Home Blog Page 1174

Cara Mengatur dan Merapikan Rumah Anda, Ruang demi Ruang

0

Better Homes and Gardens, BHG.com

Ingin tahu bagaimana cara mulai merapikan rumah Anda? Bayangkan apa yang Anda lihat dan tulislah bagaimana perasaan Anda tentang  ruangan itu. Kemudian, pejamkan mata Anda dan bayangkanlah seperti apa ruang baru yang Anda inginkan. Tulislah bagaimana perasaan Anda terhadap ruang baru yang Anda inginkan. Letakkan tulisan ini di tempat yang mudah terlihat sebagai pengingat. Jika Anda melakukannya secara konsisten, tujuan Anda akan dapat dicapai. Inilah cara mengatasi beberapa area terberat di rumah Anda.

Atur Area Pintu Masuk

Area pintu masuk adalah gambaran dari keseluruhan rumah Anda, maka sangat wajar jika ingin menjadikan area tersebut fungsional dan bermakna. Namun demikian, area ini cenderung berantakan karena tempat meletakkan benda-benda yang tidak ingin jauh dari pintu. Aturlah benda-benda harian yang sering dibawa keluar dan masuk di area pintu masuk. Gantungkan papan tulis di dinding agar memudahkan menulis pesan pengingat, atau tambahkan pengait dan rak dekoratif untuk menyimpan kunci, surat, dan barang-barang lainnya.

Atur Ulang Ruang Kerja

Kantor yang berantakan lebih mungkin menjadi tempat “pembuangan” benda- benda daripada ruang kerja yang fungsional.

Atur ulang ruang kerja Anda, maka Anda akan segera merasakan perbedaannya. Singkirkan perabot dan barang-barang rusak atau tidak terpakai lainnya. Kemudian, cerahkan ruangan dengan pemilihan cat dan karpet warna-warni. Terakhir, tambahkan benda-benda seperti aksesori meja dan dokumen folder yang sesuai dengan kepribadian Anda, agar pekerjaan yang paling biasa pun menjadi sedikit lebih menyenang- kan.

Sumbangkan Makanan dan Barang yang Tidak Digunakan

Dapur adalah salah satu tempat termudah untuk diatur. Mulailah dengan memeriksa makanan di dapur anda. Donasikan makanan-makanan yang tidak diinginkan. Pastikan belum dibuka dan belum kedaluwarsa, ke tempat yang lebih membutuhkan. Selanjutnya, periksa peralatan makan, panci dan wajan, serta aksesori dekoratif untuk dapur. 

Sumbangkan apa pun yang tidak digunakan atau tidak disukai secara teratur. Menyumbangkannya adalah cara terbaik untuk melepaskan benda-benda yang disayang namun sebenarnya sudah tidak digunakan.

Sunting Perabotan

Rumah Anda semestinya mencerminkan gaya pribadi Anda. Jika Anda memiliki perabot dari pemberian, ubahlah sesuai selera Anda dengan mengecat warna baru atau menggantinya dengan perangkat lainnya seperti misalnya tarikan laci. Jangan biarkan sentimentalitas mengganggu Anda menyimpan barang-barang yang tidak sesuai dengan selera Anda. Jika barang lungsuran tidak sesuai selera, sebaiknya jangan digunakan.

Akan lebih baik menggunakan barang-barang yang sesuai dengan selera Anda.

Inventarisasi Isi Lemari Anda

Mengatur lemari adalah kesempatan baik untuk melihat seberapa banyak barang yang Anda miliki dibanding dengan apa yang benar-benar Anda gunakan. Keluarkan semua barang dari lemari pakaian dan urutkan ke dalam kategori yang sama. Kemudian, keluarkan barang-barang serupa yang tersimpan di bawah tempat tidur, di lemari kamar tidur cadangan, atau di gudang. Setelah semuanya berada dalam di satu tempat, maka dengan mudah akan diketahui mana yang terlalu banyak dimiliki dan mana yang jarang digunakan.

Bersihkan Lemari Obat dan Lemari Linen Anda

Sama seperti makanan, obat-obatan dan kosmetik memiliki umur simpan. Periksa tanggal kedaluwarsa dan buang semua yang melewati masa kadaluarsanya. Sortir handuk saat Anda menggunakannya, buang yang kasar, sobek, atau bernoda, atau alih- fungsikan sebagai lap.

Rayakan Prestasi Anda

Tetaplah termotivasi untuk terus melakukan perapian dengan cara menghargai diri sendiri atas keberhasilan besar maupun kecil. Setiap kali mencapai tujuan, carilah cara untuk merayakannya, seperti berjalan-jalan, menikmati camilan, atau menyimpan sedikit uang ke dalam toples untuk jalan-jalan di malam hari. Merayakan adalah cara yang bagus untuk membuat diri Anda terus maju. (ron)

Sukses: “Apa Artinya dan Mengapa Itu Penting ?”

0

Jeff Minick

Kita berada di 2022, beberapa orang pasti mencoba untuk menegakkan resolusi yang mereka buat pada Hari Tahun Baru: seperti misalnya menurunkan berat badan, berolahraga, menghabiskan lebih sedikit waktu di media sosial, dan latihan disiplin diri lainnya yang bertujuan untuk menciptakan kebiasaan yang lebih baik.

Selain keinginan, kemauan, dan stamina, veteran perang tahu resolusi adalah salah satu kunci kemenangan adalah membuat sumpah mereka sespesifik mungkin. Alih-alih perintah samar-samar misalnya “menurunkan berat badan”, mereka bertujuan untuk “menurunkan satu pon seminggu selama 20 minggu”. Jika mereka ingin menjadi bugar, mereka mengesampingkan “olahraga lebih banyak” yang samar dan bergabung di gym dengan tujuan berolahraga di sana setiap  Senin, Rabu, dan Jumat pagi.

Semua baik dan bagus. Namun datangnya tahun baru juga memberikan kesempatan yang sempurna untuk berhenti sejenak dan memandang hidup kita secara lebih luas. Kehilangan 20 pound adalah usaha yang layak, tetapi memeriksa gambaran besar dari diri kita sendiri juga dapat membawa manfaat. Penyelidikan ini mungkin dengan menemukan diri kita berdiri di depan cermin dan menanyakan pertanyaan seperti ini:

Apakah saya di jalan yang benar? Apakah saya memenuhi panggilan saya atau panggilan saya berhubungan dengan bakat saya? Apakah saya membuat kemajuan atau gagal dalam pencarian saya untuk menjadi yang terbaik yang saya bisa? Dan apa sebenarnya artinya itu?

Singkatnya, bagaimana kita mengukur kesuksesan dalam skala besar?

Memenangkan waktu

Budaya kita menilai tingkat pencapaian berdasarkan kriteria seperti kekayaan dan bakat. Miliarder seperti Mark Zuckerberg, Bill Gates, dan Elon Musk dinyatakan sukses karena kekayaan yang mereka hasilkan dan karena memiliki bakat yang dibutuhkan untuk menghasilkan uang. Ini bukan hal baru. Sejak zaman Andrew Carnegie dan Cornelius Vanderbilt, orang Amerika menganggap akumulasi uang dalam jumlah besar sebagai tanda pencapaian/keberhasilan.

Kita memberikan karangan bunga pujian yang sama kepada selebriti kita, aktor, bintang olahraga, penulis, dan artis lainnya. Clint Eastwood, Meg Ryan, Serena Williams, Brett Favre, Stephen King, Anne Tyler, semua pria dan wanita ini, yang masih berada di antara kita, dianggap memiliki sukses besar dalam profesi mereka.

Mengabaikan kekurangan pribadi mereka, kebanyakan dari kita akan setuju dengan evaluasi itu. Ini pasti orang-orang yang memiliki keterampilan dan pencapaian yang luar biasa.

Tetapi bagaimana dengan kemenangan dan kejayaan jiwa manusia yang tidak diperhatikan oleh publik pada umumnya dan oleh banyak media kita, yang tidak serta merta memberikan ketenaran dan kekayaan yang luar biasa?

Sukses ada di sekitar kita

Jika kita membuka mata, kita dapat melihat bahwa pencapaian hampir merupakan hal yang lumrah di dunia kita.

Pada 18 Desember 2021, misalnya, saya mengunjungi Old Opera House Theatre di Charles Town, West Virginia, untuk menonton pertunjukan “The Nutcracker”. Saya menghadiri pertunjukan balet itu karena cucu perempuan saya yang berusia 5 tahun, telah berusaha tampil semanis mungkin, tentu saja, tampil singkat di atas panggung sebagai lady bug, peran yang ditambahkan untuk anggota termuda dari kelompok penari.

Dan saya meninggalkan malam itu dengan senang hati karena tampilan bakat yang saya lihat malam itu. Koreografinya, para penarinya, kostumnya yang luar biasa, dan efek spesialnya semua membuatku kagum. Seperti yang kemudian saya katakan kepada putra saya dan istrinya, saya terkejut karena pertunjukan yang begitu indah telah terjadi di kota kecil yang kebanyakan orang Amerika bahkan tidak tahu kalau ada. Selain itu, saya katakan, apa yang luar biasa adalah bahwa di seluruh negeri kita adalah orang-orang dengan bakat mereka yang sedang berkembang yang dipamerkan, bukan hanya penari, tetapi juga musisi, pelukis, penulis, pembangun, perawat, guru, ibu, dan ayah, yang pencapaiannya mungkin tidak diketahui kecuali oleh kerabat atau teman dekatnya, tetapi tetap saja nyata, mulia, dan layak dipuji.

Balet itu, misalnya, adalah kesuksesan yang luar biasa, pertunjukan besar yang dicapai oleh bakat, dorongan, dan kerja keras, disatukan oleh apa yang mungkin kita anggap biasa. Jelas, orang biasa dapat melakukan hal-hal luar biasa.

Yang membawa kita ke bentuk kesuksesan yang kurang nyata, tetapi yang ternyata dan terpuji untuk dirinya sendiri.

Hidup dengan baik

Meskipun sering dikaitkan dengan Ralph Waldo Emerson, tidak ada bukti bahwa ia menulis puisi “Apa Itu Sukses?” Pada 1904, Bessie Anderson Stanley menciptakan puisi serupa, dan kita harus berasumsi bahwa beberapa penulis anonim mengambil syairnya dan membentuknya kembali menjadi bagian yang akan saya gunakan di sini untuk penerapannya: ‘Apa Itu Sukses?’

Sering dan banyak tertawa; Untuk memenangkan rasa hormat dari orang-orang cerdas dan kasih sayang anak-anak; Untuk mendapatkan persetujuan dari kritikus yang jujur dan menanggung pengkhianatan dari teman-teman palsu;

Untuk menghargai keindahan; 

Untuk menemukan yang terbaik dalam diri orang lain;

Untuk memberikan diri sendiri; Untuk menjadikan dunia sedikit lebih baik, baik dengan anak yang sehat, sepetak kebun, atau kondisi sosial yang ditebus;

Bermain dan tertawa dengan antusias dan bernyanyi dengan gembira;

Mengetahui bahkan satu kehidupan telah bernafas lebih mudah karena Anda telah hidup, Ini berarti telah berhasil.

Beberapa pembaca puisi ini mungkin menganggap sentimen seperti Maudlin, layak mendapat kartu Hallmark tapi bukan filosofi hidup, tapi saya bukan salah satunya. 

“Untuk menemukan yang terbaik di orang lain”, “memberikan diri sendiri”, dan “mengetahui bahkan satu kehidupan telah bernafas lebih mudah karena Anda “ ukuran pencapaian ini sangat bertentangan dengan zaman egoisme dan egoisme kita, dan saya percaya, kita pantas mendapat pujian.

Dan “untuk meninggalkan dunia sedikit lebih baik, baik dengan anak yang sehat, sepetak kebun, atau kondisi sosial yang ditebus” adalah pengingat yang indah bagi kita untuk mencerahkan sudut di mana kita berada. Begitu banyak politisi, pakar, dan orang berkuasa berusaha mengubah atau mengendalikan kelompok besar manusia, seringkali dengan konsekuensi yang tidak terduga dan menghancurkan, sedangkan ibu yang merawat halaman belakang rumahnya sendiri, berhubungan dengan tetangganya, dan “sering dan banyak” tertawa lebih sering berhasil daripada gagal.

