Home Blog Page 1847

Turki Turuti Imbauan Amerika, Setuju Genjatan Senjata di Suriah

0

Soundofhope.org

Wakil Presiden Amerika Serikat Mike Pence yang mencapai kesepakatan dengan Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan dalam pertemuan di Ankara, Kamis 17 Oktober 2019, menyebut kesepakatan itu sebagai jalan mengakhiri invasi militer Turki. 

Sebelumnya, Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengirimkan sepucuk surat ke Recep Tayyip Erdogan yang berisi peringatan terkait invasi ke Suriah. Dalam surat tertanggal 9 Oktober itu Trump mengingatkan Erdogan untuk tidak menjadi bodoh, dan menjadi pendosa sejarah. Trump mengajak Erdogan untuk bersama-sama mencari solusi atas masalah yang dihadapi Turki.

“Pasukan Kurdi tampaknya sengaja membebaskan tahanan perang ISIS untuk memperluas pengaruh politik nya,” kata Trump bersama presiden Italia yang berkunjung ke Amerika Serikat, pada Rabu, 16 Oktober 2019.  

Dalam surat untuk Erdogan itu, Trump menggunakan nada yang tidak biasa dan menyarankan agar semua pihak menegosiasikan kesepakatan yang baik. 

“Mr. Presiden yang saya hormati, mari kita bicarakan tentang kesepakatan yang bagus! “Anda tidak mau bertanggung jawab atas pembantaian ribuan orang, dan saya tidak ingin bertanggung jawab atas kehancuran ekonomi Turki, dan saya akan melakukannya. Saya telah memberi Anda beberapa contoh tentang kasus Pastor Brunson. Saya telah bekerja keras untuk membantu Anda memecahkan sejumlah masalah dan jangan mengecewakan dunia. Anda bisa mencapai sebuah kesepakatan yang baik,” kata Trump dalam surat yang ditujukan untuk Erdogan itu.  

Trump mengatakan pada awal September 2019 lalu, bahwa setelah pasukan Amerika Serikat menarik diri dari wilayah timur laut Suriah, dimana jika perilaku Turki melebihi garis bawah, Trump akan menjatuhkan sanksi pada Turki, yang dapat secara serius menghancurkan ekonomi Turki. 

Trump pernah menjatuhkan sanksi kepada Turki dalam kasus Pastor Branson di Turki.

Trump mengatakan, kesepakatan itu akan menyelamatkan jutaan nyawa. Komandan Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang dipimpin Mazlum Abdi mengatakan mereka siap mematuhi gencatan senjata di wilayah dari Ras al-Ain hingga Tal Abyad, Suriah. Namun tidak pada wilayah lain di sepanjang perbatasan yang diinginkan Turki sebagai zona aman. 

Dalam surat tersebut, Trump juga mengajak Erdogan untuk bersama-sama mencari solusi atas masalah yang dihadapi Turki.

 “Sejarah akan memandang Anda dengan baik jika Anda melakukan ini dengan cara yang benar dan manusiawi. Sebaliknya, mereka akan memandangmu sebagai iblis jika hal-hal baik tidak terjadi. Jangan berlagak tangguh. Jangan bodoh. Aku akan meneleponmu nanti!” tulis Trump.

Surat Trump tidak mencegah serangan Erdogan yang telah lama direncanakan terhadap Kurdi wilayah Suriah. Serangan itu menewaskan 11 orang dan puluhan ribu orang mengungsi. Trump juga telah menjatuhkan sanksi dan pembatasan visa pada Turki. Kurdi yang diserang kemudian berpaling ke pasukan pemerintah Suriah.

Meskipun ketidakstabilan di wilayah itu meningkat, Trump tidak menyesali keputusannya menarik 50 tentara Amerika terakhir dari wilayah tersebut dan menyebut langkah itu brilian. 

Trump mengatakan bahwa Amerika Serikat tidak tertarik untuk melibatkan kekuatan militernya ke dalam konflik di wilayah itu. Salah satu pihak dalam konflik adalah Turki, anggota NATO, dan pihak lainnya adalah Presiden Suriah Bashar al-Assad. Assad bukan teman Amerika Serikat. 

