Perbandingan Pasar Saham Tiongkok dengan Pasar Saham Global Menunjukkan Penurunan Ekonomi Tiongkok

Cheng Xiaonong

Tahun 2021 adalah sebuah titik balik bagi ekonomi Tiongkok, dari pertumbuhan hingga penurunan. Meskipun pada saat penulisan ini statistik ekonomi tahunan resmi Tiongkok untuk 2021 belum dipublikasikan, kinerja pasar saham Tiongkok di tahun ini menunjukkan bahwa 2021 adalah sebuah penurunan ekonomi Tiongkok.  

Membandingkan kinerja pasar saham Tiongkok dengan kinerja pasar saham Amerika Serikat, Eropa, dan Jepang, kita dapat melihat bahwa ekonomi Tiongkok sekarang sedang berada dalam suatu situasi sulit.

Kinerja Pasar Saham Tiongkok Menunjukkan Kebenaran Di Balik Pertumbuhan Ekonomi Tiongkok

Menurut Dana Moneter Internasional, pertumbuhan Produk Domestik Bruto Tiongkok untuk 2021 diperkirakan akan mencapai 8 persen, termasuk yang tertinggi di dunia. Untuk 2022 Dana Moneter Internasional memperkirakan Produk Domestik Bruto Tiongkok menjadi 5,6 persen. 

Namun, kinerja saham Tiongkok tidak mendukung perkiraan tersebut.

Perusahaan publik suatu negara umumnya termasuk yang terbaik dan berkinerja terkuat di sektor ekonominya. Perusahaan tersebut memimpin monopoli di industri masing-masing atau perusahaan baru dengan potensi pertumbuhan. Sampai suatu batas tertentu, perusahaan tersebut mewakili kekuatan ekonomi suatu negara.

Dalam hal ini, pasar saham Tiongkok tidak sesuai dengan angka pertumbuhan Produk Domestik Bruto yang diantisipasi, di mana Indeks Komposit Bursa Efek Shanghai naik sebesar 4,8 persen dan Indeks Komponen Bursa Efek Shenzhen naik sebesar 2,7 persen tahun lalu.

Sebagai perbandingan, pasar saham Amerika Serikat dan Uni Eropa–—dua entitas ekonomi utama di dunia—–telah menunjukkan pertumbuhan yang luar biasa untuk 2021.

Pasar saham Amerika Serikat mencatat pertumbuhan tahunan ketiga berturut-turut tahun lalu, di mana Indeks Dow naik hampir 19 persen dan Indeks Nasdaq naik sebesar 22 persen. The Wall Street Journal edisi Mandarin melaporkan pada 4 Januari 2022, pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat tahun lalu dapat setinggi lima persen, lebih baik dari prediksi para ekonom, yaitu 3,7 persen.

Komisi Eropa mengharapkan ekonomi Uni Eropa untuk tumbuh 4,2 persen pada 2021, dan indeks Euro Stoxx pan-Eropa naik hampir sebesar 25 persen untuk tahun ini, yang merupakan tahun terbaik kedua sejak tahun 2009.

 Indeks CAC 40 Prancis, sebuah indeks pasar saham acuan Prancis, mencatat kenaikan hampir sebesar 30 persen, dan DAX Jerman, sebuah indeks tolok ukur pasar saham Jerman, mengalami peningkatan sebesar 15,8 persen.

Kinerja pasar saham akhir tahun mengungkapkan bahwa kinerja Tiongkok adalah yang paling rendah.

Adalah penting untuk dicatat bahwa kinerja pasar saham Tiongkok adalah sebuah akibat dari larangan pemerintah Tiongkok bagi para investornya untuk berinvestasi di pasar luar negeri dan melalui dukungan dari Wall Street.

Jika Orang Tiongkok Dapat Membeli Saham Asing seperti yang Dilakukan oleh Orang Jepang…

Semakin banyak orang di Jepang cenderung mengalihkan tabungannya ke investasi, tetapi mereka tidak puas dengan lambatnya kenaikan saham Jepang, begitu banyak dari mereka mengalihkan uangnya ke saham luar negeri, terutama saham yang diperdagangkan di pasar saham Amerika Serikat. Industri keuangan Jepang sepenuhnya diliberalisasi, dan para investor Jepang bebas memilih untuk berinvestasi di saham dalam negeri atau luar negeri.

Jika orang Tiongkok dapat menikmati kebebasan finansial yang sama seperti para investor Jepang, penulis akan mengatakan bahwa kebanyakan orang Tiongkok akan mengikuti praktik investasi orang Jepang di pasar luar negeri yang mengungguli pasar di dalam negerinya.

