Home Blog Page 1403

Penelitian Israel Menunjukkan Vaksin COVID-19 Terkait dengan Penyakit Darah Langka Lainnya

0

Jack Phillips

Para peneliti Israel pada Senin (21/6/2021) mengatakan bahwa mereka menemukan sebuah hubungan antara vaksin COVID-19 Pfizer dengan sebuah penyakit darah langka yang disebut purpura trombositopenik trombotik (PTT).  Para peneliti menekankan bahwa penelitian tersebut, sebaiknya tidak menghalangi orang-orang untuk menerima vaksin COVID-19. 

Para ilmuwan dari Institut Hematologi di Pusat Medis Shamir mengatakan, mereka mulai meneliti hubungan yang mungkin terjadi setelah laporan-laporan adanya peningkatan kasus purpura trombositopenik trombotik yang mendadak di seluruh Israel.

Tim tersebut mengatakan bahwa, mereka menemukan “hubungan kronologis” antara kapan suntikan Pfizer diberikan kepada pasien dengan timbulnya gejala-gejala penyakit darah tersebut. Tim tersebut mengatakan bahwa empat kasus terdeteksi.

“Para dokter dan pasien perlu waspada terhadap gejala-gejala klinis: letih lesu, gangguan-gangguan saraf, perdarahan, dan nyeri dada,” kata Institut Hematologi di Pusat Medis Shamir kepada The Jerusalem Post.

Seorang juru bicara dari Institut Hematologi di Pusat Medis Shamir  mengatakan kepada The Jerusalem Post, bahwa penelitian ini adalah penelitian yang sangat kecil dan tidak boleh menghalangi orang-orang untuk mendapatkan vaksin COVID-19. Ia menambahkan bahwa orang-orang Israel yang belum menerima vaksin COVID-19 sebaiknya tetap divaksin.

Para peneliti juga mencatat, ada empat kasus purpura trombositopenik trombotik yang terdeteksi dalam satu bulan dibandingkan dengan dua hingga tiga kasus purpura trombositopenik trombotik yang biasanya dilaporkan per tahun.

Kementerian Kesehatan Israel saat ini sedang meninjau temuan tim tersebut, kata para peneliti.

Menurut Perpustakaan Kedokteran Nasional Amerika Serikat, purpura trombositopenik trombotik adalah sebuah kelainan  langka yang menyebabkan bekuan-bekuan darah terbentuk di pembuluh-pembuluh darah kecil di dalam tubuh.

“Bekuan-bekuan darah ini dapat menyebabkan masalah-masalah medis yang serius jika bekuan-bekuan darah memblokir pembuluh-pembuluh darah dan membatasi aliran darah ke organ-organ seperti otak, ginjal, dan jantung,” kata Perpustakaan Kedokteran Nasional Amerika Serikat di situs webnya. 

Selain itu disebutkan bahwa : “Komplikasi-komplikasi akibat bekuan-bekuan darah ini dapat mencakup masalah-masalah neurologis (seperti perubahan kepribadian, nyeri kepala, kebingungan, dan bicara cadel), demam, fungsi ginjal abnormal, nyeri perut, dan masalah-masalah jantung.” 

The Epoch Times telah menghubungi Kementerian Kesehatan Israel dan Pfizer untuk meminta komentar.

Pada 1 Juni 2021, Kementerian Kesehatan Israel melaporkan bahwa pihaknya menemukan sejumlah kecil kasus peradangan jantung, yang dikenal sebagai miokarditis, diamati terutama  pada pria-pria muda yang menerima vaksin COVID-19 Pfizer, mengatakan bahwa hal tersebut cenderung  terkait dengan vaksin yang mereka terima.

Sebuah komite di Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Amerika Serikat (CDC) pada Rabu 23 Juni, dijadwalkan untuk membahas kasus-kasus miokarditis yang jarang terjadi di kalangan anak muda yang menerima vaksin Moderna atau Pfizer. Badan tersebut  seharusnya mengadakan diskusi kedaruratan minggu lalu tetapi ditunda.

Hal itu terjadi sekitar sebulan setelah CDC mengatakan, pihaknya sedang menyelidiki beberapa puluh  kasus peradangan jantung yang langka.

Laporan-laporan miokarditis sebagian besar terjadi pada remaja dan pemuda —dan lebih cenderung terjadi pada pria. Gejala-gejalanya juga muncul setelah pemberian dosis kedua vaksin, sekitar empat hari setelah vaksinasi. Demikian disampaikan  Komite Penasihat untuk Praktik-Praktik Imunisasi CDC AS dalam sebuah pernyataan 17 Mei. (Vv)

Peringatan Senator dari Komite Intelijen AS Marco Rubio : Ada Hal-hal yang Lebih Menakutkan di Laboratorium Tiongkok!

0

Li Yun

Menelusuri asal usul virus Komunis Tiongkok, sekali lagi menjadi salah satu topik hangat di Kongres AS. Pada 21 Juni, Senator Republik Marco Rubio dari Florida memperkenalkan undang-undang baru, Undang-Undang COVID 2021, yang mewajibkan Komunis Tiongkok untuk bekerja sama dengan komunitas internasional. Tak lain, untuk melakukan penyelidikan yang transparan dan komprehensif tentang asal mula pandemi. Jika tidak, maka akan menjatuhkan sanksi kepada Akademi Ilmu Pengetahuan Tiongkok dan afiliasinya.。

Daftar sanksi yang diusulkan oleh Undang-Undang COVID 2021, oleh Marco Rubio mencakup ratusan entitas terafiliasi dan pejabat senior Akademi Ilmu Pengetahuan Tiongkok.