“Mereka punya Suriah dan Turki, mereka akan mencapai hasilnya dalam pertikaian itu, atau mereka akan berperang, tetapi orang-orang kita tidak boleh terbunuh karena ini,” kata Trump kepada wartawan ditemani Presiden Italia Sergio Mattarella yang berkunjung ke Amerika Serikat  pada 16 Oktober 2019.

Menurut Trump, Suriah sekarang melindungi orang Kurdi, sangat bagus.

“Jika Anda memahami sejarah, Anda akan tahu orang Kurdi bukanlah malaikat. Saya berkata begitu penuh dengan rasa hormat, mereka bukan malaikat. Lihatlah  Partai Pekerja Kurdistan yakni organisasi militan Kurdistan yang didirikan pada tahun 1970-an. ISIS sangat menghormati mereka, Anda tahu mengapa? Karena mereka seperti ISIS, bahkan lebih sulit dihadapi daripada ISIS. Jadi Amerika Serikat tidak khawatir dengan eskalasi konflik di wilayah tersebut,” jelas Trump. 

Menurut Turki, Unit Perlindungan Rakyat Kurdi (YPG) di Suriah utara terkait dengan Partai Pekerja Kurdistan di Turki. Partai Pekerja Kurdistan tersebut pernah melancarkan pemberontakan puluhan tahun di Turki, karena itu dimasukkan oleh Turki sebagai organisasi terorisme. 

Pejabat di Turki mengatakan bahwa serangan terhadap organisasi teroris itu adalah untuk membangun zona aman seluas 20 kilometer di perbatasan Turki-Suriah untuk memudahkan orang-orang Suriah di Turki menyelamatkan diri pulang ke rumah selama perang saudara Suriah.

Ketika Turki menyerang Suriah, beberapa tawanan perang ISIS melarikan diri dari wilayah yang dikuasai Kurdi. Trump mengatakan kepada awak media, bahwa pasukan Kurdi mungkin sengaja membebaskan tahanan perang ISIS sebagai pernyataan ketidakpuasan mereka terhadap Amerika Serikat. Namun Trump tidak khawatir. 

“Ada yang membiarkan mereka pergi, tawanan ISIS yang kita tangkap. Sangat mungkin pasukan Kurdi telah melepaskan orang-orang itu untuk memperluas pengaruh politik mereka, tapi mudah sekali untuk menangkap mereka kembali,” Cetus Trump.

Trump tidak khawatir dengan ISIS karena banyak penduduk di wilayah setempat tidak suka dengan sepak terjang ISIS, termasuk orang Iran dan Rusia.

Pada 14 Oktober 2019, sekitar 1.000 tentara Amerika Serikat yang ditarik dari Suriah akan menetap di Timur Tengah untuk mencegah kebangkitan ISIS. Hanya segelintir tentara Amerika Serikat yang ditempatkan di Suriah selatan. Sementara masih ada sekitar 5.200 tentara Amerika Serikat yang ditempatkan di Irak. (jon)

Susunan Kabinet Indonesa Maju Joko Widodo-Maruf Amin 2019-2024

0

ETIndonesia. Presiden Jokowi resmi mengumumkan nama-nama Menteri yang akan menduduki jabatan di Kementerian Kabinet Indonesia Maju Pemerintahan Jokowi-Maruf 2019-2024 di Veranda depan, Istana Negara, Jakarta, Rabu (23/10/2019).

Nama-nama yang disampaikan terdiri dari sejumlah tokoh partai politik dan kaum professional. Dua Ketua partai politik yakni Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto dan Ketum Partai Gerindra Prabowo Subianto termasuk yang didapuk Jokowi sebagai Menteri.

Sebagaimana diketahui Prabowo merupakan rival Jokowi dalam dua kali Pilpres. Pada akhirnya pada periode kedua jabatan Jokowi, Prabowo Subianto ditunjuk oleh sebagai Menteri Pertahanan.