Prioritas gambaran besar

Seperti yang dapat kita temui, ada berbagai macam tolok ukur yang dapat kita gunakan untuk mengukur keberhasilan dalam diri kita sendiri dan orang lain. Uang, ketenaran, kebaikan, bakat, kebajikan, cinta dan kebaikan yang kita tunjukkan kepada orang lain, semuanya berfungsi sebagai kerangka pencapaian kita. Dan terkadang, tujuan yang kita perjuangkan mungkin membingungkan mereka yang memerhatikan kita.

Dolores Hart lahir pada 1938, menjadi aktris terkenal  pada akhir 1950-an. Dalam lima tahun, ia muncul dalam 10 film, termasuk film hit “Where the Boys Are,” bekerja dengan pria terkemuka seperti  Marlon Brando dan Montgomery Clift, dan merupakan aktris pertama yang mencium Elvis Presley di layar. Dia bertunangan untuk menikah, dan karirnya di Hollywood tampak meyakinkan.

Tetapi pada 1962, yang  mengejutkan Hollywood dan dunia, Hart melepaskan karir filmnya dan pernikahannya yang tertunda; membuang perhiasan, pakaian bagus, dan harta benda duniawi lainnya; dan memasuki Biara Regina Laudis, sebuah biara Benediktin di Connecticut. Di sana, Hart, sekarang Ibu Dolores Hart, telah melayani biara dan Tuhannya selama lebih dari 50 tahun.

Bagaimana, kita mungkin bertanya, bagaimana wanita seperti itu, bintang Hollywood yang sedang naik daun menjadi biarawati, mengukur kesuksesan dan pencapaian? Dalam wawancara baru-baru ini dengan Fox News, dia berkata, “Menemukan Tuhan berarti menemukan cinta.”

Mencium Presley di film memiliki klaim atas ketenaran, tetapi apa yang dilakukan Hart untuk keyakinannya menurut saya sebagai pencapaian terbesarnya.

Seperti Hart, bagaimana kita mengukur kesuksesan kita, dan dalam hal ini, kegagalan kita—adalah bagaimana kita mengukur diri kita sendiri. (awp)

Jeff Minick memiliki empat anak dan beberapa cucu yang terus bertambah. Selama 20 tahun, dia mengajar sejarah, sastra, dan bahasa Latin untuk seminar siswa homeschooling di Asheville, NC Dia adalah penulis dua novel, “Amanda Bell” dan “Dust on Their Wings “ dan dua karya non-fiksi, “ Learning as I Go” dan “Movies Make the Man”. Saat ini, dia tinggal dan menulis di Front Royal, Va. Lihat JeffMinick.com untuk mengikuti blognya

Selamat Tinggal Pandemi, Selamat Datang Endemi

0

Joe Wang

Pada awal 1918, ketika Perang Dunia I memasuki tahun terakhirnya, virus A influenza H1N1 menginfeksi jutaan orang, menyebabkan pandemi flu Spanyol. Pada April 1920, setelah empat gelombang dan hampir 100 juta kematian, pandemi berakhir. H1N1 menjadi jauh lebih tidak mematikan dan hanya menyebabkan flu musiman biasa. Itu telah menjadi virus endemik.

Akankah sejarah berulang? Setelah dua tahun pandemi COVID-19 dan empat gelombang varian yang berbeda, apakah SARS-CoV-2 akan menjadi virus endemik?

Terlihat Baik

Setelah opini saya baru-baru ini “Omicron May Help End the Pandemic This Winter (Omicron Mungkin dapat Membantu Mengakhiri Pandemi pada Musim Dingin Ini)” diterbitkan, pembaca bertanya apakah saya dapat mengutip publikasi tinjauan sejawat untuk mendukung klaim akhir pandemi saya. Nah, karena gelombang Omicron masih berlangsung, proyeksi saya hanya bisa sebaik prediksi para ahli. Tapi hal-hal yang terlihat sejauh ini cukup bagus.

Dalam seminggu terakhir, ada beberapa jurnal penelitian terkait yang diterbitkan yang menunjukkan arah yang sama—bahwa Omicron menyebar cepat tetapi kurang patogen. Tak satu pun dari mereka yang belum ditinjau rekan sejawat, dan karena datanya bersifat sensitif terhadap waktu, sehingga para ilmuwan memilih untuk mengizinkan akses publik ke penelitian mereka secara “langsung”, karena proses tinjauan sejawat membutuhkan waktu.

Jadi apa yang disarankan oleh data baru itu? Bisakah penyebaran Omicron mengakhiri pandemi? Gelombang datang dan pergi, jadi agar Omicron menjadi gelombang terakhir, Omicron harus mampu merangsang kekebalan yang kuat dan tahan lama terhadap varian potensial di masa depan.

Imunitas dan Vaksinasi Sel T

Harapan untuk kekebalan jangka panjang bergantung pada respons sel T protektif. Dalam artikel saya sebelumnya, saya mengutip penelitian Universitas Cape Town yang menunjukkan bahwa respons sel T yang bertahan lama, yang diinduksi baik oleh vaksinasi atau infeksi alami, mengenali Omicron secara silang. Para penulis menyimpulkan bahwa kekebalan sel T yang terpelihara dengan baik terhadap Omicron kemungkinan akan berkontribusi pada perlindungan dari COVID-19 parah yang disebabkan oleh varian lain.

Namun, ternyata tidak semua respons sel T sama. Studi Cape Town tidak membedakan jenis respons sel T yang diinduksi baik oleh infeksi alami maupun vaksinasi. Kita sekarang mengetahui bahwa meskipun vaksinasi dengan vaksin berbasis protein S merangsang respons sel T, respons tersebut tidak menginduksi perlindungan. Itulah sebabnya, meski dunia memiliki tingkat vaksinasi yang tinggi pada November, gelombang Omicron tetap datang.

Perlindungan yang Lebih Kuat

Pada 10 Januari, jurnal ilmiah Nature menerbitkan artikel tinjauan sejawat berjudul “Reaksi Silang Memori T cells Berasosiasi dengan Perlindungan terhadap Infeksi SARS-CoV-2 pada Kontak COVID-19”. Dikirim ke Nature oleh para ilmuwan Imperial College London lima bulan lalu, artikel tersebut melihat epitop sel T (fragmen protein yang sangat kecil) dari protein SARS-CoV-2 yang berbeda (S, N, E, dan ORF1) dalam hal reaktivitas silang mereka dengan spesies lain dari virus corona manusia OC-43 dan HKU1, yang menyebabkan flu biasa.

Mereka menemukan kumpulan epitop sel T dari protein S, N, dan ORF1 yang reaktif, bersilangan antara SARS-CoV-2 dan virus corona manusia (huCoV). Namun, respons sel T spesifik yang menginduksi perlindungan berasal dari epitop protein N dan ORF1, bukan protein S (protein lonjakan). Mereka kemudian menyimpulkan bahwa pada vaksin generasi kedua yang dikembangkan untuk melawan COVID-19, protein non-spike harus dimasukkan.

Ketika saya membaca makalah tersebut, saya kurang tertarik pada rekomendasi para ilmuwan tentang pengembangan vaksin generasi berikutnya, dan lebih mendalami studi mereka tentang protein non-spike (N dan ORF1) dan reaktivitas silang epitop sel T mereka antara SARS- CoV-2 dan hu- CoVs, karena informasi baru ini dapat menjelaskan perlindungan silang kekebalan sel T yang terperinci antara SARS- CoV-2 dan huCoVs.

Dengan kata lain, jika epitop protein-N dari flu biasa dapat menginduksi kekebalan sel T protektif jangka panjang terhadap SARS-CoV-2, maka infeksi Omicron dengan banyak epitop protein-N juga harus dapat menginduksi imunitas sel T yang serupa dan memberikan perlindungan yang lebih kuat terhadap infeksi varian SARS-CoV-2 di masa depan.

Jika Anda dapat mengenali sepupu jauh Anda di tengah keramaian, Anda pasti dapat melihat saudara Anda tepat di sebelah Anda.

Cahaya di Ujung Terowongan

Selama sekitar satu tahun dari sekarang, para ilmuwan telah membahas potensi SARS-CoV-2 untuk bergabung dengan empat virus corona manusia lainnya sebagai virus endemik.

SARS-CoV-2 adalah virus corona ketujuh yang menginfeksi manusia. Kami memiliki MERS-CoV yang menyebabkan sindrom pernapasan Timur Tengah, SARS-CoV dan SARS-CoV-2 yang menyebabkan sindrom pernapasan akut yang parah, dan empat virus endemik lainnya (OC43, HKU1, 229E, dan NL63) yang menyebabkan flu biasa.

Dalam makalah tinjauan sejawat berjudul “Karakteristik Imunologis Mengatur Transisi COVID-19 ke Endemisitas” yang diterbitkan dalam jurnal bergengsi Science pada Februari 2021, para ilmuwan di Pennsylvania State University dan Emory University menyatakan bahwa semua virus corona manusia memperoleh kekebalan dengan karakteristik serupa. Pandemi COVID-19 adalah konsekuensi dari populasi manusia yang belum pernah melihat SARS-CoV-2 sebelumnya. Setelah infeksi yang meluas (seperti gelombang Omicron) terjadi di seluruh dunia, virus pada akhirnya akan beredar secara endemik, yang berarti bahwa infeksi masih dapat terjadi tetapi dengan gejala yang lebih ringan dan kematian yang jauh lebih sedikit.

Ada dua alasan mengapa transisi dari pandemi ke endemi tidak terjadi sampai Omicron: 1) Semua vaksin yang banyak digunakan didasarkan pada protein lonjakan, yang tidak menginduksi respons sel T pelindung jangka panjang; dan 2) Kekebalan alami tidak tersebar luas.

Makalah Nature mengungkapkan bahwa sel T pelindung (mensekresi IL-2) diinduksi oleh infeksi SARS- CoV-2. Oleh karena itu, kami dapat memperkirakan bahwa penyebaran infeksi Omicron yang lebih luas akan menginduksi kekebalan sel T reaktif-silang yang lebih luas, yang selanjutnya menawarkan perlindungan yang lebih luas terhadap potensi varian SARS-CoV-2 di masa depan. Akibatnya, kita kemungkinan sangat dekat untuk bisa mengucapkan selamat tinggal pada pandemi.

Meskipun kita harus sadar bahwa kita belum keluar dari hutan dan orang-orang masih menderita, saya tetap optimis bahwa kita mulai melihat cahaya di ujung terowongan.

Kita juga harus ingat bahwa bahkan ketika kita mengucapkan selamat tinggal pada COVID-19, kita mungkin tidak akan sepenuhnya bebas dari SARS-CoV-2. Bahkan flu musiman membunuh lebih dari setengah juta orang di seluruh dunia setiap tahun, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Virus endemik lain kemungkinan akan menambah beban sistem kesehatan di seluruh dunia.

Hal baiknya adalah, seperti yang saya sebutkan di artikel saya sebelumnya, Omicron dapat dilihat sebagai vaksin hidup yang dilemahkan, yang memiliki rekam jejak yang sangat baik di antara semua vaksin. Ada sekitar 11 penyakit yang banyak digunakan untuk memeranginya dengan vaksin yang dilemahkan, seperti campak, gondongan, cacar air, dan polio. Sejauh ini, tidak satu pun dari penyakit ini yang menyebar di luar kendali setelah beberapa dekade vaksinasi.

Mudah-mudahan, Omicron akan bertindak seperti sepupu vaksin yang dilemahkan lainnya, dan dengan sedikit keberuntungan, tidak ada varian SARS-CoV-2 lain yang akan muncul menjadi pandemi di masa depan. (osc)

Joe Wang, Ph.D., adalah ilmuwan utama untuk proyek vaksin SARS Sanofi Pasteur pada tahun 2003. Dia sekarang adalah presiden New Tang Dynasty TV (Kanada), mitra media The Epoch Times

Nonton Bareng Angsa Hitam pada Tahun Macan

Shi Shan

2021 telah berlalu dan tahun baru 2022 telah dimulai. Apakah akan ada suasana baru di dunia, tentu setiap orang memiliki harapan yang berbeda, tetapi tidak ada yang berani mengatakan bahwa dirinya mengetahuinya.