Selain itu, mengharuskan Komunis Tiongkok untuk menyerahkan urutan gen virus Komunis Tiongkok dalam waktu 90 hari sejak tanggal efektif RUU tersebut. Bahkan, membuka Institut Virologi Wuhan untuk investigasi ketertelusuran secara internasional.

Rubio mengatakan virus tersebut menyebabkan jutaan kematian di seluruh dunia. Selain itu, dunia harus mencari tahu kebenaran tentang asal usul virus untuk mencegah pandemi berikutnya.

Dia menunjukkan tentang sikap Komunis Tiongkok yang belum menunjukkan kesediaan untuk bekerja sama. Sejauh ini tidak otoritas Komunis Tiongkok tidak dapat diharapkan secara tiba-tiba bisa bekerja sama. Oleh karena itu, Amerika Serikat harus memaksa mereka untuk bekerja sama.

Rubio menerima wawancara eksklusif dengan program Fox & Friends “Fox News” pada 22 Juni 2021. Ketika memperkenalkan RUU baru, dia mengatakan bahwa menurut informasi yang pihaknya miliki, laboratorium Komunis Tiongkok sedang membuat pandemi virus besar berikutnya. Adapun waktu berikutnya itu akan jauh lebih serius daripada yang sekarang. Dikarenakan, lebih mematikan dan lebih dahsyat. Selain itu, ada hal-hal yang lebih menakutkan di laboratorium Komunis Tiongkok.

Rubio menekankan, “Intinya yang kami butuhkan adalah Tiongkok harus terbuka dan mengizinkan penyelidikan secara menyeluruh, karena ini bukan hanya untuk menghukum apa yang terjadi di Tiongkok di masa lalu.”

Ia menambahkan, tindakan yang dilakukan saat ini sebagai langkah pencegahan agar virus tersebut tidak terulang kembali. Sejauh yang pihaknya ketahui, pada saat ini, pandemi berikutnya sedang terjadi di laboratorium Tiongkok. Mereka melakukan ini karena ingin mengembangkan vaksin atau pengobatan.

Senator Republikan lainnya, Josh Hawley, salah satu penggagas “Undang-Undang COVID 2021”, mengatakan dalam pidato di pertemuan dewan pada 21 Juni bahwa rakyat Amerika harus mengetahui asal usul virus. Mereka juga harus tahu bagaimana pandemi ini sangat merugikan Amerika Serikat dan seluruh dunia, dan harus mengetahui peran apa yang dimainkan Komunis Tiongkok dalam pandemi.

Marco Rubio mengatakan dalam sebuah pernyataan tertulis : Sekarang  waktunya bagi Amerika Serikat untuk mengambil tindakan dan memimpin komunitas internasional, untuk melakukan penyelidikan forensik secara komprehensif terhadap laboratorium Wuhan.

Dalam sebuah wawancara dengan Sean Hannity, host “Fox News” pada 5 Juni, Senator Partai Republik AS, Rand Paul menyebutkan masalah asal usul virus Komunis Tiongkok.

Paul mengatakan bahwa, meskipun semua bukti mengarah kepada laboratorium Wuhan, di komite Senat, Anthony Fauci, presiden Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular, masih percaya pada ilmuwan Komunis Tiongkok dan cara pemikirannya sangat naif.

Paul berkata: “Yang terburuk adalah laboratorium Wuhan memiliki virus yang lebih kuat. Virus Komunis Tiongkok saat ini memiliki tingkat kematian 1%, dan 3,5 juta orang meninggal dunia di seluruh dunia; tetapi Institut Virologi Wuhan telah menggunakan virus yang memiliki tingkat 15% kematian. Percobaan dengan virus yang berarti bahwa 50 juta orang akan meninggal dunia secara global.”

Epidemi virus Komunis Tiongkok meledak di Wuhan pada akhir tahun 2019. Komunis Tiongkok menyembunyikannya dan secara keliru mengklaim virus itu dapat dicegah dan dikendalikan. Bahkan, juga mengklaim tidak akan menyebar dari orang ke orang, yang menyebabkan penyebaran epidemi secara cepat di seluruh dunia. Sampai sekarang, setidaknya 3,7 juta jiwa telah meninggal dunia dan lebih dari 170 juta orang  terinfeksi.

Pada awal April 2020, mantan presiden AS Donald Trump, saat itu Menteri Luar Negeri mike Pompeo, dan Senator Tom Cotton secara terbuka menunjukkan bahwa virus itu mungkin telah bocor dari Institut Virologi Wuhan. Mereka menyerukan Komunis Tiongkok untuk mengizinkan penyelidik independen mengunjungi Institut Penelitian Virus Wuhan dan catatan eksperimennya.

Dalam beberapa bulan terakhir, ahli medis Amerika, politisi, dan media sayap kiri secara drastis mengubah pandangan mereka tentang asal usul virus Komunis Tiongkok.

Dari Presiden AS Joe Biden, Menteri Luar Negeri Antony Blinken, anggota Senat dan Dewan Perwakilan Rakyat, hingga ilmuwan, media, dan publik dari berbagai negara, semuanya menyatakan keprihatinan besar bahwa virus Komunis Tiongkok (COVID-19) mungkin telah bocor dari Institut Ilmu pengetahuan virus Wuhan.