Berikut susunan Kabinet Indonesia Maju :

1. Menteri Koordinator Bidang Polhukam: Mahfud MD
2. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian: Airlangga Hartarto
3. Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan: Muhadjir Effendy
4. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi: Luhut B Pandjaitan
5. Menteri Pertahanan: Prabowo Subianto
6. Menteri Sekretaris Negara: Pratikno
7. Menteri Dalam Negeri: Jenderal (Pol) Tito Karnavian
8. Menteri Luar Negeri: Retno LP Marsudi
9. Menteri Agama: Jenderal Fachrul Razy
10. Menteri Hukum dan HAM: Yasonna Laoly
11. Menteri Keuangan: Sri Mulyani
12. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan: Nadiem Makarim
13. Menteri Kesehatan: dr Terawan
14. Menteri Sosial: Juliari Batubara
15. Menteri Tenaga Kerja: Ida Fauziyah
16. Menteri Perindustrian: Agus Gumiwang Kartasasmita
17. Menteri Perdagangan: Agus Suparmanto
18. Menteri ESDM: Arifin Tasrif
19. Menteri PUPR: Basuki Hadimuljono
20. Menteri Perhubungan: Budi Karya Sumadi
21. Menteri Komunikasi dan Informasi: Johny G. Plate
22. Menteri Pertanian: Syahrul Yasin Limpo
23. Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan: Siti Nurbaya
24. Menteri Kelautan dan Perikanan: Edhy Prabowo
25. Menteri Desa dan PDTT: Abdul Halim Iskandar
26. Menteri ATR/Kepala BPN: Sofyan Djalil
27. Menteri PPN/Kepala Bappenas: Suharso Monoarfa
28. Menteri PAN-RB: Tjahjo Kumolo
29. Menteri BUMN: Erick Thohir
30. Menteri Koperasi dan UKM: Teten Masduki
31. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif: Wishnutama
32. Menteri PPA: I Gusti Ayu Bintang Darmawati
33. Menristek : Bambang Brodjonegoro
34. Menteri Pemuda dan Olahraga: Zainudin Amali
35. Kepala Staf Kepresidenan: Moeldoko
36. Sekretaris Kabinet: Pramono Anung
37. Kepala BKPM: Bahlil Lahadalia
38. Jaksa Agung: ST Burhanudin

(asr)

FOTO : Presiden Jokowi saat mengumumkan nama-nama Menteri Koordinator dan Menteri di Kabinet Inddonesia Maju dengan duduk lesehan di Veranda depan, Istana Negara, Jakarta, Rabu (23/10/2019). Semua hadir dengan mengenakan baju batik (Foto : Dok KSP)

Perdana Menteri Malaysia: Bukanlah Pekerjaan Malaysia untuk Mempromosikan Ideologi Komunis Tiongkok

0

Isabel Van Brugen – The Epochtimes

Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad mengatakan, bukan peran Malaysia untuk mempromosikan prakarsa “One Belt One Road” atau proyek OBOR Tiongkok. Mahathir juga menegaskan, tak  ingin gagasan dan ideologi Komunis Tiongkok mempengaruhi generasi muda negara itu.

Berbicara pada sesi forum konferensi Malaysia Beyond 2020 di Kuala Lumpur pada 21 Oktober, Mahathir mengatakan bahwa meskipun Malaysia menganggap Tiongkok sebagai “teman.” Ia tidak ingin orang-orang percaya bahwa negara tersebut telah jatuh di bawah pengaruh Komunis Tiongkok.

Seperti dikutip oleh The epochtimes, Mahathir menegaskan selalu menganggap Tiongkok sebagai teman. Terkecuali untuk beberapa periode pada hari-hari awal kemerdekaan Malaysia. Ketika itu, pemerintah Tiongkok mempraktikkan komunisme yang dapat diekspor ke Malaysia. Mahathir menegaskan, Malaysia tidak menginginkannya. 