Ajaran Buddha mengutamakan hukum sebab-akibat, dan apa yang akan terjadi pada 2022 tentu saja berkaitan erat dengan apa yang telah terjadi sebelumnya, mari kita menengok ke belakang, menyayangi hari ini dan menatap masa depan, pertama-tama penulis rangkum dulu apa saja yang terjadi tahun lalu, artinya peristiwa penting apa saja yang telah terjadi pada 2021 dan mungkin memiliki dampak yang cukup besar di masa depan.

Peristiwa besar yang dirangkum oleh AFP, pertama-tama adalah kelanjutan dari epidemi. Meskipun lebih dari 20 vaksin telah dikembangkan oleh berbagai negara di seluruh dunia, namun varian Delta dan Omicron yang lebih menular telah bermunculan satu demi satu.

Meskipun disuntik vaksin dapat mengurangi risiko penyakit parah, tetapi kenyataan pahitnya adalah harapan bahwa pandemi akan segera teratasi telah sirna, virus yang bandel terus menyebar ke seluruh dunia, dengan angka kematian resmi melebihi 5,39 juta jiwa.

Tetapi WHO percaya bahwa angka ini terlalu diremehkan padahal jumlah kematian sebenarnya mungkin dua hingga tiga kali lipat lebih tinggi.

Tiongkok yang selalu mempertahankan strategi “nol infeksi”, pada akhir tahun lalu pecah lagi situasi epidemi.

Statistik terbaru menunjukkan bahwa Xi’an telah menjadi kota dengan infeksi lokal terbanyak.

Kota berpenduduk 13 juta orang ini telah sepenuhnya di lockdown, dan mereka mulai melakukan desinfeksi komprehensif dan memperketat pembatasan perjalanan. Kewaspadaan pihak berwenang Tiongkok ditingkatkan berlipat ganda untuk menghindari wabah berskala besar pecah menjelang Olimpiade Musim Dingin Beijing.

AFP mengatakan, yang disesalkan adalah, dua tahun pasca merebaknya pandemi mahkota Covid-19, sumbernya malahan masih menjadi misteri yang belum terpecahkan. WHO telah mengirimkan tim ahli ke Tiongkok, tempat virus pertama kali merebak, tetapi sejauh ini belum mendapatkan kesimpulan apa pun.

Kantor Berita resmi Xinhua dari PKT menempatkan penyebaran pandemi COVID-19 yang terus menyebar, pada nomor terakhir dalam sepuluh besar peristiwa internasional. Disebutkan: untuk “perang berlarut-larut” melawan pandemi, sangat mendesak bagi semua pihak untuk bekerja sama, dan menjadikan vaksin sebagai produk publik global dan memberikan peran penuh pada vaksin, obat-obatan dan langkah-langkah pencegahan pandemi.

Menurut pendapat penulis, pandemi akan menjadi hal terpenting bagi seluruh dunia di tahun ini, dan bahkan mungkin terus berlanjut hingga dua tahun ke depan. Semakin besar korban jiwa, semakin banyak perhatian akan diberikan pada asal
usul virus COVID-19.

Di satu sisi, PKT menyanyikan “nasib kebersamaan” dengan nada tinggi, tetapi di sisi lain, PKT benar-benar memblokir dan menutupi apakah itu penyelidikan asal virus, data epidemi, atau bahkan bahan penelitian virus awal.

Penelitian tentang asal muasal pandemi sangat penting bagi masa depan umat manusia, karena bagaimana pandemi yang menyebabkan begitu banyak kerugian terjadi? Tanpa penyelidikan yang serius, komprehensif dan objektif, kita sama sekali tidak dapat menjamin bahwa lain kali tidak akan terjadi lagi, juga sama sekali tidak ada cara untuk mencegah meletusnya wabah besar yang mematikan ini untuk kali berkutnya.

Tiongkok adalah negara dimana pandemi pertama kali muncul dan merebak. Tindakan yang diambil oleh PKT sama sekali bertentangan dengan apa yang disebut “nasib kebersamaan”. Hal ini memiliki pengaruh sangat besar bagi masa depan.
Apa yang kita lihat sekarang adalah bahwa diplomasi RRT sedang dalam kesulitan, apakah ini hanya evolusi dari situasi yang tidak disengaja? Tentu saja bukan!
Hal kedua adalah pergantian presiden AS dan serangkaian peristiwa yang terkait dengan hal ini.

Artikel AFP mengatakan bahwa pada 6 Januari 2021, ratusan pendukung Presiden Trump menyerbu Kongres AS dalam upaya untuk mencegah anggota parlemen mengonfirmasi kemenangan Demokrat Joe Biden dalam pemilihan presiden pada November 2020. Adegan kacau balau yang menewaskan lima orang ini telah membuat heboh seluruh dunia.

Laporan AFP lebih ditujukan pada Trump, sedangkan laporan Xinhua (media corong RRT) ditujukan pada seluruh sistem demokrasi Barat modern, terutama yang disebut “demokrasi ala Amerika”.

Kantor Berita Xinhua menempatkan insiden ini ditempat pertama dari sepuluh insiden besar internasional. Artikel itu mengatakan bahwa kekerasan berdarah pada 6 Januari 2021 itu, yang dipentaskan di aula politik tertinggi di Amerika Serikat, sempat mengejutkan dunia, menonjolkan kesenjangan perpecahan dalam masyarakat Amerika, dan mematahkan ilusi “demokrasi ala Amerika”. “Demokrasi ala Amerika” telah menjadi alat bagi politisi Amerika untuk menghasut opini publik demi memaksimalkan kepentingan mereka sendiri.

Menurut hemat saya, insiden 6 Januari bukanlah sebuah peristiwa yang terpisah, ini berkaitan erat dengan dugaan kecurangan selama masa pemilu sebelumnya.
Jika tidak ada tuduhan kecurangan pemilu serta pengelabuhan yang disengaja oleh sejumlah pihak, tentu saja tidak akan ada insiden Serbuan Kongres di kemudian hari.
Dari perspektif yang lebih luas, bagaimana kelak mempraktikkan sistem demokrasi liberal di era diferensiasi nilai yang dibawa-serta oleh era Internet, hal ini merupakan sebuah tantangan besar bagi Amerika Serikat serta masyarakat dunia.

Bagaimana berinteraksi, berkompromi dan secara konstruktif membentuk konsensus tentang tata kelola sosial di antara berbagai kelompok sosial, kelompok bu- daya, kelompok agama, kelompok etnis dan kelompok kepentingan yang berbeda di era Internet, hal ini bakal menjadi masalah besar yang dihadapi oleh masyarakat demokrasi.

Masalah ini, sama seperti virus COVID-19, kemungkinan akan mempeng- aruhi masa depan umat manusia selama bertahun-tahun.

Peristiwa besar ketiga versi AFP sebenarnya merupakan serangkaian peristiwa serupa, yakni kudeta militer.

Dalam satu tahun pada 2021 lalu, perebutan kekuasan dengan kekerasan telah terjadi di banyak negara di seluruh dunia, dan telah terjadi kemunduran yang jelas dalam demokrasi. Termasuk Myanmar, Chad, Mali, Guinea dan Sudan di Afrika, telah terjadi insiden di mana jenderal militer merebut kekuasaan tertinggi di negara-negara itu melalui kudeta militer. Bersamaan itu juga disertai dengan insiden tewasnya sejumlah warga sipil yang disertai gerakan penindasan dan aksi protes.

Dalam kesimpulan Xinhua, tidak ada yang namanya peristiwa kudeta. Hal ini bisa dimaklumi, karena pemahaman PKT tentang negara, pemerintahan dan politik pada dasarnya dibangun di atas fondasi kekerasan, salah satu ajaran Mao adalah: “kekuasaan politik muncul dari laras senapan”, siapa yang godamnya paling besar dialah sang penguasa.

Bagi mereka, ini adalah kebenaran, ini adalah hukum alam yang legal dan tidak perlu dipermasalahkan.

Namun kantor berita Xinhua, menganggap apa yang disebut multilateralisme yang diprakarsai Xi Jinping sebagai peristiwa besar internasional. Xi Jinping membuat pernyataan ini pada Oktober 2021 saat berpidato di peringatan 50 tahun masuknya RRT ke PBB.

Agence France-Presse menempatkan situasi Eropa di urutan V, menyebutkan Eropa menghadapi tantangan.

Eropa pada 2021, dimulai dari Inggris secara resmi keluar dari keanggotaan Uni Eropa per 1 Januari, kemudian Kanselir Jerman Angela Merkel mengundurkan diri setelah 16 tahun berkuasa, pada akhir tahun lalu pemerintahannya di-estafet oleh suatu koalisi baru.

Juga ada keputusan Mahkamah Konstitusi Polandia bahwa pasal tertentu dari Perjanjian Eropa tidak sesuai dengan konstitusi nasional; Ukraina, sebagai perbatasan baru antara Eropa dan Rusia, berada di bawah tekanan kuat yang semakin meningkat.

Juga ada krisis imigran. Belarus sengaja menciptakan jalur Minsk yang membiarkan ribuan imigran, terutama dari Timur Tengah berkemah di atas tanah es dan salju di perbatasan Polandia di sisi Belarusia, dengan harapan mereka akan memasuki wilayah Uni Eropa. Setidaknya lebih dari selusin imigran tewas di kedua sisi perbatasan.

Selain itu juga ada kasus Lituania mengubah kantor perwakilan ekonomi dan budaya Taipei setempat menjadi kantor perwakilan Taiwan yang memicu reaksi keras dari Beijing.

Sebuah negara dengan populasi kurang dari 3 juta, melawan sosok monster super, bagaimana dengan UE? Membantu sekutukah? Atau menyerah pada kepentingan? Untuk apa UE didirikan? Berdasarkan prinsip apakah? Apakah itu aliansi kepentingan atau aliansi nilai?

Semuanya ini ditonjolkan dengan jelas dalam masalah Lituania melawan RRT.

Menurut pendapat penulis, kejadian ini, kemungkinan besar akan memiliki makna yang lebih penting dan menentu- kan bagi masa depan Uni Eropa, bahkan melebihi krisis Ukraina.

Xinhua juga melihat hal ini, meskipun Xinhua menempatkan masa depan Uni Eropa di tempat IX. Xinhua mengatakan bahwa Jerman dan Uni Eropa telah memasuki “era pasca-Merkel”. Ketika Merkel meninggalkan panggung politik, UE sedang menghadapi banyak ujian berat, dan ia sempat memuji gaya pragmatis dan rasional dari Merkel yang sangat bermanfaat ketika UE mencari “otonomi strategis” yang sebenarnya.
Ketika PKT mengacu pada “otonomi strategis” UE, terutama ditujukan pada Uni Eropa yang terlepas dari Amerika Serikat. PKT selalu berharap bahwa dunia ini dapat terbentuk menjadi “Romance of the Three Kingdoms” atau “Romance of the Four Kingdoms”, Amerika Serikat, Tiongkok, Rusia dan Eropa.

Sejujurnya, perubahan besar dalam lanskap geopolitik semacam ini membutuhkan peristiwa besar. Krisis Ukraina yang telah kita saksikan dapat dipastikan bakal menjadikan hubungan Amerika Serikat dan Eropa lebih akrab lagi. Dalam hal ini, harapan PKT mungkin tidak akan terpenuhi dalam beberapa tahun mendatang.

Baik Agence France-Presse maupun Xinhua News Agency menganggap krisis Ukraina sebagai salah satu dari sepuluh peristiwa besar, yang membedakannya adalah AFP menekankan Ukraina, sementara itu Kantor Berita Xinhua menekankan kontradiksi antara Rusia dan Barat telah meningkat, tentu saja, sebenarnya ini adalah hal yang sama.

Kejadian ini sebenarnya lebih merupakan kontradiksi antara Eropa dan Rusia, dengan bantuan sistem Uni Eropa, beserta sistem NATO, Eropa telah memperluas kekuatannya ke timur dan Rusia telah merasakan krisis keamanan menghadang di depan mata.

Amerika Serikat diikat masuk oleh NATO. Biden pernah secara terbuka mengatakan bahwa Ukraina tidak perlu terburu-buru untuk bergabung dengan NATO, tetapi Eropa, terutama Jerman, mungkin memiliki pandangan yang berbeda.

