi perusahaan dibaliknya, yakni Smartmatic. Perusahaan ini didirikan di Venezuela pada 2005 untuk mengontrol suara pemilih.
Sidney Powell, mengatakan pada konferensi pers bahwa mesin pemungutan suara dan perangkat lunak yang digunakan dalam pemilu berhubungan dengan rezim sosialis Venezuela dan miliuner sayap kiri Amerika Serikat, George Soros. Menurut Sidney Powell suara pemilih Amerika Serikat dikirim keluar negeri untuk dihitung. Mesin pemungutan suara Dominion dan perangkat lunak penghitung suara Smartmatic yang digunakan di Amerika Serikat dikendalikan oleh kepentingan asing dan memanipulasi algoritma untuk mengubah hasil pemilu. Sidney Powell menegaskan bahwa pemilik Smartmatic, termasuk dua orang Venezuela berhubungan dengan diktator Hugo Chavez dan rezim Nicolas Maduro. Sidney Powell menyatakan bahwa itu adalah “konspirasi transnasional” yang melibatkan pengaruh dana negara komunis.
Dana-dana ini berasal dari Kuba, Venezuela dan mungkin juga termasuk Tiongkok untuk ikut campur dalam pemilihan presiden Amerika Serikat melalui perangkat lunak pemungutan suara.
Untuk diketahui Sidney Powell adalah seorang pengacara Amerika dan mantan jaksa federal dari Carolina Utara. Setelah lulus dari sekolah hukum pada tahun 1978, Powell memulai karirnya sebagai asisten jaksa wilayah di Western District of Texas, di antara yurisdiksi lainnya.
Powell meminta Departemen Kehakiman Amerika Serikat untuk memulai penyelidikan tindak kriminal. Menurut Sidney Powell para saksi pernah melihat sistem perangkat lunak pemungutan suara memanipulasi pemilu secara diam-diam. Para saksi tahu bahwa hal yang sama telah terjadi di Amerika Serikat ketika mereka melihat penghitungan suara yang tiba-tiba berhenti selama beberapa minggu pada malam hari pemilihan.
Pada hari Jum’at, 20 November lalu, Sidney Powell menyatakan bahwa timnya akan dapat membuktikan semua tuduhan kecurangan pemilu di pengadilan dalam dua minggu ke depan, karena bukti yang ada saat ini sudah lebih dari cukup.
Dalam dua minggu terakhir, sejumlah besar laporan media kerap mengatakan bahwa tuduhan kecurangan tim kampanye Trump tidak memiliki bukti. Sementara itu, dalam konferensi pers pengacara Trump pada Kamis 19 November lalu, memberikan banyak bukti kecurangan pemilu dan perkembangan gugatan. Namun, tim Trump telah mengantisipasi media arus utama yang akan mengabaikan kesaksian ini. Menurut Giuliani, semua saksi memberikan keterangan dengan resiko pembalasan dari lawan.
Ini adalah kesaksian langsung dari warga Amerika, Jenna Ellis, penasihat hukum Trump, mengatakan media telah merampas hak untuk mengumumkan pemenang pemilu. Ia mengutip the Federalist Paper No. 68 atau “Cara Memilih Presiden” No. 68 tentang tata cara konstitusional pemilihan presiden harus menghindari penipuan dan pengaruh asing. Ellis menyatakan pada konferensi pers bahwa serangan balik Presiden Trump yang tak henti-hentinya bukan untuk dirinya sendiri tetapi untuk Amerika Serikat, dan untuk seluruh rakyat Amerika.
Kita ingin memperjelas bahwa sejak awal Presiden Trump telah mengatakan bahwasannya ini untuk menjaga kebebasan negara dan pemilihan yang adil. Ini bukan untuk membalikkan hasil, tetapi untuk memastikan jaminan keadilan dalam pemilu dan inilah yang diinginkan segenap rakyat Amerika. (jon)
Keterangan Foto : Presiden AS Donald Trump berbicara setelah pertemuan tentang infrastruktur di Trump Tower, 15 Agustus 2017 di New York City. Dia menjawab pertanyaan dari wartawan tentang komentarnya tentang peristiwa di Charlottesville, Virginia dan supremasi kulit putih. (Foto oleh Drew Angerer / Getty Images)
Sumber : berbagaisumber