Pada 26 Mei, Biden memerintahkan badan-badan intelijen untuk menyerahkan laporan tentang asal-usul “virus Komunis Tiongkok” kepadanya dalam waktu 90 hari. Ia juga mengatakan bahwa dirinya akan bekerja dengan sekutu untuk menekan Komunis Tiongkok. Tujuannya untuk menerima penyelidikan internasional secara komprehensif dan transparan. 

Pada KTT G7 yang berakhir pada 13 Juni 2021, para pemimpin negara-negara anggota KTT G7 menyatakan, dukungan mereka atas inisiatif Presiden Biden untuk menyelidiki kembali sumber virus. Selain itu, mendesak Tiongkok untuk memberikan para peneliti “akses secara total.” Komunike bersama setelah KTT G7 membutuhkan penyelidikan secara menyeluruh tentang asal mula epidemi virus Komunis Tiongkok. Selain itu, mengeluarkan peringatan kepada Komunis Tiongkok.

Jake Sullivan, Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih, mengatakan dalam sebuah wawancara dengan program “Sunday Fox News” pada 20 Juni, bahwa Amerika Serikat akan terus memperkuat kerja sama dengan sekutu dan mitra, sampai diselidiki secara menyeluruh bagaimana virus itu muncul dan siapa yang bertanggung jawab.

Dia menekankan, tujuannya adalah untuk memberikan Komunis Tiongkok pilihan yang jelas. Lalu mengizinkan penyidik melakukan penyelidikan secara bertanggungjawab untuk menemukan sumber virus, atau akan menghadapi isolasi dari komunitas internasional. (hui)

Hampir 4.000 Orang yang Menerima Vaksinasi Lengkap Diuji Positif COVID-19 di Amerika Serikat

0

Isabel Van Brugen

Hampir 4.000 orang di Massachusetts, Amerika Serikat yang telah menerima vaksinasi lengkap COVID-19 telah diuji positif untuk penyakit ini, kasus ini menambah jumlah kasus-kasus terobosan di seluruh Amerika Serikat.

Menurut Departemen Kesehatan Masyarakat Massachusetts, Amerika Serikat pada 12 Juni, ada 3.791 kasus infeksi di antara 3,7 juta orang yang menerima vaksinasi lengkap di Massachusetts, atau sekitar satu dari setiap 1.000 orang.

“Kami mempelajari bahwa banyak dari infeksi-infeksi terobosan adalah tidak bergejala atau durasinya sangat ringan dan singkat, Viral Loadnya adalah tidak terlalu tinggi,” kata ahli penyakit menular Universitas Boston Davidson Hamer dikutip oleh Boston Herald.

 Davidson Hamer menambahkan : “Suspek kasus terobosan-terobosan, dan kita perlu lebih memahami siapa yang berisiko dan apakah orang-orang yang memiliki sebuah terobosan dapat menularkan virus tersebut ke orang-orang lainnya, Dalam beberapa kasus, mereka akan melepaskan level virus yang begitu rendah  dan tidak akan menularkan ke orang-orang lain.”

Yang disebut kasus-kasus terobosan, mengacu pada kasus-kasus yang muncul dua minggu atau lebih, setelah seseorang menerima suntikan vaksin terakhir, yaitu, dosis kedua vaksin Pfizer atau Moderna atau dosis-tunggal vaksin Johnson & Johnson.

Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Amerika Serikat (CDC) di situs webnya mengatakan, vaksin-vaksin COVID-19  efektif dan adalah sebuah alat penting untuk mengendalikan pandemi. Namun, tidak ada vaksin yang 100 persen efektif dalam mencegah penyakit COVID-19. Akan ada sedikit persentase orang yang menerima vaksinasi lengkap yang masih menderita sakit, yang  dirawat di rumah sakit, atau meninggal karena COVID-19. Ada beberapa bukti bahwa vaksinasi dapat membuat penyakit tidak terlalu parah.”

Pada bulan lalu, Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit mengatakan bahwa, hingga 30 April, 10.262 infeksi-infeksi terobosan dilaporkan di 46 negara bagian dan teritori Amerika Serikat.

Dari kasus-kasus tersebut, lebih dari enam dari 10 kasus terjadi pada wanita, dengan usia median pasien adalah 58 tahun, menurut sebuah laporan baru dari Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, yang berhenti menghitung infeksi-infeksi terobosan pada tanggal 1 Mei, kecuali kasus-kasus yang menyebabkan rawat inap atau kematian.

Sekitar 10 persen pasien membutuhkan perawatan di rumah sakit, dan 160 pasien, atau sekitar 1,5 persen, meninggal dunia.

Data menunjukkan bahwa sekitar tiga dari 10 pasien yang dirawat inap karena alasan yang tidak terkait dengan COVID-19 atau tanpa gejala.

Usia median mereka yang meninggal setelah divaksinasi adalah 82 tahun.

Sebanyak 28 kasus kematian dikaitkan dengan penyebab yang tidak terkait dengan COVID-19 atau terjadi pada pasien yang tidak menunjukkan gejala-gejala.

Serangkaian data yang tersedia untuk 555 kasus terobosan. Lebih dari 60 persen diidentifikasi berasal dari varian-varian, termasuk varian B.1.1.7  yang pertama kali diidentifikasi di Inggris.

Per 30 April, sekitar 101 juta orang di Amerika Serikat telah menerima vaksinasi lengkap terhadap virusKomunis Tiongkok, yang menyebabkan COVID-19. Pada 21 Juni, angka itu mencapai 150 juta orang, menurut Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit AS (CDC).