Amerika Serikat dan Inggris berada di pihak UE, selain kewajiban terhadap NATO, juga ada alasan utama lainnya, yaitu alasan nilai.

Lainnya termasuk penarikan pasukan AS dari Afghanistan dan berlanjutnya ketegangan di Timur Tengah. Situasi di Timur Tengah tampaknya tegang setiap tahun, namun ketegangan di Timur Tengah sudah menjadi hal biasa.

Penarikan militer AS dari Afghanistan merupakan strategi yang ditetapkan pada masa pemerintahan Obama, setelah ditata dan diatur oleh dua presiden sebelumnya, sebenarnya memiliki kartu cukup bagus, namun akhirnya berubah menjadi kekalahan besar di tangan Biden.

Peristiwa besar internasional, kira-kira hanya itu saja. Di Tiongkok juga terjadi banyak peristiwa besar, untuk hal ini tidak dapat lagi mengandalkan kantor berita Xinhua.

Penulis sendiri memilih tiga kejadian. Peristiwa pertama, Tiongkok terjerumus ke dalam krisis ekonomi dan perusahaan-perusahaannya menghadapi kesulitan besar. Dari Alibaba pada awal tahun hingga Evergrande di akhir tahun, pada dasarnya dilema ekonomi RRT berlangsung sepanjang tahun. Hal ini membawa dua masalah, yang pertama adalah pengangguran, dan yang kedua adalah resesi fiskal RRT.

Pengangguran tidak dibahas disini, keuangan pemerintah RRT dan utang pemerintah daerah meningkat dua kali lipat, pemerintah pusat juga tidak punya uang. Pada akhir tahun 2021, PKT juga mengubah cara pembayaran pajak usaha kecil dan mikro, dan kemungkinan yang dihadapi oleh usaha kecil di mulai tahun 2022, pajak penghasilan yang mereka bayarkan kemungkinan akan meningkat 5 hingga 10 kali lipat. Hal ini akan selangkah lebih maju melenyapkan usaha kecil dan mikro di Tiongkok, dan menyebabkan pengangguran yang lebih besar, serta menciptakan kelemahan konsumsi yang lebih parah, serta ekonomi RRT akan terjatuh ke dalam kesulitan yang lebih besar.

Kedua, Sidang Paripurna VI Kongres Nasional PKT ke 19. PKT membuat sebuah “resolusi historis” dan pasca Mao Zedong, maka Xi Jinping menjadi sosok pemimpin besar, pemikir, filsuf dan ahli strategi PKT yang lain.

Penentuan posisi menggelikan semacam ini ditentukan oleh sistem PKT, harus seperti ini, jika tidak, partai tidak menjadi partai, dan negara tidak menjadi negara.

Sistem otokratis kediktatoran membu- tuhkan otoritas absolut dari sang diktator itu sendiri, jika otoritas tidak terbentuk dalam penyelesaian krisis yang sebenarnya, maka hal itu hanya bisa didapat dari bualan yang dipromosikan. Semua sistem kediktatoran adalah sama, Korea Utara, RRT, Uni Soviet, Venezuela, Kuba dan lain-lain.

Sistem kediktatoran sungguh sangat mirip dengan sistem hidrolik dalam teknik mesin, melalui sistem hidrolik dan cukup dengan mengerahkan sedikit kekuatan, dapat disalurkan menjadi tekanan super. Tetapi sistem ini perlu ketertutupan, begitu ada kebocoran oli atau apa saja, seluruh sistem akan ambruk.

Apa yang kita saksikan sekarang, PKT membanting setir ke kiri sebenarnya merupakan kebutuhan sistem, juga merupakan kebutuhan pengoperasian sistem.

Masalahnya adalah bahwa setelah menjalani 30 tahun reformasi dan keterbukaan di Tiongkok, masyarakatnya bukanlah suatu sistem yang sepenuhnya tertutup, maka itu timbullah masalah. Selain perlawanan dari pihak warga sipil, perlawanan di dalam partai pun cukup sengit. Maka perebutan kekuasaan tidak bisa lagi dihindari.

Pada Kongres Nasional ke-20 Partai Komunis Tiongkok pada akhir 2022 nanti, Komite Sentral Partai akan mengusung Xi Jinping sebagai “pemimpin besar” (bukan Komite Sentral Partai sebagai inti), kita akan menyaksikan semua jenis perebutan kekuasaan akan menjadi semakin sengit, dan kemungkinan bahkan akan ada insiden kejutan yang tidak terduga.

Peristiwa besar ketiga adalah angsa hitam mengunjungi Lapangan Tiananmen di Beijing.

Banyak orang mungkin berpikir itu hanya omong kosong dan kebetulan saja, tapi penulis tidak melihatnya seperti itu.

Ada banyak peristiwa aneh serupa yang tercatat dalam sejarah Tiongkok, seperti melihat roh gentayangan di dalam istana, sang kaisar bermimpi pertanda buruk, dan lain-lain, sebelum kemudian terjadi peristiwa perubahan mendadak. Bukankah Langit dan manusia menyatu?

Jika Anda tidak percaya, maka anggap saja hal ini sebagai lelucon. Tetapi angsa hitam mendarat dan berdiri di Lapangan Tiananmen, hal ini memang betul-betul sangat aneh, sampai sekarang tidak satu pun orang yang tahu dari mana datangnya si angsa hitam itu? Tidak ada angsa hitam liar di belahan bumi utara, mungkinkah ia terbang dari Australia?

Kejatuhan semua negara komunis otokratis di dunia ditentukan oleh “angsa hitam” setelah beberapa putaran “badak abu-abu”.

Di Daratan Tiongkok, “badak abu-abu (adalah ancaman yang sangat mungkin, berdampak tinggi namun diabaikan. Badak abu-abu bukanlah kejutan acak, tetapi muncul setelah serangkaian peringatan dan bukti nyata)” sudah datang beberapa ekor yang menyeruduk PKT hingga sedikit babak belur.

Kapan “angsa hitam (peristiwa tak terduga atau tak terdeteksi, biasanya satu kejadian dengan konsekuensi ekstrem)” benar-benar datang, ini barulah akan menjadi fokus terbesar 2022 ini, atau dua tahun ke depan 2023-2024? (lin)

Wanita Uighur Tewas dalam Kamp Kerja Paksa, Otoritas Meluncurkan Kampanye Anti-AS di Universitas Xinjiang

0

oleh Radio Free Asia

Dari berita yang diperoleh Radio Free Asia dilaporkan bahwa Shazadigul Tomur, seorang wanita warga etnis Uighur yang ditahan di kamp pendidikan ulang di wilayah Xinjiang, telah meninggal dunia karena penyakit lambung pada September 2020 saat melakukan kerja paksa di sebuah pabrik kaus kaki yang berada di dekat kamp.

Selain itu, pihak berwenang Tiongkok mulai meluncurkan kampanye propaganda berskala besar di wilayah Xinjiang terhadap negara-negara Barat, yang dipimpin oleh Amerika Serikat yang menuduh Beijing melakukan pelanggaran hak asasi manusia dan kebijakan genosida terhadap minoritas Uighur. Pihak berwenang juga menggunakan para dosen dan mahasiswa etnis Uighur dalam upaya propaganda anti-Amerika Serikat di universitas-universitas Xinjiang. Berikut akan kita bahas soal kebenaran dari masalah diatas melalui percakapan orang-orang terkait yang direkam oleh RFA.

Sumber yang mengetahui masalah dan pejabat setempat mengungkapkan bahwa Shazadigul Tomur, wanita warga etnis Uighur berusia 45 tahun telah ditangkap di rumahnya dan dibawa ke kamp pendidikan ulang di Toksun County, Turpan pada pertengahan tahun 2018, di mana ia menderita sakit lambung setahun kemudian.

Shazadigul Tomur, warga asli Bositan, Toksun, adalah salah satu dari ribuan orang Uighur yang terbunuh dalam kamp pendidikan ulang Tiongkok yang diyakini telah menampung sebanyak 1,8 juta orang anggota Muslim dan minoritas Turki lainnya sejak Tahun 2017. Banyak warga yang ditahan ilegal dipaksa untuk bekerja di pabrik-pabrik di Xinjiang atau di tempat lain di daratan Tiongkok.

Kerja paksa di Xinjiang telah menjadi titik utama gesekan pada bidang perdagangan antara Tiongkok dengan negara-negara Barat. Karena itu Tiongkok dikenakan sanksi dan pembatasan impor oleh Amerika Serikat dan negara-negara lain, dan memicu seruan untuk memboikot Olimpiade Musim Dingin Beijing.

Pada 23 Desember, Presiden AS Biden menandatangani Undang-Undang Pencegahan Kerja Paksa Uighur (Uyghur Forced Labor Prevention Act), yang melarang impor komoditas dari Xinjiang ke Amerika Serikat tanpa bukti yang jelas dan meyakinkan bahwa komoditas tersebut tidak dibuat oleh pekerja paksa Uighur. Pemerintah Tiongkok dengan marah menolak tuduhan tentang kerja paksa yang dikatakannya “dirancang untuk mencoreng muka Tiongkok.”

Kisah Shazadigul Tomur pertama kali menarik perhatian saat RFA menerima sepucuk surat anonim yang merangkum cerita dari penahanan sampai kematian wanita tersebut. Pejabat setempat juga telah membenarkan kejadian itu melalui sebuah wawancara telepon dengan pejabat RFA.

Penulis surat yang menolak disebutkan namanya karena takut akan tindakan pembalasan oleh otoritas Tiongkok, mengatakan dalam surat yang dikirimkan kepada RFA bahwa Shazadigul dikirim ke kamp pendidikan ulang pada pertengahan tahun 2018 dan meninggal pada September 2020.

Disebutkan juga Shazadigul meninggal dunia saat dipaksa bekerja dengan sekelompok besar tahanan di sebuah pabrik kaus kaki di kamp pendidikan ulang di  Alehui, Tokson.

Ketika wanita itu melaporkan kesehatannya kepada petugas kamp, ​​petugas mengabaikan permohonannya, dengan mengatakan itu bukan pertama kalinya dia memberitahu petugas bahwa dia sedang menderita.

Menurut surat itu, sakit lambung Shazadigul semakin parah sampai-sampai muntah darah saat kerja dalam pabrik pada September 2020. Suatu hari, dia kehilangan kesadaran saat bekerja di pabrik, lalu meninggal dunia.

Surat itu juga mengatakan bahwa sebelum kematiannya, Shazadigul Tomur sudah mengidap penyakit alergi makanan dan tidak bisa makan untuk waktu yang lama. Tetapi hal itu dianggap oleh petugas kamp sebagai mogok makan sukarela, yang membuat dirinya mendapat perlakuan dalam interogasi dan penyiksaan yang lebih parah, tetapi tidak memberinya kesempatan untuk menjelaskan alergi makanannya.

Pejabat kota Bositan yang dihubungi oleh Radio Free Asia mengkonfirmasi bahwa Shazadigul yang bekerja di sebuah pabrik di kamp pendidikan ulang Zhongtai, telah meninggal. Tetapi pejabat itu tidak mengomentari kesehatan wanita itu sebelum dan selama penahanannya.

“Dia meninggal di Rumah Sakit Rakyat Kabupaten,” kata pejabat pemerintah kota itu kepada RFA.

Surat itu juga mengungkspksn bahwa setelah Shazadigul diinterogasi dan disiksa, dia tampaknya sudah terbiasa dengan makanan di kamp pendidikan ulang, tetapi rasa sakit pada lambungnya tidak kunjung baik sampai kemudian ia mengalami rasa sakit yang sangat serius.

Meskipun dia tidak melaporkan kesehatannya yang memburuk kepada petugas kamp, ​​tetapi para petugas itu tahu sering muntah-muntuh, tetapi tetap skeptis terhadap penderitaannya.

Sampai yang terakhir Shazadigul saat tiba di pabrik, dia mengatakan kepada petugas kamp bahwa dia merasa pusing dan tidak enak badan, tetapi mereka tetap memaksaanya untuk ikut  berbaris dengan ribuan pekerja paksa Uighur lainnya dan membawanya ke dalam lokasi untuk bekerja.

Dua jam kemudian, Shazadigul kehilangan kesadaran, muntah darah dan jatuh ke lantai. Petugas membawanya ke rumah sakit, di mana dia dinyatakan meninggal setelah paramedis tidak berhasil menyelamatkan jiwanya.