Pemimpin berusia 93 tahun itu, berbicara mengacu pada buku komik propaganda kontroversial berjudul “Belt and Road Initiative for Win-Winism.” Komik itu diyakini telah didistribusikan ke sekolah-sekolah di seluruh negeri Malaysia.

Buku komik itu, mempromosikan prakarsa OBOR Tiongkok. Isinya dilaporkan berisi propaganda yang mengulangi pandangan politik  Komunis Tiongkok. Isinya juga menggambarkan mereka yang percaya Muslim Uighur dianiaya di Xinjiang, sebagai “ekstrimis” seperti dilaporkan oleh Malay Mail. 

Mahathir mengatakan, dirinya tidak terlibat dalam publikasi dan ia tidak mengetahui isi buku yang beredar itu.

Menurut Mahathir, pada saat ini, bukan bagi pemerintah Malaysia untuk mempromosikan ide dan ideologi Tiongkok. Akan tetapi untuk mencari mengetahui bagaimana negara itu bisa mendapat manfaat dari mereka. 

Sebanyak yang pemerintahan Malaysia tidak menyukai pengaruh Barat dalam strategi dan sekolah negara itu, Malaysia tidak ingin negara lain memiliki pengaruh yang tidak semestinya kepada kaum muda negara itu. 

Komik yang beredar itu diduga berisi foto Mahathir. Komik itu dengan catatan yang menyatakan buku itu, diberikan sebagai hadiah darinya kepada pemimpin Tiongkok Xi Jinping. Ketika itu, mereka bertemu selama KTT dan Forum Road and Belt di Beijing pada bulan April lalu.

Kantor Perdana Menteri membantah klaim dalam sebuah pernyataan pada 18 Oktober yang mengatakan: Kantor Perdana Menteri ingin menyatakan, bahwa buku itu bukan hadiah resmi selama pertemuan dan dibawa masuk tanpa melalui prosedur dan saluran yang tepat. “

Distribusi buku-buku yang sudah beredar di sekolah saat ini, sedang diselidiki, seperti diungkapkan kantor Kementerian Dalam Negeri Malaysia.

Mahathir menambahkan pada konferensi Malaysia Beyond 2020 bahwa Malaysia tidak akan mendukung inisiatif OBOR “tanpa studi yang layak.”

Menurut Mahathir, pihaknya mendukung gagasan ‘One Belt One Road’ tetapi pihaknya harus mencari tahu apa itu proyek OBOR.

Mahathir menegaskan, pihaknya tidak akan mempengaruhi pikiran orang-orang muda. Dikarenakan, Orang-orang muda harus memahami masalah, strategi, dan kebijakan negara itu terlebih dahulu. 

Komentar Mahathir disampaikan setelah dia berhasil menegosiasikan kembali proyek jalur kereta api utama yang didukung Tiongkok dalam kesepakatan yang akan menyelamatkan negara 21,5 miliar ringgit atau 5,2 miliar dolar AS terkait utang kepada negara adidaya komunis itu.

Pria 93 tahun itu memangkas biaya East Coast Rail Link (ECRL) – yang merupakan bagian penting dari prakarsa infrastruktur OBOR Tiongkok- hampir sepertiga nilainya dari 65,5 miliar ringgit atau 16 miliar dolar AS menjadi 44 miliar ringgit atau 11 miliar dolar AS, seperti diumumkan kantor Mahathir pada 12 April.

Kantor Perdana Menteri menegaskan, pengurangan nilai proyek itu pasti akan menguntungkan Malaysia. Selan itu, meringankan beban pada posisi keuangan negara itu.

Mahathir mengatakan, pemerintahnya menegosiasikan ketentuan-ketentuan baru perjanjian untuk memprioritaskan kebutuhan rakyat Malaysia. Mahathir menambahkan, bahwa biaya awal dari jalur kereta api tidak dapat dibenarkan dan tidak jelas.