“Krisis Chip” Bakal Mendorong Kenaikan Harga Peralatan Elektronik Konsumen

oleh Sui Yuan

“Krisis chip” global telah mendorong naiknya harga laptop, printer dan perangkat elektronik rumah tangga lainnya, tak terkecuali produk elektronik terlaris seperti smartphone

Wall Street Journal melaporkan bahwa sementara produsen chip sangat ingin memenuhi permintaan yang meningkat dan menutupi kesenjangan pasokan, harga yang semakin meningkat di pemasok dan bahan baku utama, menyebabkan banyak produsen chip besar di seluruh dunia menaikkan harga barang jadi mereka.

Para konsumen kini sudah mulai merasakan kenaikan harga. Selama 2 bulan terakhir, harga beberapa laptop terlaris sudah naik. Menurut situs pelacak harga Amazon ‘Keepa’, laptop gaming yang diproduksi oleh ASUSTek Computer Inc. Taiwan yang dijual di Amazon naik dari USD. 900 menjadi USD, 950 bulan ini. Laptop terlaris yang diproduksi oleh HP Inc. Chromebook yang sebelumnya berharga USD. 220 di awal Juni sekarang dibandrol USD, 250.

Menurut Bernstein Research, HP telah meningkatkan harga laptop sebesar 8% dan printer lebih dari 20%. 

CEO perusahaan tersebut, Enrique Lores mengatakan bahwa kekurangan suku cadang telah mendorong kenaikan harga produk, dan perusahaan dapat menyesuaikan harga lebih lanjut di masa depan untuk mencerminkan adanya pertumbuhan biaya.

Produsen komputer pribadi lainnya juga memiliki klaim serupa. Chief Financial Officer Dell Technologies Inc. Thomas Sweet mengatakan dalam pertemuan pembahasan laporan finansial perusahaan baru-baru ini : “Mengingat kenaikan biaya komponen, kami terpaksa mengadakan penyesuaian harga jual produk jadi”. 

Seorang eksekutif senior Asus mengatakan pada bulan Mei. bahwa perusahaan akan mencerminkan faktor biaya dalam penetapan harga jual produk.

Analis mengatakan bahwa, meskipun harga beberapa perangkat elektronik telah meningkat, dampak inflasi yang lebih luas pada konsumen seringkali sulit diperkirakan, karena pengecer dapat memutuskan apakah akan meneruskan kenaikan biaya kepada konsumen atau diserap sendiri. 

Toni Sacconaghi, analis Bernstein mengatakan bahwa harga produk HP naik hanya karena perusahaan membatalkan penawaran promosi sebelumnya, bukan menaikkan harga yang sesungguhnya.

Eksekutif industri chip menegaskan kembali, bahwa perusahaan tidak mengambil keuntungan dari kekurangan pasokan untuk memperluas keuntungan, tetapi hanya menaikkan harga karena tekanan biaya. 

David Stain, wakil presiden manajemen pasokan global Digi-Key Electronics, salah satu distributor komponen elektronik terbesar di Amerika Serikat mengatakan bahwa karena masalah pasokan, perusahaan telah menaikkan harga komponen terkait semikonduktor sekitar 15%. Dia mengatakan bahwa perusahaan telah berusaha untuk menjaga harga, agar tidak berubah, tetapi biaya beberapa komponen telah meningkat lebih dari 40%.

Ada banyak faktor yang mendorong lonjakan permintaan chip dan menyebabkan kekurangan pasokan, Selain epidemi telah mengganggu rantai pasokan dan memperburuk masalah, selama epidemi, banyak orang bekerja dan belajar dari jarak jauh (WFH dan SFH), sehingga mendorong rekor penjualan komputer notebook. Permintaan peralatan medis juga meningkat, dan peluncuran jaringan 5G ikut mendorong orang untuk berganti ponsel.

Data yang dirilis oleh Organisasi Statistik Perdagangan Semikonduktor Dunia (World Semiconductor Trade Statistics) menunjukkan bahwa, penjualan chip global pada April 2021 mendekati 100 miliar keping, membuat rekor baru. 

Sebelum pecahnya epidemi, yakni pada Januari 2020, pengiriman chip global hanya sekitar 73 miliar keping. Hal ini mencerminkan tidak sedikit upaya industri semikonduktor untuk memenuhi kebutuhan pelanggan.

Menurut TrendForce, organisasi riset industri teknologi Taiwan, bahwa sejak awal tahun lalu, harga kontrak computer memory telah meningkat sekitar 34%. Orang-orang memiliki lebih banyak waktu untuk bermain game selama epidemi, yang pada gilirannya melahirkan pasar sekunder kartu grafis Nvidia Corp., yang harga transaksinya mungkin melebihi harga eceran aslinya.

Kenaikan harga peralatan elektronik merupakan manifestasi dari kenaikan inflasi di Amerika Serikat, dan kenaikannya saat ini belum sebesar produk lain selama ini. 

Menurut data dari pemerintah AS, harga komputer dan peralatan elektronik lainnya di Mei 2021 naik 2,5% yoy, yang merupakan kenaikan terbesar dalam lebih dari 10 tahun terakhir. Akibat didorong oleh kenaikan tajam harga energi, harga konsumen bulan Mei secara keseluruhan di AS naik 5%. (sin)

Mantan Bos CIA : Komunis Tiongkok Sedang Meneliti Senjata Biologis Berbahaya, Orang Pemberani dari Tiongkok akan Mengungkapkan Faktanya

0

oleh Zhang Ruizhen 

Mantan direktur CIA dan mantan Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo mengatakan, sumber virus Komunis Tiongkok (COVID-19)  harus ditemukan secara berurutan. Tujuannya, untuk menyelamatkan lebih banyak nyawa dan menghindari tragedi berikutnya.