Seorang petugas polisi Tokson membohongi Radio Free Asia dengan mengatakan bahwa Shazadigul Tomur dibawa dari kamp konsentrasi ke rumah sakit, lalu dibawa ke rumah bukan ke kamp pendidikan ulang setelah perawatan gagal, setelah itu ia meninggal. 

“Dia meninggal di rumah setelah dibawa pulang dari rumah sakit”.

Pejabat itu membenarkan bahwa wanita tersebut bekerja di pabrik kaus kaki. 

“Itu disebut Sekolah Pendidikan Ulang Keempat, dan sekarang masih ada pabrik di sekolah pendidikan ulang itu juga. Mereka membuat kaus kaki dan sejenisnya di pabrik sekolah pendidikan ulang itu”.

Pejabat itu pernah mendengar bahwa Shazadigul memiliki masalah pada paru-parunya, tetapi dia tidak melihat laporan medis apa pun, dan dia tidak tahu bahwa Shazadigul menderita radang dinding lambung / gastritis.

Seorang petugas polisi yang bekerja di kota Bositan, sekitar 40 mil dari kamp pendidikan ulang Zhongtai, sebelumnya pernah memberitahu Radio Free Asia bahwa para tahanan tidak dapat memilih sendiri makanan, mereka harus makan apa yang sudah disediakan pihak kamp, dan petugas kamp pun tidak peduli apakah makanan akan berpengaruh terhadap kesehatan para pekerja paksa itu.

Juga, dalam pernyataan genosida, pihak berwenang Tiongkok meluncurkan kampanye anti-Amerika di Universitas Xinjiang.

Menurut media pemerintah Tiongkok bahwa pada pertengahan Desember 2021, pihak berwenang mulai memobilisasi para dosen dan mahasiswa etnis Uighur beragama Muslim dari universitas di Daerah Otonomi Uighur Xinjiang yang jumlahnya diperkirakan mencapai 12 juta, termasuk mahasiswa dari Universitas Xinjiang, Universitas Kedokteran Xinjiang, Universitas Normal Xinjiang dan Universitas Kashgar.

Laporan media menyebutkan, pihak berwenang berusaha memastikan bahwa tuduhan genosida dan kerja paksa Uighur di Xinjiang yang dilontarkan Barat mendapat penolakan dari kampus dalam pertemuan dan diskusi. Dan melaluinya negara-negara Barat dan organisasi hak asasi manusia internasional yang di bawah kepemimpinan Amerika Serikat telah dicap sebagai organisasi anti-Tiongkok.

Dalam pidato mereka, dosen dan siswa yang memberikan kesaksian mengatakan bahwa AS memimpin kekuatan Barat lainnya untuk membuat tuduhan palsu tentang genosida dan kerja paksa, Mereka juga mengatakan bahwa orang-orang dari semua kelompok etnis di Xinjiang menikmati kesempatan kerja yang sama dan menjalani kehidupan yang bahagia di bawah kepemimpinan Partai Komunis Tiongkok.

Badan legislatif di Amerika Serikat dan beberapa negara Eropa telah menyatakan perlakuan buruk pemerintah Tiongkok terhadap warga etnis Uighur dan minoritas Turki lainnya di Xinjiang sebagai tindakan genosida dan kejahatan terhadap kemanusiaan. Mereka juga memberlakukan sanksi yang ditargetkan pada mereka yang diyakini bertanggung jawab atas tindakan biadab tersebut.

Analis dan aktivis hak-hak Uighur mengatakan, tuduhan itu telah membuat kampanye propaganda melawan demokrasi Barat yang dipimpin AS semakin kuat.

Mereka mengatakan, AS baru-baru ini telah mengesahkan Undang-Undang Pencegahan Kerja Paksa Uighur dengan dukungan hampir bulat dari seluruh anggota Kongres. UU ini memaksa pemerintah Tiongkok untuk melakukan kampanye propaganda besar-besaran seakan ingin membuktikan bahwa dirinya tidak bersalah.

Hu Ping, seorang analis masalah Tiongkok yang berada di Amerika Serikat mengatakan, tujuan pemerintah Tiongkok adalah untuk membingungkan masyarakat internasional dengan mempromosikan kebijakannya terhadap Uighur yang telah mendapatkan dukungan dari rakyat daratan Tiongkok. 

“Hal yang lebih penting lagi, bahwa pemerintah Tiongkok mencoba untuk meyakinkan rakyatnya bahwa kebijakan mereka itu tidak salah. Dalam pandangan pemerintah Tiongkok, jika mereka dapat memaksa para intelektual dan para pemimpin budaya etnis Uighur di Xinjiang untuk melakukan propaganda semacam ini, tentunya hasil dari bujukan semacam ini memiliki arti lebih besar ketimbang propaganda yang dilakukan oleh orang-orang etnis Han atau para pemimpin komunis.”

Hu Ping mengatakan, di bawah kepemimpinan Xi Jinping yang naik tahta sejak tahun 2012, kritik terhadap kebijakan bersifat genosida yang diterapkan Partai Komunis Tiongkok terus meningkat, seiring dengan itu pemerintah Tiongkok juga semakin mengkritik demokrasi Barat. Namun Hu Ping percaya bahwa mengeksploitasi kampanye propaganda dengan memanfaatkan para dosen dan mahasiswa etnis Uighur di Universitas Xinjiang akan menjadi kontraproduktif.

“Mengingat perkembangan terakhir di Xinjiang telah dipahami dengan baik oleh dunia luar, tidak mungkin bagi para sarjana dan tokoh budaya untuk memainkan peran sebagaimana yang diharapkan oleh pemerintah komunis Tiongkok,” katanya.                             

Rushan Abbas, direktur eksekutif Gerakan Uighur, sebuah kelompok advokasi yang berbasis di AS, menunjukkan bahwa pemerintah Tiongkok sekarang meningkatkan serangan propagandanya terhadap warga Uighur, karena negara-negara demokrasi Barat, termasuk Amerika Serikat dan Inggris telah mengambil tindakan nyata dalam melawan penindasan pemerintah Tiongkok terhadap warga etnis Uighur.

Pengadilan Uighur independen yang berada di London pada bulan Desember tahun lalu memutuskan bahwa pemerintah Tiongkok telah melakukan genosida terhadap Uighur dan etnis minoritas lainnya di wilayah Xinjiang, untuk itu Xi Jinping bertanggung jawab atas kekejaman tersebut.

Pengadilan rakyat yang tidak didukung negara mendasarkan temuannya pada kesaksian puluhan orang saksi, termasuk warga Uighur yang telah dipenjara, pakar hukum dan akademik tentang operasi Tiongkok di Xinjiang telah menghasilkan sebuah resolusi, yang membuat Beijing marah dan mengutuk panel dan resolusi ini.

Abbas mengatakan bahwa pemerintah Tiongkok sangat terganggu oleh pengesahan Undang-Undang Pencegahan Kerja Paksa Uighur yang baru-baru ini disahkan Amerika Serikat dengan dukungan luas dari anggota parlemen. Untuk tujuan ini, pihak berwenang Tiongkok telah lebih mengintensifkan propaganda mereka untuk melawan Amerika Serikat, menggunakan universitas-universitas di Xinjiang sebagai garis depan perang propaganda. 

“Dengan menargetkan propaganda kepada para intelektual daerah dan mahasiswanya, dan mencuci otak mereka. Melalui pemaksaan agar mereka angkat bicara, pemerintah Tiongkok berusaha menutupi apa yang sebenarnya terjadi di wilayah Uighur, yaitu kejahatannya, seperti genosida dan pembunuhan massal, etnis Uighur adalah budak,” tambah Abbas.

“Dengan memaksa para elit, intelektual, dan mahasiswa Uighur untuk angkat bicara, otoritas Beijing bekerja untuk meningkatkan persuasif dari kebohongan dan disinformasinya sendiri,” katanya.

Rushan Abbas juga mengatakan bahwa tindakan genosida dan kejahatan komunis Tiongkok terhadap kemanusiaan yang sedang berlangsung di Xinjiang telah menjadi bukti yang benar-benar tak terbantahkan. (sin)

Hampir Seribu Warga Cirebon di Tiga Desa Masih Tergenang Banjir

ETIndonesia- Banjir masih menggenangi tiga desa di wilayah Kecamatan Lemahabang, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Peristiwa ini berlangsung sejak Minggu sore (30/1), pukul 17.00 WIB. Tidak ada laporan korban jiwa atau pun warga luka-luka akibat kejadian tersebut.

Plt. Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, mengatakan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cirebon melaporkan tinggi muka air atau genangan masih teridentifikasi di tiga desa, yaitu Desa Lemahabang sekitar 40 cm, Karangsuwung 20 – 30 cm dan Sigong 10 – 20 cm.

Warga terdampak yang tersebar pada ketiga wilayah sebanyak 342 KK atau 908 jiwa. BPBD juga mencatat sebanyak 155 jiwa berada di pengungsian. Selain berdampak pada warga, banjir menggenangi 209 unit rumah. 

Banjir tiga desa ini terjadi setelah hujan dengan intensitas sedang hingga lebat serta berangsur lama sehingga debit air Sungai Singaraja meluap. Tinggi muka air tercatat 20 hingga 120 cm saat kejadian berlangsung. 

Penanganan darurat dikoordinasikan oleh BPBD setempat dengan melibatkan unsur terkait, seperti dari TNI, Polri, PMI, aparat desa yang terdampak banjir. Aparat desa dari Lemahabang dan Karangsuwung sudah mendapatkan pelatihan penanggulangan bencana karena desa ini termasuk desa Tangguh bencana (destana). Di samping upaya pendataan dan evakuasi, BPBD dan unsur tersebut mendistribusikan bantuan berupa matras, selimut dan makanan siap saji. 

Melihat prakiraan cuaca pada Senin (31/1) dan Selasa (1/2), pemerintah daerah dan masyarakat diimbau untuk waspada dan siap siaga. Terpantau pada siang hari ini, wilayah Kecamatan Lemahabang masih berpeluang hujan sedang hingga hujan petir, sedangkan esok hari juga masih berpeluang hujan sedang. 

Masyarakat perlu mewaspadai potensi banjir susulan, khususnya di tiga desa yang masih dilanda banjir hingga hari ini. Pemerintah daerah diharapkan tetap menyiagakan personel maupun peralatan yang dibutuhkan untuk penanganan darurat, maupun tempat yang dapat digunakan sebagai tempat evakuasi sementara dengan memperhatikan protokol kesehatan.  (asr)

Taiwan Berada pada Posisi Penting dalam Perang Semikonduktor Amerika Serikat – Tiongkok

0

oleh Tim Economics Up & Down – NTDTV.com

Seperti yang kita lihat, memasuki tahun 2022, kekurangan chip dunia masih terus berlanjut. Kementerian Perdagangan AS baru-baru ini mengeluarkan peringatan atas fenomena tersebut, dan Dewan Perwakilan Rakyat AS juga mendorong diberlakukannya Rancangan Undang-Undang Persaingan Amerika Serikat Tahun 2022 (America COMPETES Act of 2022). 

Jadi, apa isi dan tujuan spesifik dari RUU ini ? Apa saja dampaknya bagi Tiongkok dan Taiwan ? Inilah yang akan kita bahas di sini.

Kementerian Perdagangan AS Mengeluarkan peringatan karena krisis chip terus berlanjut

Sejak paruh kedua tahun 2020, krisis pasokan chip telah menjadi masalah besar yang mengganggu industri otomotif, dan hingga saat ini, masalah tersebut masih belum mampu diatasi.

Produsen mobil Toyota Jepang pada 18 Januari yang baru lalu mengumumkan, bahwa mulai bulan Februari pihaknya akan menangguhkan 11 jalur produksi di 8 pabriknya di Jepang karena kekurangan chip. 

Tak lama kemudian, Toyota kembali mengumumkan perpanjangan penangguhan produksi selama 3 hari, dan cakupan yang terpengaruh oleh kekurangan chip ini telah meluas ke 11 dari 19 pabriknya.

Pasokan chip selain terpengaruh oleh masalah epidemi dan bencana alam, lonjakan permintaan juga menjadi penyebab utama kelangkaan chip, sehingga industri semikonduktor global berupaya untuk meningkatkan kapasitas produksi.