Namun, tidak ada kebebasan seperti itu di Tiongkok karena adanya sistem otoriter rezim komunis Tiongkok. Terlebih lagi, rezim komunis Tiongkok sangat membutuhkan 

cadangan devisa orang Tiongkok untuk melunasi utang luar negeri rezim komunis Tiongkok dan Penanaman Modal Asing setelah rezim komunis Tiongkok berencana untuk mundur dari Tiongkok.

Utang luar negeri Beijing yang belum dibayar adalah sebesar USD 2,9665 triliun pada akhir September 2021, sedangkan pada akhir Oktober 2021, cadangan devisa Tiongkok mencapai USD 3,2176 triliun, menurut badan devisa tertinggi Tiongkok.

Jika para investor Tiongkok diizinkan untuk berinvestasi di saham asing, cadangan devisa Tiongkok tidak akan cukup untuk membayar utang-utang.

Tamat untuk Saham Perusahaan Tiongkok di Pasar-Pasar Amerika Serikat: Bankir Investasi

Perusahaan besar Tiongkok telah merebut banyak uang dari pasar modal Amerika Serikat dengan cara mendaftar di bursa-bursa saham Amerika Serikat. Dikenal sebagai China Concept Stock, hal ini masih belum sepenuhnya dapat diakses oleh para investor Amerika Serikat sehubungan dengan informasi keuangan perusahaan-perusahaan besar ini, karena rezim Tiongkok telah menolak persyaratan yang diajukan Amerika Serikat untuk mengungkapkan informasi keuangan perusahaan-perusahaan besar ini dengan alasan “membahayakan keamanan nasional.”

Para investor Amerika Serikat yang ditutup matanya harus percaya bahwa perusahaan Tiongkok di mana mereka telah berinvestasi memiliki sebuah masa depan yang cerah, karena Wall Street menawarkan para investor itu sebuah gambaran semacam itu.

Komisi Sekuritas dan Bursa Amerika Serikat menyelesaikan aturan pada Desember 2021, yang mewajibkan perusahaan Tiongkok yang terdaftar di Amerika Serikat untuk mengungkapkan hubungannya dengan pemerintah Tiongkok dan rincian audit. Kegagalan rezim Tiongkok untuk mengikuti aturan akan mengakibatkan sebuah penghentian perdagangan lebih dari 200 saham China Concept di pasar modal Amerika Serikat.

David Loevinger, direktur pelaksana perusahaan manajemen aset TCW Group, memperkirakan sebagian besar perusahaan Tiongkok yang terdaftar di bursa-bursa saham Amerika Serikat akan meninggalkan pasar modal Amerika Serikat pada tahun 2024, menurut CNBC di sebuah laporan pada Desember 2021.

“Saya pikir banyak perusahaan Tiongkok yang terdaftar di pasar  Amerika Serikat, pada dasarnya adalah tamat,” David Loevinger memberitahu CNBC dalam sebuah wawancara pada Desember.

Saham Tiongkok terutama di bidang ekonomi baru seperti internet, pendidikan, teknologi, hiburan, dan energi baru, yang dulunya disukai oleh para investor. Pada tahun 2021, total nilai pasar China Concept Stock turun sebesar USD 760 miliar, di mana 40 saham perusahaan mencatat penurunan tajam 80 persen, menurut sebuah laporan Liberty Times Net Taiwan pada 1 Januari.

Pasar saham Tiongkok sedikit naik tahun lalu berkat investasi Wall Street; jika tidak, pasar saham Tiongkok akan mengakhiri tahun ini dalam sebuah posisi lebih rendah dari awalnya.

Namun, dengan aturan baru dari Komisi Sekuritas dan Bursa Amerika Serikat yang efektif mulai bulan Januari, akankah Wall Street terus mendukung pasar saham Tiongkok tahun ini? Sebuah masalah yang lebih besar adalah sebagian besar perusahaan Tiongkok cenderung untuk tampil lebih buruk tahun ini daripada yang tahun lalu karena pandemi dan pembersihan sektor pendidikan, pelatihan, teknologi, hiburan, dan sektor industri lainnya oleh rezim Tiongkok. 

Oleh karena itu, jika bank  investasi Wall Street terus-menerus berinvestasi di saham-saham ini, maka bank-bank investasi Wall Street mungkin masih tetap kehilangan uang. (Vv)

Dr. Cheng Xiaonong adalah seorang sarjana politik dan ekonomi Tiongkok yang berbasis di New Jersey. Cheng adalah seorang peneliti kebijakan dan ajudan mantan pemimpin Partai Zhao Ziyang, ketika Zhao menjadi perdana menteri. Ia juga menjabat sebagai pemimpin redaksi jurnal Modern China Studies