Mantan Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo pada 20 Juni 2021 mengatakan, pada suatu hari, beberapa orang Tiongkok pemberani akan menyelinap keluar dari laboratorium dengan dokumen, file, dan buku catatan secara rahasia, dan memberitahu kebenaran dengan cara apa pun. Pompeo mengatakan, dirinya sendiri telah melihat cukup banyak.

Ia berpikir skenario yang paling mungkin adalah (virus) berasal dari laboratorium, dan kemudian Komunis Tiongkok menutupinya. Mereka melakukan penelitian senjata biologis di sana, yang sangat berbahaya. Menurut yang ia ketahui, laboratorium itu masih beroperasi.

Lebih dari 600.000 orang Amerika telah meninggal dunia karena pneumonia Komunis Tiongkok COVID-19, yang lebih dari jumlah total kematian di Amerika Serikat dalam dua perang dunia dan Perang Vietnam. 

Mike Pompeo juga mengatakan bahwa rezim Komunis Tiongkok mulai menutupi epidemi pada awal Januari 2020. Jika ingin memaksa Komunis Tiongkok untuk bekerja sama dengan Amerika Serikat dalam menyelidiki asal virus, dan untuk memikul tanggung jawab untuk menutupi epidemi, maka sanksi ekonomi adalah alatnya.

Pompeo menuturkan : “Partai Komunis Tiongkok tidak ingin kita tahu apa yang terjadi di (Tiongkok). (Komunis Tiongkok) telah mulai menutupi, setidaknya sejak Januari 2020, tentu saja. Kita harus menggunakan apa yang kita miliki. Semua alat yang kita miliki. Kita memiliki banyak sarana ekonomi. Anda tahu, apa yang paling disukai oleh pemimpin Komunis Tiongkok adalah membiarkan anak-anak mereka belajar di sekolah amerika, atau membiarkan istri mereka datang ke Amerika Serikat untuk berbelanja. Kita memiliki banyak cara untuk membiarkan Komunis Tiongkok membayar harga sebenarnya.”

Menurut sebuah penelitian oleh Universitas Southampton di Inggris, jika Komunis Tiongkok tidak menyembunyikan virus pneumonia Wuhan yang menular pada awal Januari 2020, tetapi mengumumkan informasi yang transparan dan terbuka tentang epidemi, penyebaran epidemi akan berkurang 95 %. (hui)

Harimau Sumatera Pertama di Dunia yang Berhasil Menjalani Operasi Ulkus Kornea

oleh Zhang Yufei

Seekor harimau sumatera yang sudah lama tinggal di kebun binatang dekat Cambridge, Inggris  baru saja menjalani operasi ulkus kornea karena penyakitnya sudah parah. Kondisi pemulihannya usai operasi cukup menggembirakan. Diyakini bahwa ini adalah untuk pertama kalinya seorang dokter hewan melakukan operasi ulkus kornea terhadap seekor kucing besar.

Harimau sumatera berusia 17 tahun ini bernama Ratna dan tinggal di Shepreth Wildlife Park di Inggris. Harimau tua ini sebelumnya sudah menderita penyakit mata dan telah menjalani operasi katarak pada tahun 2019. Sejak itu, ia membutuhkan obat tetes mata setiap hari, sehingga petugas kebun binatang sangat memperhatikan kesehatan matanya.

Pada Februari tahun ini, petugas memperhatikan bahwa kondisi mata kirinya semakin memburuk, setelah diperiksa oleh dokter ahli mata, ia didiagnosis menderita ulkus kornea, yakni peradangan pada lapisan terluar mata.

Setelah pengobatan awal yang kurang berhasil, David Williams, ahli bedah dari Queen’s Veterinary School Hospital of Cambridge University pergi ke kebun binatang untuk memeriksanya dan secara pribadi melakukan operasi kornea pada harimau sumatera ini. Operasi yang berlangsung sekitar 30 kali menit membawa hasil yang cukup menggembirakan. 

Keterangan Foto : Harimau sumatra yang sedang menjalani operasi ulkus kornea (@news.now.go)

Dr. David Williams menduga bahwa radang kornea Ratna mungkin disebabkan karena tertusuk oleh bagian dari batang bambu di pagar.

Kabarnya bahwa tidak jarang hewan kecil seperti kucing atau anjing yang menjalani operasi kornea, tetapi operasi terhadap Ratna ini dianggap sebagai operasi sejenis terhadap kucing besar pertama di dunia.

Berbicara mengenai bagaimana cara melakukan operasi bedah kornea terhadap seekor harimau seberat 93 kg ini, Dr. David Williams mengatakan : “Sama halnya dengan melakukan pembedahan terhadap kucing rumah, hanya saja membutuhkan dosis anestesi yang lebih besar. Tapi saya rasa belum pernah ada dokter yang melakukan pembedahan serupa sebelumnya”.

Rebahan di peron atas kandang adalah hiburan favorit bagi Ratna, tetapi karena penyakit matanya itu, tampaknya ia mengalami “kurang pasti” ketika turun dari peron, mungkin karena pandangan matanya terganggu.

Rebecca Willer, direktur kebun binatang tersebut mengatakan : “Tetapi sekarang pandangan matanya sudah lebih baik, dan yang paling menyenangkan adalah ia tidak lagi membutuhkan obat tetes mata setelah pembedahan. Ia memang tidak senang ditetesi obat mata”.