Menurut laporan yang dirilis oleh Semiconductor Industry Association (SIA) Amerika Serikat pada Oktober tahun lalu, bahwa belanja modal industri semikonduktor global telah mencapai rekor tertinggi dalam dua tahun terakhir, belanja modal industri semikonduktor pada tahun 2021 diperkirakan mencapai hampir USD. 150 miliam. 

Sedangkan untuk tahun 2022 ini angkanya dapat melampaui USD. 1.500 miliar. Padahal hingga tahun sebelum 2021, pengeluaran modal tahunan industri semikonduktor global belum pernah melebihi angka USD. 115 miliar.

Menurut data SIA, sebelum tahun 2024, diperkirakan ada 85 pabrik semikonduktor di seluruh dunia yang akan selesai pembangunannya dan siap berproduksi, termasuk 25 pabrik pembuat  chip ukuran 8-inci dan 60 buah pabrik pembuat chip 12-inci.  

Pada saat itu, kapasitas produksi global chip berukuran 8-inci diprediksi dapat meningkatkan pasokannya ke pasar hampir 20%, sedangkan kapasitas produksi chip berukuran 12-inci akan meningkat pasokan pasar hampir 50%.

Namun, butuh waktu setidaknya dua sampai tiga tahun untuk mendirikan pabrik yang siap produksi. Oleh karena itu, menurut hasil survei yang diumumkan oleh Kementerian Perdagangan AS pada 25 Januari, bahwa krisis chip paling tidak dapat berlanjut hingga paro kedua tahun ini, karena permintaan tahun 2021 lebih tinggi sekitar 17% dari tahun 2019. 

Hasil survei juga menunjukkan bahwa rantai pasokan chip AS sangat rapuh, karena persediaan chip rata-rata dalam gudang di AS telah menurun tajam dari 40 hari pada tahun 2019 menjadi kurang dari 5 hari pada tahun 2021. 

Temuan Kementerian Perdagangan AS ini juga menyoroti pentingnya untuk merevitalisasi produksi semikonduktor dalam negeri di AS. Atas dasar inilah, DPR-AS meluncurkan ‘America COMPETES Act of 2022’ pada 25 Januari.

Jadi, apa saja konten dan tujuan RUU ini ?

‘America COMPETES Act of 2022’ mendorong persaingan melawan Tiongkok

Menurut RUU itu, pemerintah Amerika Serikat akan mendirikan sebuah yayasan untuk menampung dana sebesar USD. 52 miliar yang dialokasikan oleh pemerintah federal guna mendorong sektor swasta AS berinvestasi dalam produksi semikonduktor. 

Pada saat yang sama, RUU itu juga menganggarkan USD. 45 miliar guna keperluan peningkatan rantai pasokan AS, memperkuat manufaktur, dan memastikan bahwa lebih banyak barang penting dibuat di  Amerika Serikat.

Selain itu, RUU menghendaki adanya kepastian daya saing dan kepemimpinan AS secara global melalui pembangunan ekonomi, diplomasi, HAM dan aliansi.

Selain itu, usulan RUU ini memiliki tujuan yang sudah diketahui semua orang, yakni untuk melawan Tiongkok, karena Amerika Serikat telah menetapkan bahwa Tiongkok adalah pesaing terpenting Amerika Serikat.

Misalnya, Dewan Perwakilan Rakyat AS menyatakan bahwa dana yang terkait dengan peningkatan rantai pasokan dalam RUU tersebut juga dapat digunakan untuk merelokasi fasilitas manufaktur keluar dari negara-negara yang menimbulkan kekhawatiran, termasuk negara-negara yang menimbulkan ancaman ekonomi atau keamanan nasional yang signifikan bagi Amerika Serikat.

Presiden AS Joe Biden pernah mengatakan bahwa, pemerintah Tiongkok melakukan segala kemampuannya untuk menguasai pasar global dalam manufaktur chip, termasuk chip untuk aplikasi militer, ia mencoba untuk memenangkan persaingan dengan AS melalui cara ini.

Setelah DPR merilis RUU itu, Biden juga mengeluarkan pernyataan yang menyebutkan bahwa RUU itu akan membuat Amerika Serikat tak terkalahkan dalam persaingan dengan Tiongkok dan negara-negara lain selama beberapa dekade ke depan.

Dengan kata lain, industri semikonduktor telah menjadi medan pertempuran utama dalam konfrontasi antara AS dengan komunis Tiongkok.

Sesungguhnya pada awal Juni tahun lalu, DPR-AS telah meloloskan sebuah undang-undang inovasi dan persaingan (US Innovation and Competition Act) yang mengesahkan pengalokasian dana sekitar USD. 250 miliar untuk memperkuat teknologi AS, di antaranya USD. 54 miliar untuk meningkatkan produksi semikonduktor, chip dan peralatan telekomunikasi untuk melawan Tiongkok.

Pada saat yang sama, pemerintah AS juga mendesak produsen semikonduktor untuk berproduksi di Amerika Serikat.

Di antara mereka, perusahaan Intel yang pada 21 Januari telah mengumumkan rencananya untuk membangun taman manufaktur chip mungkin yang terbesar di dunia di Ohio dengan menginvestasikan dananya hingga USD. 100 miliar. 

Pembangunan dalam taman manufaktur itu akan termasuk 8 bangunan pabrik dengan investasi awal sebesar USD. 20 miliar, yang konstruksinya akan dimulai pada akhir tahun ini, dan diharapkan sudah mulai berproduksi pada tahun 2025.

Sebelumnya, yakni pada September tahun lalu, Intel juga telah mengumumkan bahwa mereka akan mencadangkan dananya sebesar USD. 20 miliar untuk membangun dua pabrik di Negara Bagian Arizona.

Selain itu, atas desakan pemerintah Amerika Serikat, pada bulan Mei tahun lalu, TSMC (Taiwan Semiconductor Manufacturing Company) juga mengumumkan recananya untuk membangun pabrik di Phoenix dengan investasi sebesar USD. 12 miliar. Samsung Electronics juga mengumumkan pada November tahun lalu bahwa mereka bersedia menginvestasikan USD. 17 miliar untuk membangun pabrik di Texas.

Taiwan berada di front depan dalam perang semikonduktor, ‘Perisai Silikon’ menjadi pertahanan keamanan

Namun, ketika berbicara tentang persaingan pada industri semikonduktor, kita terpaksa berbicara tentang Taiwan, karena posisi Taiwan di industri semikonduktor global sangat penting.

Saat ini, 75% produksi chip berada di Asia Timur, dan 90% chip paling canggih dibuat di Taiwan. Meskipun Amerika Serikat adalah pemimpin dalam desain dan penelitian chip, tetapi ia hanya menghasilkan 10 persen chip komputer sekarang, dan belum memiliki kapasitas untuk memproduksi chip yang paling canggih.

Selain itu, pentingnya kedudukan Taiwan tidak berhenti sampai di sana.

‘New York Times’ pada 27 Januari melaporkan bahwa think tank Washington ‘Center for a New American Security’ (CNAS) melakukan simulasi permainan perang semikonduktor yang dimulai dengan kegagalan mendadak tiga perusahaan pengecoran semikonduktor di Taiwan, dan penghentian produksi secara tiba-tiba yang menimbulkan keraguan apakah Beijing telah meluncurkan serangan siber yang memicu krisis internasional antara Tiongkok dengan Amerika Serikat. Para ahli yang terlibat dalam penelitian tersebut mengatakan, bahwa kejadian tersebut sangat mungkin membuat ekonomi global terhenti dan memicu konfrontasi militer.

Laporan hasil simulasi permainan ini menggambarkan betapa tingginya tingkat ketergantungan dunia pada chip komputer Taiwan dan bagaimana ketergantungan itu telah menarik Amerika Serikat dan Tiongkok ke dalam berbagai konflik. 

Laporan itu juga mengatakan bahwa ketergantungan Amerika Serikat pada microchip kelas terhadap Taiwan telah melampaui ketergantungannya pada minyak Timur Tengah dalam beberapa dekade terakhir. Bahkan jika Kongres AS menyetujui investasi baru pemerintah dalam kapasitas produksi microchip, Amerika Serikat juga membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk mengejar kecanggihan teknologi Taiwan.

Ini juga mengingatkan pada konsep “Perisai Silikon” Pada awal tahun 2001, di mana jurnalis Australia Craig Addison menyebutkan dalam bukunya bahwa “Perisai Silikon” adalah perlindungan Taiwan terhadap serangan komunis Tiongkok. 

Addison percaya bahwa karena posisi penting Taiwan di bidang semikonduktor, invasi militer komunis Tiongkok ke Taiwan akan sangat mengganggu pasokan global produk terkait, sehingga tindakan militer Beijing pasti akan memancing intervensi global yang dipimpin oleh Amerika Serikat.

Dengan kata lain, Taiwan setara dengan berada di front depan perang semikonduktor AS – Tiongkok, menciptakan strategi defensif untuk dirinya sendiri. Jika pemerintah berani secara gegabah merebut pengecoran TSMC dalam konflik, tentu akan mengancam kepemimpinan militer dan teknologi Amerika Serikat. Ini juga menjadi alasan utama mengapa Amerika Serikat harus mencegah Tiongkok menyerang Taiwan, melindungi keamanan Taiwan.

Tentu saja, bagi Beijing, kehilangan chip dari Taiwan juga akan membuat industri mereka kewalahan. Menurut Reuters yang mengutip laporan departemen penelitian dari Kongres yang dirilis Oktober 2020 memberitakan, bahwa Tiongkok menyita sekitar 60% dari permintaan semikonduktor dunia, tetapi lebih dari 90% semikonduktor yang digunakan di Tiongkok diimpor atau diproduksi secara lokal oleh pemasok asing. Di antaranya, Taiwan adalah pemasok penting. Menurut data Kementerian Urusan Ekonomi Taiwan, dari Januari hingga Oktober tahun lalu, ekspor semikonduktor Taiwan ke daratan Tiongkok telah naik 25,2% setahun.

Oleh karena itu, baik Amerika Serikat maupun Tiongkok berupaya untuk meningkatkan investasi di industri semikonduktor, dan Taiwan telah menjadi yang terdepan dalam persaingan chip antara kedua negara. Amerika Serikat berhasil membujuk TSMC agar berinvestasi dan membangun pabrik di Amerika Serikat, yang juga menjadi pendorong utama untuk mendukung kemandirian rantai pasokan semikonduktor AS.

Media Taiwan ‘CommonWealth Magazine’ melaporkan bahwa pabrikan TSMC di Arizona akan menciptakan 1.600 pekerjaan secara lokal, merekrut 250 insinyur Amerika, dan memproduksi 20.000 chip canggih 5 nanometer per bulan. Sudah ada ratusan orang insinyur Amerika yang dikirim ke Taiwan untuk mengikuti pelatihan. Selain itu, TSMC akan membangun pabrik di AS dengan menyalin 100% pabrik 5 nanometer yang sekarang berada di Taman Nanke.

Beijing tidak memiliki peluang untuk menang dalam perlombaan chip global

Sekarang, mari kita lihat apakah Beijing memiliki peluang untuk memenangkan perlombaan chip ini ?

Sekitar tahun 2014, Beijing telah mengumumkan pembentukan dana investasi chip pemerintah pusat senilai USD. 22 miliar, yang dikenal sebagai Dana Besar. Pada tahun 2019, Beijing kembali menyiapkan Dana Semikonduktor Nasional kedua yang besarnya sekitar USD. 30 miliar.

Dukungan pemerintah Tiongkok memang berdampak. Misalnya, lima tahun lalu, Tiongkok hanya menyumbang 3,8% dari pasar chip global, tetapi pada tahun 2020 proporsi itu sudah meningkat menjadi sekitar 9%.

Namun, “proses lanjutan” adalah tantangan terbesar bagi industri chip Tiongkok. Ambil contoh perusahaan SMIC (Semiconductor Manufacturing International Corporation). 

Ketika SMIC mencapai proses 12-nanometer dalam pembuatan chip, di sisi lain, TSMC sudah mengumumkan bahwa mereka akan memproduksi secara massal chip 3-nanometer pada tahun 2022.

