Epidemi di Guangdong Meluas dan Berlanjut, Warga Beramai-ramai Tuntut Pembukaan Pemblokiran Setelah Dikurung Jangka Lama dan Tak Lagi Bekerja

Li Mei dan Lin Mingdi – NTD

Tidak termasuk Tiongkok, sekitar 179,13 juta orang didiagnosis secara global dan hampir 3,88 juta orang meninggal pada Rabu (23/6/2021). Epidemi di banyak kota besar di Provinsi Guangdong, Tiongkok, masih menyebar luas. Warga tak puas dengan pengendalian Komunis Tiongkok yang dilakukan secara ekstrem. Serangan balik secara sengit datang warga yang tak lagi bekerja dan tak memiliki pendapatan.

Video yang beredar di daratan Tiongkok menunjukkan bahwa penduduk dari sebuah komunitas di Guangzhou, Tiongkok, beramai-ramai berhadapan dengan petugas kontrol yang mengenakan pakaian pelindung.

Warga ingin keluar masuk dengan leluasa untuk membeli makanan, kebutuhan sehari-hari dan sebagainya. Selain itu, warga juga telah dikurung di rumah dalam waktu lama. Banyak warga yang kini menjadi pengangguran alias tak lagi bekerja. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-sehari sudah menjadi masalah besar. 

Setelah seseorang berteriak untuk membuka pemblokiran di lokasi pemukiman mereka, seluruh komunitas turut bergabung dan meminta untuk membuka pemblokiran.

Penduduk di lima komunitas, Huangqi, Dongxiu, Qiyang, Dongting, dan Yongya, Kota Dali, Distrik Nanhai, Foshan, Guangdong, berkumpul bersama ribuan orang untuk memprotes dan menuntut membuka pemblokiran.

Di antara mereka, setelah daerah Huang Qi merebak protes massa, berita pembukaan pemblokiran disampaikan pada Rabu 23 Juni.

Sementara itu, di seberang daratan Tiongkok, kasus Taiwan yang baru didiagnosis kembali bertambah pada angka tiga digit pada Rabu 23 Juni, dengan 104 kasus lokal yang baru didiagnosis dan 24 kasus kematian.

Komandan pencegahan epidemi Taiwan, Chen Shih-Chung mengatakan bahwa meskipun situasi epidemi  membaik, akan tetapi masih belum memenuhi persyaratan. Selain itu,  kewaspadaan tingkat ketiga akan diperpanjang selama dua minggu lagi hingga 12 Juli mendatang.

Chen Shih-Chung berkata : “Jadi lanjutkan selama dua minggu lagi, semua orang diharapkan bersabar,  semua orang diminta bekerja keras bersama-sama dan berharap akan relatif stabil setelah 12 Juli.”

Sedangkan, dengan hanya sebulan tersisa sebelum Olimpiade Tokyo, persiapan semakin cepat.

Jajak pendapat menunjukkan bahwa kebanyakan orang Jepang, masih berhati-hati tentang Olimpiade yang dinilai dapat mengintensifkan penyebaran epidemi.

Pada Selasa 22 Juni, Tokyo melaporkan 435 kasus baru yang dikonfirmasi.

Kantor Gubernur Tokyo, Yuriko Koike mengatakan pada Selasa 22 Juni bahwa Yuriko Koike perlu istirahat karena kelelahan dan akan menangguhkan tugas resmi selama seminggu.

Media lokal melaporkan bahwa Koike  pergi ke rumah sakit untuk pemeriksaan.

Pemerintah Jepang akan membuat keputusan apakah akan mencabut keadaan darurat di sebagian besar wilayah seperti yang direncanakan pada 21 Juni, tidak termasuk Tokyo dan tempat-tempat lain, yang akan terus menerapkan tindakan pembatasan sebelum Olimpiade berlangsung. (hui)