Melalui pemantauan yang cermat selama 2 bulan pasca operasi, Dr. Williams telah menandatangani untuk mengakhiri perawatan Ratna karena telah pulih sepenuhnya.

Dr. David Williams juga mengeluarkan sertifikat kesehatan untuk Ratna dan memuji Ratna atas kinerja dari kerjasamanya yang luar biasa, sehingga dokter dapa dengan lancar melakukan pemeriksaan matanya dalam beberapa minggu terakhir, dan sekarang matanya sudah dalam kondisi baik. “Bahkan Anda mungkin tidak mengira bahwa harimau ini pernah memiliki masalah dengan matanya”.

Shepreth Wildlife Park baru-baru ini mengunggah di halaman Facebook-nya foto Ratna yang sedang menjulurkan lidahnya, petugas kebun binatang berharap Ratna bisa menghabiskan masa tuanya di tempat tersebut. (sin)

Epidemi di Guangdong Meluas dan Berlanjut, Warga Beramai-ramai Tuntut Pembukaan Pemblokiran Setelah Dikurung Jangka Lama dan Tak Lagi Bekerja

0

Li Mei dan Lin Mingdi – NTD

Tidak termasuk Tiongkok, sekitar 179,13 juta orang didiagnosis secara global dan hampir 3,88 juta orang meninggal pada Rabu (23/6/2021). Epidemi di banyak kota besar di Provinsi Guangdong, Tiongkok, masih menyebar luas. Warga tak puas dengan pengendalian Komunis Tiongkok yang dilakukan secara ekstrem. Serangan balik secara sengit datang warga yang tak lagi bekerja dan tak memiliki pendapatan.

Video yang beredar di daratan Tiongkok menunjukkan bahwa penduduk dari sebuah komunitas di Guangzhou, Tiongkok, beramai-ramai berhadapan dengan petugas kontrol yang mengenakan pakaian pelindung.

Warga ingin keluar masuk dengan leluasa untuk membeli makanan, kebutuhan sehari-hari dan sebagainya. Selain itu, warga juga telah dikurung di rumah dalam waktu lama. Banyak warga yang kini menjadi pengangguran alias tak lagi bekerja. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-sehari sudah menjadi masalah besar. 

Setelah seseorang berteriak untuk membuka pemblokiran di lokasi pemukiman mereka, seluruh komunitas turut bergabung dan meminta untuk membuka pemblokiran.

Penduduk di lima komunitas, Huangqi, Dongxiu, Qiyang, Dongting, dan Yongya, Kota Dali, Distrik Nanhai, Foshan, Guangdong, berkumpul bersama ribuan orang untuk memprotes dan menuntut membuka pemblokiran.

Di antara mereka, setelah daerah Huang Qi merebak protes massa, berita pembukaan pemblokiran disampaikan pada Rabu 23 Juni.

Sementara itu, di seberang daratan Tiongkok, kasus Taiwan yang baru didiagnosis kembali bertambah pada angka tiga digit pada Rabu 23 Juni, dengan 104 kasus lokal yang baru didiagnosis dan 24 kasus kematian.

Komandan pencegahan epidemi Taiwan, Chen Shih-Chung mengatakan bahwa meskipun situasi epidemi membaik, akan tetapi masih belum memenuhi persyaratan. Selain itu, kewaspadaan tingkat ketiga akan diperpanjang selama dua minggu lagi hingga 12 Juli mendatang.

Chen Shih-Chung berkata : “Jadi lanjutkan selama dua minggu lagi, semua orang diharapkan bersabar, semua orang diminta bekerja keras bersama-sama dan berharap akan relatif stabil setelah 12 Juli.”

Sedangkan, dengan hanya sebulan tersisa sebelum Olimpiade Tokyo, persiapan semakin cepat.

Jajak pendapat menunjukkan bahwa kebanyakan orang Jepang, masih berhati-hati tentang Olimpiade yang dinilai dapat mengintensifkan penyebaran epidemi.

Pada Selasa 22 Juni, Tokyo melaporkan 435 kasus baru yang dikonfirmasi.

Kantor Gubernur Tokyo, Yuriko Koike mengatakan pada Selasa 22 Juni bahwa Yuriko Koike perlu istirahat karena kelelahan dan akan menangguhkan tugas resmi selama seminggu.

Media lokal melaporkan bahwa Koike  pergi ke rumah sakit untuk pemeriksaan.

Pemerintah Jepang akan membuat keputusan apakah akan mencabut keadaan darurat di sebagian besar wilayah seperti yang direncanakan pada 21 Juni, tidak termasuk Tokyo dan tempat-tempat lain, yang akan terus menerapkan tindakan pembatasan sebelum Olimpiade berlangsung. (hui)

50 Kota Menyambut Hari Aksi Global dengan Memboikot Olimpiade Musim Dingin Beijing

oleh Zhang Yujie

Olimpiade Musim Dingin ke-24 akan diadakan di Beijing pada Februari 2022. Dalam kesempatan memperingati Hari Olimpiade Internasional pada 23 Juni 2021, puluhan kota di seluruh dunia meluncurkan Hari Aksi Global untuk bersama-sama menyerukan pemboikotan Olimpiade Musim Dingin Beijing 2022. Mereka bersama menyatakan bahwa penyelenggaraan Olimpiade oleh pemerintah yang melanggar hak asasi manusia adalah pelanggaran terhadap semangat Olimpiade.