‘Wall Street Journal’ baru-baru ini melaporkan bahwa dalam tiga tahun terakhir, Tiongkok telah memiliki setidaknya enam produsen chip berskala besar baru yang akhirnya harus menemui kegagalan. Padahal mereka ini telah menelan dana tidak kurang dari USD. 2,3 miliar, yang merupakan dana investasi dari pemerintah. tetapi belum pernah juga menghasilkan selempeng chip pun. Mengapa bisa demikian ? Karena pejabat lokal meremehkan kesulitan proses dan biaya pembuatan high-end chip. 

Perusahaan chip Quanxin yang berlokasi di Kota Jinan, Shandong misalnya, mereka merekrut puluhan orang insinyur berpengalaman dari Taiwan, beberapa orang berasal dari TSMC, dan menawarkan gaji yang relatif tinggi. 

Sementara para insinyur ini selain memiliki pengetahuan juga berpengalaman dalam teknologi fabrikasi chip, tetapi dilalah Quanxin tidak memiliki kemampuan untuk mengintegrasikan teknologi ini.

Oleh karena itu, kasus-kasus kegagalan ini menunjukkan bahwa bahkan jika ada modal dan bakat, belum tentu dapat menghasilkan chip kelas atas. Terutama di bawah kepemimpinan Partai Komunis Tiongkok, perusahaan Tiongkok sejak dulu tidak digembleng untuk berinovasi, tetapi dipupuk untuk menyontek, dan menyalin. Sama seperti Huawei, begitu Amerika Serikat menjatuhkan sanksi, “boroknya” kelihatan. 

Terlebih lagi, pembuatan chip kelas atas tidak dapat dipisahkan dari pembagian kerja dan kerja sama internasional, sedangkan Beijing saat ini telah menjadi target kompetitif Amerika Serikat, dan terus bermusuhan atau dimusuhi oleh banyak negara di dunia. Dalam situasi seperti ini, untuk merealisasikan swasembada chip kelas atas tampaknya hanya ada dalam mimpi. (sin)

Perbandingan Pasar Saham Tiongkok dengan Pasar Saham Global Menunjukkan Penurunan Ekonomi Tiongkok

0

Cheng Xiaonong

Tahun 2021 adalah sebuah titik balik bagi ekonomi Tiongkok, dari pertumbuhan hingga penurunan. Meskipun pada saat penulisan ini statistik ekonomi tahunan resmi Tiongkok untuk 2021 belum dipublikasikan, kinerja pasar saham Tiongkok di tahun ini menunjukkan bahwa 2021 adalah sebuah penurunan ekonomi Tiongkok.  

Membandingkan kinerja pasar saham Tiongkok dengan kinerja pasar saham Amerika Serikat, Eropa, dan Jepang, kita dapat melihat bahwa ekonomi Tiongkok sekarang sedang berada dalam suatu situasi sulit.

Kinerja Pasar Saham Tiongkok Menunjukkan Kebenaran Di Balik Pertumbuhan Ekonomi Tiongkok

Menurut Dana Moneter Internasional, pertumbuhan Produk Domestik Bruto Tiongkok untuk 2021 diperkirakan akan mencapai 8 persen, termasuk yang tertinggi di dunia. Untuk 2022 Dana Moneter Internasional memperkirakan Produk Domestik Bruto Tiongkok menjadi 5,6 persen. 

Namun, kinerja saham Tiongkok tidak mendukung perkiraan tersebut.

Perusahaan publik suatu negara umumnya termasuk yang terbaik dan berkinerja terkuat di sektor ekonominya. Perusahaan tersebut memimpin monopoli di industri masing-masing atau perusahaan baru dengan potensi pertumbuhan. Sampai suatu batas tertentu, perusahaan tersebut mewakili kekuatan ekonomi suatu negara.

Dalam hal ini, pasar saham Tiongkok tidak sesuai dengan angka pertumbuhan Produk Domestik Bruto yang diantisipasi, di mana Indeks Komposit Bursa Efek Shanghai naik sebesar 4,8 persen dan Indeks Komponen Bursa Efek Shenzhen naik sebesar 2,7 persen tahun lalu.

Sebagai perbandingan, pasar saham Amerika Serikat dan Uni Eropa–—dua entitas ekonomi utama di dunia—–telah menunjukkan pertumbuhan yang luar biasa untuk 2021.

Pasar saham Amerika Serikat mencatat pertumbuhan tahunan ketiga berturut-turut tahun lalu, di mana Indeks Dow naik hampir 19 persen dan Indeks Nasdaq naik sebesar 22 persen. The Wall Street Journal edisi Mandarin melaporkan pada 4 Januari 2022, pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat tahun lalu dapat setinggi lima persen, lebih baik dari prediksi para ekonom, yaitu 3,7 persen.

Komisi Eropa mengharapkan ekonomi Uni Eropa untuk tumbuh 4,2 persen pada 2021, dan indeks Euro Stoxx pan-Eropa naik hampir sebesar 25 persen untuk tahun ini, yang merupakan tahun terbaik kedua sejak tahun 2009.

 Indeks CAC 40 Prancis, sebuah indeks pasar saham acuan Prancis, mencatat kenaikan hampir sebesar 30 persen, dan DAX Jerman, sebuah indeks tolok ukur pasar saham Jerman, mengalami peningkatan sebesar 15,8 persen.

Kinerja pasar saham akhir tahun mengungkapkan bahwa kinerja Tiongkok adalah yang paling rendah.

Adalah penting untuk dicatat bahwa kinerja pasar saham Tiongkok adalah sebuah akibat dari larangan pemerintah Tiongkok bagi para investornya untuk berinvestasi di pasar luar negeri dan melalui dukungan dari Wall Street.

Jika Orang Tiongkok Dapat Membeli Saham Asing seperti yang Dilakukan oleh Orang Jepang…

Semakin banyak orang di Jepang cenderung mengalihkan tabungannya ke investasi, tetapi mereka tidak puas dengan lambatnya kenaikan saham Jepang, begitu banyak dari mereka mengalihkan uangnya ke saham luar negeri, terutama saham yang diperdagangkan di pasar saham Amerika Serikat. Industri keuangan Jepang sepenuhnya diliberalisasi, dan para investor Jepang bebas memilih untuk berinvestasi di saham dalam negeri atau luar negeri.

Jika orang Tiongkok dapat menikmati kebebasan finansial yang sama seperti para investor Jepang, penulis akan mengatakan bahwa kebanyakan orang Tiongkok akan mengikuti praktik investasi orang Jepang di pasar luar negeri yang mengungguli pasar di dalam negerinya.

Namun, tidak ada kebebasan seperti itu di Tiongkok karena adanya sistem otoriter rezim komunis Tiongkok. Terlebih lagi, rezim komunis Tiongkok sangat membutuhkan 

cadangan devisa orang Tiongkok untuk melunasi utang luar negeri rezim komunis Tiongkok dan Penanaman Modal Asing setelah rezim komunis Tiongkok berencana untuk mundur dari Tiongkok.

Utang luar negeri Beijing yang belum dibayar adalah sebesar USD 2,9665 triliun pada akhir September 2021, sedangkan pada akhir Oktober 2021, cadangan devisa Tiongkok mencapai USD 3,2176 triliun, menurut badan devisa tertinggi Tiongkok.

Jika para investor Tiongkok diizinkan untuk berinvestasi di saham asing, cadangan devisa Tiongkok tidak akan cukup untuk membayar utang-utang.

Tamat untuk Saham Perusahaan Tiongkok di Pasar-Pasar Amerika Serikat: Bankir Investasi

Perusahaan besar Tiongkok telah merebut banyak uang dari pasar modal Amerika Serikat dengan cara mendaftar di bursa-bursa saham Amerika Serikat. Dikenal sebagai China Concept Stock, hal ini masih belum sepenuhnya dapat diakses oleh para investor Amerika Serikat sehubungan dengan informasi keuangan perusahaan-perusahaan besar ini, karena rezim Tiongkok telah menolak persyaratan yang diajukan Amerika Serikat untuk mengungkapkan informasi keuangan perusahaan-perusahaan besar ini dengan alasan “membahayakan keamanan nasional.”

Para investor Amerika Serikat yang ditutup matanya harus percaya bahwa perusahaan Tiongkok di mana mereka telah berinvestasi memiliki sebuah masa depan yang cerah, karena Wall Street menawarkan para investor itu sebuah gambaran semacam itu.

Komisi Sekuritas dan Bursa Amerika Serikat menyelesaikan aturan pada Desember 2021, yang mewajibkan perusahaan Tiongkok yang terdaftar di Amerika Serikat untuk mengungkapkan hubungannya dengan pemerintah Tiongkok dan rincian audit. Kegagalan rezim Tiongkok untuk mengikuti aturan akan mengakibatkan sebuah penghentian perdagangan lebih dari 200 saham China Concept di pasar modal Amerika Serikat.

David Loevinger, direktur pelaksana perusahaan manajemen aset TCW Group, memperkirakan sebagian besar perusahaan Tiongkok yang terdaftar di bursa-bursa saham Amerika Serikat akan meninggalkan pasar modal Amerika Serikat pada tahun 2024, menurut CNBC di sebuah laporan pada Desember 2021.

“Saya pikir banyak perusahaan Tiongkok yang terdaftar di pasar  Amerika Serikat, pada dasarnya adalah tamat,” David Loevinger memberitahu CNBC dalam sebuah wawancara pada Desember.

Saham Tiongkok terutama di bidang ekonomi baru seperti internet, pendidikan, teknologi, hiburan, dan energi baru, yang dulunya disukai oleh para investor. Pada tahun 2021, total nilai pasar China Concept Stock turun sebesar USD 760 miliar, di mana 40 saham perusahaan mencatat penurunan tajam 80 persen, menurut sebuah laporan Liberty Times Net Taiwan pada 1 Januari.

Pasar saham Tiongkok sedikit naik tahun lalu berkat investasi Wall Street; jika tidak, pasar saham Tiongkok akan mengakhiri tahun ini dalam sebuah posisi lebih rendah dari awalnya.

Namun, dengan aturan baru dari Komisi Sekuritas dan Bursa Amerika Serikat yang efektif mulai bulan Januari, akankah Wall Street terus mendukung pasar saham Tiongkok tahun ini? Sebuah masalah yang lebih besar adalah sebagian besar perusahaan Tiongkok cenderung untuk tampil lebih buruk tahun ini daripada yang tahun lalu karena pandemi dan pembersihan sektor pendidikan, pelatihan, teknologi, hiburan, dan sektor industri lainnya oleh rezim Tiongkok. 

Oleh karena itu, jika bank  investasi Wall Street terus-menerus berinvestasi di saham-saham ini, maka bank-bank investasi Wall Street mungkin masih tetap kehilangan uang. (Vv)

Dr. Cheng Xiaonong adalah seorang sarjana politik dan ekonomi Tiongkok yang berbasis di New Jersey. Cheng adalah seorang peneliti kebijakan dan ajudan mantan pemimpin Partai Zhao Ziyang, ketika Zhao menjadi perdana menteri. Ia juga menjabat sebagai pemimpin redaksi jurnal Modern China Studies

Tindakan Beijing yang Memenjarakan 11 Praktisi Falun Gong Beberapa Minggu Menjelang Olimpiade Dikutuk

0

Eva Fu

Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat pada 21 Januari mengutuk Partai Komunis Tiongkok, karena menjatuhkan hukuman penjara selama delapan tahun kepada 11 praktisi Falun Gong karena menjalankan keyakinannya.

Hukuman itu dijatuhkan pada 14 Januari, hanya beberapa minggu sebelum dimulainya Olimpiade Musim Dingin Beijing.

Kementerian Luar Negeri menyerukan Beijing untuk “segera mengakhiri pelecehan dan penganiayaan yang bejat terhadap praktisi Falun Gong, untuk membebaskan praktisi Falun Gong yang dipenjara karena keyakinannya, dan membahas keberadaan praktisi Falun Gong yang hilang,” seorang  pejabat departemen mengatakan kepada The Epoch Times dalam sebuah email.

“Sejak 1999, Partai Komunis Tiongkok berusaha untuk membasmi Falun Gong, sebuah latihan spiritual yang berasal dari Tiongkok, dan para praktisi Falun Gong yang damai dan para pembela hak asasi manusia yang telah memperjuangkan hak praktisi Falun Gong untuk menjalani keyakinannya,” kata pejabat itu.

