WHO Ungkap Virus Varian Terkuat Sudah Menyebar ke 85 Negara, Terjadi Lonjakan Kasus di Sejumlah Negara

Luo Tingting

Pada awal tahun 2020, setelah virus Komunis Tiongkok (COVID-19) menyebar dari Wuhan, Tiongkok dan menyebar secara global. Kini virus itu terus bermutasi.

Virus varian Delta yang baru-baru ini ditemukan di India, lebih menular daripada virus sebelumnya dan menyebar lebih cepat. Sehingga menyebabkan dunia menghadapi babak baru tantangan epidemi.

Ilmuwan Inggris memperkirakan bahwa galur Delta 40% hingga 80% lebih menular daripada galur mutan Alpha yang ditemukan di Inggris. Bahkan, lebih menular daripada galur asli di Wuhan.

Dirjen WHO Tedros Ghebreyesus memperingatkan pada konferensi pers pada 26 Juni, bahwa virus varian Delta adalah “virus varian terkuat” dan telah menyebar di setidaknya di 85 negara.

Baru-baru ini, Israel, negara Timur Tengah dengan tingkat vaksinasi tiga teratas di dunia, mengalami lonjakan kasus infeksi virus varian Delta, sekitar 50% di antaranya adalah orang yang telah divaksinasi.

Menurut data dari Universitas Johns Hopkins, pada 24 Juni, 57% penduduk Israel sudah menerima dua dosis penuh vaksin virus Komunis Tiongkok.

Israel mengumumkan pada 25 Juni  bahwa mereka akan menunda pembukaan pembatasan di negara itu. Selanjutnya, memberlakukan kembali peraturan anti-epidemi seperti mengenakan masker di dalam ruangan. 

Direktur Clalit, organisasi manajemen kesehatan terbesar di negara itu, mengatakan: “Invasi virus varian Delta telah mengubah penyebaran.”

Ada 35.204 kasus baru virus varian Delta di Inggris dalam seminggu terakhir, terhitung lebih dari 90% dari kasus yang dikonfirmasi.

Departemen kesehatan masyarakat Inggris menyatakan, penyuntikan vaksin masih memiliki perlindungan lebih dari 90% terhadap rawat inap parah atau kematian akibat infeksi virus Delta. Meski demikian, lembaga itu mengingatkan bahwa mereka yang telah divaksinasi masih ada risiko tertentu “infeksi terobosan”.

Australia mengumumkan pada 26 Juni,  Sydney, kota terbesar di Australia, dan bagian dari daerah sekitarnya akan ditutup secara ketat selama dua minggu. Selain itu, lebih dari 80 kasus infeksi virus Delta ditambahkan ke daerah setempat.

Penelitian informasi epidemi oleh Tim Spector, profesor epidemiologi di King’s College London, menunjukkan bahwa gejala infeksi varian Delta mirip dengan flu berat. Orang yang terinfeksi mungkin merasa bahwa itu hanya flu biasa. Ia kemudian keluar rumah seperti biasa yang kemudian menimbulkan banyak masalah.

Menurut The Guardian, data menunjukkan bahwa varian Delta juga dapat menyebabkan gejala yang lebih serius termasuk sakit perut, mual, muntah, kehilangan nafsu makan, gangguan pendengaran, dan nyeri sendi.  Bukti dari Guangzhou menunjukkan sebanyak 12% pasien memasuki keadaan parah atau kritis dalam waktu 3 hingga 4 hari sejak timbulnya gejala, yang mana 4 kali lebih tinggi dari kasus sebelumnya.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) strain Delta telah menyebar di tempat-tempat di mana vaksinasi tidak tersedia secara luas, termasuk di Afrika. Strain delta  ditemukan di 14 negara di Afrika, dan sampel terbesar adalah Uganda dan Demokratik Kongo.

Dirjen WHO mengatakan pada 26 Juni bahwa, kurangnya vaksin di negara-negara miskin sudah mempercepat penyebaran virus mutan Delta. Situasi di Afrika “sangat berbahaya.” Jumlah kasus dan kematian baru yang dikonfirmasi telah meningkat hampir 40% dibandingkan dengan minggu sebelumnya.

Dia mengkritik negara-negara kaya karena keengganan untuk berbagi vaksin dengan negara-negara berkembang. Dia mengatakan bahwa dirinya baru-baru ini menghadiri pertemuan kelompok penasihat pengiriman vaksin. Kelompok ini sangat frustrasi, karena tidak ada vaksin yang bisa dikirim. 

Sejak Februari tahun ini, Global Covid-19 Vaccine Access Mechanism (Covax) yang dipimpin WHO  menyediakan 90 juta dosis vaksin Covid-19 ke 132 negara. Namun demikian, sejak India menangguhkan ekspor vaksin, Covax menghadapi masalah pasokan. Ratusan juta dosis vaksin yang dijanjikan oleh negara-negara seperti Inggris dan Amerika Serikat tidak akan tersedia dalam jangka pendek.

Penasihat Senior WHO, Bruce Aylward, mengatakan “Vaksin yang dikirim melalui COVAX bulan ini adalah Nol. seperti  AstraZeneca AZ, Pfizer, dan (Johnson dan Johnson) .”

Baru-baru ini, virus varian Delta terus bermutasi lebih lanjut, Badan Kesehatan Masyarakat Inggris (PHE) menyatakan, varian baru bernama K417N ini telah muncul di setidaknya 11 negara termasuk Inggris, Amerika Serikat, dan Jepang. Para ilmuwan mengatakan, tidak ada bukti bahwa K417N memiliki daya menular dan tingkat kematian yang lebih kuat.

Menurut data pelacakan epidemi Universitas Johns Hopkins, pada pukul 08.00 pagi pada 26 Juni,  total 180.330.593 kasus virus Komunis Tiongkok dikonfirmasi secara global, dan total 3.907.193 kasus kematian. Dikarenakan otoritas Komunis Tiongkok menyembunyikan epidemi pada tahap awal wabah,  menyebabkan penyebaran virus di seluruh dunia, kerusakan parah pada ekonomi global, dan kematian jutaan orang. Negara-negara Eropa dan Amerika menyerukan pertanggungjawaban Komunis Tiongkok. (hui)