Lebih dari 50 kota di dunia menyambut Hari Aksi Global

Radio France Internationale pada 23 Juni memberitakan bahwa Organisasi internasional dalam solidaritas dengan Hongkong, Tibet, dan Xinjiang, serta berbagai organisasi hak asasi manusia, menggelar unjuk rasa untuk memboikot Olimpiade Musim Dingin Beijing. Kegiatan digelar pada peringatan Hari Aksi Global di berbagai kota besar di seluruh dunia. 

Acara yang untuk pertama kali dimulai dari Australia ini, kemudian mendapat sambutan dari lebih dari 50 kota di seluruh dunia.

Keterangan Foto ; Pada 23 Juni 2021, berbagai kelompok etnis di Australia membuat seruan bersama di Federation Square, Melbourne, meminta pemerintah Australia memboikot Olimpiade Musim Dingin Beijing 2022 sebagai protes terhadap pemerintah komunis Tiongkok yang menganiaya hak asasi manusia. (Li Yi/Epoch Times)

Pada hari yang sama, 16 kelompok sipil di Taiwan mengadakan konferensi pers online. Mereka sepakat berpendapat bahwa, pemerintah komunis Tiongkok telah kehilangan kualifikasi mereka sebagai tuan rumah Olimpiade. Pasalnya, melanggar semangat Olimpiade berupa perdamaian, persahabatan, dan persatuan. mengingat rezim komunis Tiongkok masih terus melakukan pelanggaran hak asasi manusia terhadap warga Hongkong, Xinjiang, Tibet, dan tempat-tempat lain, termasuk mengancam akan menyerang Taiwan dengan kekuatan senjata. 

Pada konferensi pers online, Zeng Jianyuan, ketua Chinese Democratic College mengatakan bahwa Olimpiade Berlin 1936 bertepatan dengan berkuasanya pemerintahan totaliter Nazi yang fasisme.

Saat itu, masyarakat internasional juga meluncurkan inisiatif untuk memboikot Olimpiade Berlin, tetapi justru semakin banyak negara yang ikut berpartisipasi. Akibatnya, Olimpiade Berlin memicu arogansi Hitler dan mengobarkan Perang Dunia Kedua.

Hari ini masyarakat internasional kembali menemui situasi yang sama seperti Olimpiade Berlin, di mana rezim Beijing sedang memperingati 1 abad berdirinya Partai Komunis Tiongkok. 

Zeng Jianyuan mengatakan : “Bagaimana sportifitas dan semangat Olimpiade atlet dapat dikobarkan dalam arena pertandingan, sedangkan masyarakat di luar arena adalah yang melanggar semangat itu ? Bukankah kegiatan Olimpiade yang diadakan di Beijing ini adalah sebuah ironi terbesar bagi perkembangan yang harmonis dari masyarakat umat manusia yang damai ?”

Li Qi, sekretaris jenderal Asosiasi Taiwan – Hongkong menyebutkan bahwa, setelah pemerintah komunis Tiongkok menekan habis semua hak rakyat Hongkong seperti kebebasan berpolitik, kebebasan pers, kebebasan berbicara, kebebasan pribadi, kebebasan properti, dan kebebasan dari rasa takut, Selain telah menghancurkan Mutiara Timur yang pernah disandang Hongkong, tetapi juga secara mendasar menyangkal dan menekan harapan rakyat Hongkong akan kebebasan dan demokrasi, juga keinginan mereka untuk mempertahankan hak asasi manusia dan supremasi hukum.

Eropa dan AS memboikot Olimpiade Musim Dingin Beijing

Inter-Parliamentary Alliance on China (IPAC), sebuah organisasi multinasional pada 21 Juni dalam pesan cuitannya menyebutkan : Dunia tampaknya telah lupa bahwa Beijing melanggar janji yang dibuatnya selama Olimpiade 2008.

IPAC dalam pernyataan yang dikeluarkan pada 7 Juni menyebutkan bahwa,mengingat pelanggaran hak asasi manusia yang meluas saat ini di Tiongkok, pihaknya mengumumkan peluncuran tindakan legislatif terkoordinasi untuk memberikan sanksi kepada Olimpiade Musim Dingin Beijing 2022 di 10 negara dan wilayah. Aksi tersebut mendapat dukungan luas.

Pernyataan IPAC menekankan bahwa meskipun Komite Olimpiade Internasional (IOC), harus mengabaikan faktor politik, tetapi tidak boleh menutup mata terhadap pelanggaran hak asasi manusia berskala besar, kekhawatiran yang dihadapi oleh warga Uighur, etnis minoritas lainnya dan penganut agama di daratan Tiongkok yang melibatkan hak asasi manusia dasar. Tak lain, untuk pertimbangan politik, hak asasi manusia adalah dasar dari semangat kerjasama internasional seperti Olimpiade.

Para co-chair IPAC di berbagai negara berpendapat bahwa, tidak pantas bagi pemerintah yang telah melakukan kekejaman terhadap rakyatnya sendiri untuk menjadi tuan rumah Olimpiade. Dikarenakan, akan merusak semangat gerakan Olimpiade dan merusak tujuannya.

IPAC juga mendesak mitra bisnis Olimpiade Musim Dingin Beijing untuk mempertimbangkan penarikan sponsor dan dukungan terkait. Selain itu, meminta Komite Olimpiade Internasional untuk menjamin kebebasan media dan atlet untuk mengekspresikan pendapat mereka.

Amerika Serikat, Kanada, Inggris, Republik Ceko, Denmark, Jerman, Lithuania, Swedia, dan negara-negara lain semuanya telah mengusulkan rencana pemboikotan.