Pada awal penganiayaan rezim Tiongkok pada tahun 1999, diperkirakan 70 juta hingga 100 juta orang Tiongkok berlatih Falun Gong–—yang didasarkan pada prinsip-prinsip Sejati, Baik, dan Sabar—–dan Partai Komunis Tiongkok  menganggap popularitas Falun Gong sebagai sebuah ancaman.

“Bukti luas menunjukkan pemerintah Republik Rakyat Tiongkok terus-menerus menindas dan menyalahgunakan komunitas ini hingga hari ini,” kata pejabat itu, mengutip laporan penyiksaan dan hukuman berat dari pengadilan Beijing.

“Ribuan praktisi Falun Gong menghadapi penahanan, pelecehan, dan melaporkan penyiksaan dan pelecehan setiap tahun hanya karena … secara damai [menjalankan] keyakinannya.”

Xu Na di Tiongkok, dalam foto tak bertanggal ini. (Sumber dari Minghui.org)

Praktisi Falun Gong yang ditangkap sering ditahan tanpa diadili untuk  jangka waktu yang lama, ditolak perwakilan hukum yang tepat, dan dihukum atas tuduhan palsu dan dibuat-buat.

Dalam kasus 11 praktisi Falun Gong, 15 bulan penahanan telah berlalu sebelum praktisi Falun Gong itu menjalani sebuah sidang Oktober lalu, dan setidaknya satu pengacara kehilangan izinnya untuk menangani kasus 11 praktisi Falun Gong itu.

Sebuah pengadilan Beijing mengklaim bahwa kejahatan 11 praktisi Falun Gong itu adalah “menyabotase hukum dan ketertiban,” karena menjalankan keyakinan spiritualnya maupun karena berbagi foto dan informasi dengan The Epoch Times.

Ke-11 praktisi Falun Gong itu ditahan pada Juli 2020, setelah rezim Tiongkok menemukan bahwa, sebagai wartawan-wartawan warganegara, mereka telah memotret efek-efek pandemi COVID-19 selama tahap awal dan membagikan gambar-gambar itu kepada The Epoch Times.

“Partai Komunis Tiongkok tanpa henti dalam kampanyenya melawan minoritas-minoritas agama,” kata Senator Rick Scott (R-Fla.) kepada The Epoch Times.

“Serangan terbaru terhadap praktisi Falun Gong yang berupaya memberikan informasi mengenai pandemi hanyalah bukti terbaru dari serangan-serangan Partai Komunis Tiongkok yang kotor dan bahkan lebih banyak alasan untuk memutuskan hubungan dan berhenti mendukung rezim jahat ini.”

‘Waktu Paling Terlihat Mungkin’

Hukumannya, beberapa minggu sebelum pembukaan Olimpiade Musim Dingin pada 4 Februari, adalah “sebuah momen yang membutuhkan kejelasan moral,” kata Pendeta Johnnie Moore, mantan komisaris U.S. Commission for International Religious Freedom atau Komisi Amerika Serikat untuk Kebebasan Beragama Internasional.

“Mari kita perjelas apa yang terjadi di sini: Partai Komunis Tiongkok sedang mengumpulkan orang-orang tepat sebelum Olimpiade,” kata Pendeta Johnnie Moore kepada The Epoch Times. 

“Partai Demokrat dan Partai Republik, dan sekutu-sekutu Amerika Serikat, tidak menerima. Ini juga berlaku untuk semua bisnis yang telah memperjuangkan kebebasannya: Mereka sekarang menghadapi sebuah ujian,” tambahnya. 

Praktisi Falun Gong yang menghadapi hukuman penjara terberat adalah Xu Na, 53 tahun, seorang pelukis alam benda dari Beijing, yang juga didenda 20.000 yuan.

Xu Na telah selamat dari dua pemenjaraan sebelumnya karena keyakinannya dan menderita berbagai bentuk penyiksaan yang dilakukan oleh polisi–—termasuk salah satu metode di mana kedua tungkai bawahnya ditarik hingga 180 derajat. Tiga narapidana kemudian duduk di atas kedua tungkai bawahnya dan punggungnya dan memberi tekanan terus-menerus untuk menciptakan nyeri yang menyiksa.

Suami Xu Na, musisi folk Yu Zhou, meninggal di tangan polisi menjelang Olimpiade Musim Panas Beijing 14 tahun yang lalu.

Ditangkap saat sebuah “pemeriksaan Olimpiade” pada Januari 2008, Yu Zhou meninggal karena penyiksaan selama dua minggu ditahan.

Yu Zhou dan Xu Na dalam foto tak bertanggal. (Sumber dari Minghui.org)

Levi Browde, direktur eksekutif Falun Dafa Information Center, mengkritik bagaimana “Partai Komunis Tiongkok telah sepenuhnya menghancurkan keluarga ini.”

“Kalimat tidak tahu malu  ini diucapkan sebagai sebuah pesan kepada dunia,” kata Levi Browde kepada The Epoch Times. 

“Pikirkan tentang ini: Partai Komunis Tiongkok memilih untuk menghukum Xu Na paling banyak waktu yang terlihat mungkin–—tiga minggu sebelum Olimpiade dimulai karena semua mata tertuju pada Beijing.”

Ia menambahkan : “Seolah-olah Partai Komunis Tiongkok dengan sengaja memamerkan kepada dunia, bahwa pihaknya akan memenjarakan praktisi Falun Gong sesuka hati, dan tidak ada yang menghentikan mereka. Kami tidak dapat membiarkan hal ini adalah benar.” (Vv)

Xiongan, Kota Baru Tiongkok Ditutup Secara Diam-diam, Semua Warga Sudah Menjalani Tes COVID-19

0

Qiao An – NTD

Olimpiade Musim Dingin semakin dekat dari hari ke hari. Otoritas Beijing telah mengambil langkah untuk mencegah dan mengendalikan epidemi di Beijing. Distrik baru Xiongan telah ditutup secara diam-diam.

Pada Jumat 28 Januari, departemen pencegahan epidemi di Area Baru Xiongan mengonfirmasi kepada AFP bahwa kota itu telah ditutup dan sebanyak 1,3 juta penduduk dikarantina di rumah. 

Langkah-langkah penguncian telah diterapkan sejak 25  Januari. Diperkirakan akan berlangsung selama sekitar seminggu, tetapi waktu rilis yang tepat masih masih belum pasti.

Area Baru Xiongan hanya berjarak 100 kilometer dari Beijing. Berbeda dengan penutupan kota-kota terkenal sebelumnya di Xi’an, Anyang dan tempat-tempat lain. Penutupan Area Baru Xiongan tidak dipublikasi, dan belum ada laporan resmi, yang cukup membuat warga sekitar bingung.

Pada 23 dan 24 Januari, Komisi Kesehatan Nasional Tiongkok melaporkan 5 kasus yang dikonfirmasi di Hebei, semuanya di Area Baru Xiongan. 

Media daratan Tiongkok hanya melaporkan pada 24 Januari, bahwa Area Baru Xiongan memulai test PCR untuk semua warga. (hui)

Di Jerman, 1% Warganya Terinfeksi COVID-19 dalam Seminggu dan Kasus di Korea Selatan Memecahkan Rekor Selama 4 Hari

Li Mei dan Rong Yu – NTD

Tak termasuk  daratan Tiongkok, pada Jumat (27/1/2022) lebih dari 366 juta orang di seluruh dunia didiagnosis COVID-19, dan sekitar 5,63 juta orang meninggal dunia. Tingkat kasus yang dikonfirmasi di Jerman selama seminggu terakhir hampir 1% dari penduduk negara itu. Selama empat hari berturut-turut, jumlah kasus yang dikonfirmasi di Korea Selatan dalam sehari memecahkan rekor, dengan 10% kasus parah.

Korea Selatan mencatat rekor jumlah kasus baru dalam sehari selama empat hari berturut-turut, mencapai 16.000 kasus pada Jumat. 

Pihak berwenang mendesak orang untuk tidak mengunjungi anggota keluarga selama liburan Tahun Baru Imlek minggu depan untuk mencegah penyebaran virus.

Namun demikian, terlepas dari lonjakan kasus, Menteri Kesehatan Korea Selatan, Kwon Deok-cheol meyakinkan publik bahwa sistem perawatan kesehatan stabil, dengan hanya 10% pasien di unit perawatan intensif saat ini. Selain itu, tingkat infeksi untuk orang yang berusia di atas 60 tahun turun menjadi 8% minggu ini.

Jerman telah mencapai rekor tertinggi dengan 1.073 kasus infeksi dari 100.000 orang pada Jumat 27 Januari. Lebih dari 200.000 kasus yang dikonfirmasi secara nasional dalam sehari.

Tingkat kasus yang dikonfirmasi di Jerman selama seminggu terakhir hampir 1 persen dari penduduk di negara itu. Hal demikian disampaikan The Robert Koch Institute, badan federal untuk pengendalian penyakit Jerman, mengatakan pada hari Jumat.

Menteri Kesehatan Jerman, Karl Lauterbach mengatakan bahwa meskipun jumlah kasus tinggi, belum mencapai puncak yang diharapkan 400.000 kasus. Meskipun jumlah kasus tidak dapat dikendalikan, konsekuensinya telah dikendalikan.

Sementara itu, pengemudi truk dari seluruh Kanada berangkat ke Ottawa pada Kamis 27 Januari, untuk memprotes mandat vaksinasi yang diamanatkan pemerintahan Trudeau bagi pengemudi truk lintas batas.

Ke mana pun tim truk pergi, mereka didukung oleh masyarakat.

Karen dari Toronto berkata : “Cobalah untuk mendapatkan kembali negara ini, Anda tahu? Ini bukan hanya untuk pengemudi truk, kami mendukung mereka, tetapi untuk seluruh negara, sebenarnya untuk seluruh dunia.”

Sementara itu, pengemudi lainnya Sandy berkata : “Inilah saatnya untuk bersatu, bukan untuk berpisah, untuk tidak terpecah belah, untuk tidak kehilangan pekerjaan kita, untuk tidak kehilangan keluarga kita, kita akan bebas bersama.”

Pengemudi truk  tiba di Parliament Hill di Ottawa pada Jumat 28 Januari. (hui)

COVID-19 Meledak di Jakarta, Naik Berlipat-lipat Hingga Kasus Omicron Melonjak

0

ETIndonesia- Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, Dwi Oktavia memaparkan, berdasarkan data terkini Dinas Kesehatan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, jumlah kasus aktif di Jakarta per Minggu (30/1) naik sejumlah 4.580 kasus, sehingga jumlah kasus aktif kini sebanyak 27.977 orang yang masih dirawat/isolasi.

“Perlu digarisbawahi bahwa 26.809 orang dari jumlah kasus aktif (93,4%) merupakan transmisi lokal, sedangkan sisanya adalah pelaku perjalanan luar negeri. Sementara itu, kasus positif baru berdasarkan hasil tes PCR hari ini bertambah 6.622 orang sehingga total  kasus 908.093, yang mana 6.323 di antaranya (95,6%) juga merupakan transmisi lokal,” terangnya.

Selain itu, Dwi turut mengimbau agar masyarakat juga mewaspadai penularan Varian Omicron yang kini juga meningkat di Jakarta.

Dari 2.892 orang yang terinfeksi, sebanyak 1.581 orang adalah pelaku perjalanan luar negeri, sedangkan 1.311 lainnya adalah transmisi lokal.

Lebih lanjut, Dwi juga menyampaikan, target tes WHO adalah 1.000 orang dites PCR per sejuta penduduk per minggu (bukan spesimen), artinya target WHO untuk Jakarta adalah minimum 10.645 orang dites per minggu.


Dari jumlah total kasus positif, total orang dinyatakan telah sembuh sebanyak 866.477 dengan tingkat kesembuhan 95,4%, dan total 13.639 orang meninggal dunia dengan tingkat kematian 1,5%, sedangkan tingkat kematian Indonesia sebesar 3,4%.

Untuk positivity rate atau persentase kasus positif sepekan terakhir di Jakarta sebesar 14,5%, sedangkan persentase kasus positif secara total sebesar 10,9%. WHO juga menetapkan standar persentase kasus positif tidak lebih dari 5%. (asr)