Nancy Pelosi, Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Amerika Serikat pada akhir bulan Mei lalu mengusulkan, pemboikotan diplomatik terhadap Olimpiade Musim Dingin Beijing. Tujuannya, agar pemerintah AS tidak mengirim delegasi resmi untuk berpartisipasi dalam acara tersebut.

Anggota Kongres dari kedua partai di Amerika Serikat, telah menyusun rancangan undang-undang untuk menjatuhkan sanksi kepada sponsor Olimpiade Musim Dingin Beijing. Bahkan, meminta Komite Olimpiade Internasional untuk mengubah tempat penyelenggaraan Olimpiade Musim Dingin 2022.

Tom Malinowski, wakil ketua Komite Urusan Luar Negeri Dewan Perwakilan Rakyat Amerika Serikat mengatakan bahwa, upaya bersama dari anggota kongres dari berbagai negara demokratis telah mengirimkan pesan yang tidak dapat diabaikan kepada Komite Olimpiade Internasional : Jika dimungkinkan untuk membahas tentang penundaan Olimpiade Musim Panas Tokyo, karena kekhawatiran terhadap epidemi, itu berarti juga dimungkinkan untuk menunda Olimpiade Musim Dingin Beijing karena jutaan orang telah dipenjara di kamp konsentrasi oleh pemerintah komunis Tiongkok.

Selain itu, sepuluh orang anggota Parlemen Eropa akan mengajukan pertanyaan kepada Dewan Eropa, tak lain mengenai apakah Uni Eropa bermaksud mengirim delegasi untuk berpartisipasi dalam Olimpiade Musim Dingin Beijing. Kemudian, akan mengajukan “rekomendasi dan saran” kepada para sponsor Eropa untuk membatalkan dukungan mereka. (sin)

Terkonfirmasi Positif di Jakarta Sehari Melonjak 7.505 Kasus

ETindonesia- Kasus COVID-19 dalam beberapa waktu belakangan terbilang fluktuatif, hasil test menunjukkan berada pada kisaran 3.000 – 5.000 kasus. Namun demikian, tidak pada Kamis (24/6/2021). Kasus positif justru melonjak drastis, mencapai 7.505 kasus dalam sehari. 

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, Dwi Oktavia memaparkan berdasarkan data terkini Dinas Kesehatan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, dilakukan tes PCR sebanyak 25.575 spesimen.

 ‘Dari jumlah tes tersebut, sebanyak 20.460 orang dites PCR hari ini untuk mendiagnosis kasus baru dengan hasil 7.505 positif dan 12.955 negatif. Selain itu, dilakukan pula tes Antigen hari ini 5.053 orang dites, dengan hasil 776 positif dan 4.277 negatif.

“Kami di Pemprov DKI Jakarta mengimbau seluruh warga meningkatkan kewaspadaan dan semakin taat protokol kesehatan, karena penularan COVID-19 yang kian cepat. Patuhi aturan yang berlaku sebagai upaya kita bersama dalam menekan penyebaran virus ini,” tegas Dwi, di Balai Kota Jakarta, pada Kamis (24/6). 

Adapun distribusi 7.505 kasus positif hari ini, yaitu Kepulauan Seribu 2 kasus, Jakarta Barat 1.550 kasus, Jakarta Pusat 836 kasus, Jakarta Selatan 1.105 kasus, Jakarta Timur 2.310 kasus, dan Jakarta Utara 954 kasus, serta data kasus yang masih dalam proses verifikasi sebanyak 748.

Sedangkan, Kecamatan dengan jumlah kasus terbanyak, antara lain Ciracas 350 kasus, Cipayung 341 kasus, Kembangan 322 kasus, dan Pulo Gadung 305 kasus. (asr)

Penambahan Kasus Aktif COVID-19 pada Anak di Jakarta : 830 Kasus Anak Usia 6 – 18 Tahun dan 282 Kasus Anak Usia 0 – 5 Tahun

ETIndonesia – Penularan kasus COVID-19 tak pandang bulu. kini terjadi penambahan atas kasus penularan terhadap anak-anak.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, Dwi Oktavia mengatakan sebanyak 15% dari 7.505 kasus positif pada Kamis (17/06/2021) adalah anak-anak di bawah usia 18 tahun, dengan rincian.

Dwi merinci  830 kasus adalah anak usia 6 – 18 tahun dan 282 kasus adalah anak usia 0 – 5 tahun. Sedangkan, 5.775 kasus adalah usia 19 – 59 tahun dan 618 kasus adalah usia 60 tahun ke atas. 

“Untuk itu, penting sekali bagi para orang tua agar menjaga anak-anaknya lebih ketat dan menghindari keluar rumah membawa anak-anak. Sebisa mungkin lakukan aktivitas di rumah saja bersama anak, karena kasus positif pada anak saat ini masih tinggi,” imbaunya.

Dwi turut memaparkan perkembangan jumlah klaster di Jakarta. Untuk klaster perkantoran pada 14-20 Juni, ditemukan sebanyak 576 kasus positif dari 105 kantor. Sedangkan, untuk klaster keluarga pada 14-20 Juni sebanyak 10.967 orang positif dari 912 keluarga.

“Kami juga menyarankan warga mengurangi mobilitas, taati aturan bekerja dari kantor sebanyak 25% kapasitas dan sisanya bekerja dari rumah. Keluar rumah jika benar-benar penting, tentu kita semua tidak ingin jika kasusnya semakin bertambah ke depannya,” tambahnya.  (asr)