Langkah itu dilakukan, setelah berbulan-bulan negosiasi menyusul keputusan Mahathir untuk membatalkan proyek OBOR itu pada tahun lalu. Perjanjian tersebut pertama kali ditandatangani pada tahun 2017 di bawah administrasi Datuk Seri Najib tun Razak, pendahulu Mahathir yang sarat dengan skandal.

Pemimpin berusia 93 tahun itu secara bersamaan mengumumkan pembatalan proyek Pipa Gas Trans-Sabah -TSGP- pada hari terakhir kunjungan lima hari resminya ke Tiongkok. Mahathir mengatakan bahwa prioritas utama negaranya adalah meminimalkan utang dan pinjaman negara itu.

Mahathir membatalkan ambisius proyek kereta api  – East Coast Rail Link- tahun lalu di tengah kekhawatiran bahwa proyek tersebut tidak masuk akal secara finansial bagi negara. Bel alarm dipicu setelah negara-negara lain mulai mengalami kesulitan keuangan. Hal demikian ketika pembangunan proyek infrastruktur mereka sebagai bagian dari inisiatif OBOR dimulai.

Sementara itu, Mahathir juga mengatakan bahwa, merupakan mukjizat  bahwa Malaysia tidak bangkrut oleh skandal pencucian uang 1Malaysia Development Berhad (1MDB), yang menyebabkan kerusakan finansial dan institusional.

Menurut Mahathir, salah satu tantangan terbesar setelah berhasil menggulingkan rezim kleptokratis adalah memberantas kekacauan yang tertinggal dan membangun kembali bangsa.

Meskipun kasus 1MDB tanpa keraguan adalah barang yang ganjil, Malaysia tidak akan pernah dapat sepenuhnya memahami kerusakan yang disebabkan oleh bangsa. Meski demikian, sangat ajaib bahwa Malaysia tidak bangkrut. (asr)

Serangan Meriam Air Disemprotkan ke Masjid Kowloon Hong Kong, Menuai Kecaman Masyarakat

0

Nicole Hao

Polisi Hong Kong nekat menyemprotkan meriam air berwarna biru  ke masjid terbesar di kota itu Minggu 20 Oktober. Kejadian itu memicu kecaman penduduk setempat. Adapun cairan berwarna biru itu, masih belum diketahui kandungan apa yang terdapat di dalamnya.  

Pada Minggu 20 Oktober sore, sekitar 350.000 warga Hongkong menggelar pawai dari Tsim Sha Tsui ke kawasan Kowloon. Mereka bertujuan untuk memprotes undang-undang anti masker yang baru-baru ini diberlakukan oleh pemerintah. Tujuan pemerintah, sebagai upaya untuk memadamkan aksi massa. Sekitar pukul 4  sore waktu setempat, sebuah panser meriam air melewati Nathan Road di kawasan Kowloon.

Menurut rekaman video eksklusif yang diambil oleh kamera drone The Epoch Times, ketika kendaraan meriam air mendekati Masjid Kowloon dan Islamic Center, sangat sedikit orang-orang yang berada di Nathan Road.

Ketika meriam air itu berhenti, pertama-tama menembakkan air ke arah gerbang dan tangga depan masjid. Ketika itu, warga setempat bernama Mohan Chugani dan sekitar belasan lainnya berada di luar gerbang depan. Mereka dengan cepat mencoba melarikan diri.

Sebelum kelompok itu dapat menemukan tempat berlindung, meriam air itu menyemprotkan lagi cairan berwarna biru itu. Kemudian menyemprotnya ke pintu gerbang dan ke arah orang-orang yang ada di sekitar masjid itu.

Chugani, yang pernah menjadi kepala Asosiasi India Hong Kong mengatakan, Pemimpin pemerintah Hong Kong Carrie Lam menelepon dirinya dan menyampaikan permintaan maaf kepadanya. Akan tetapi, ia tidak bisa menerimanya.

Chugani lahir dan besar di Hong Kong. Dia adalah pengusaha yang sukses dan memiliki pengaruh di antara warga Hongkong keturunan Asia Selatan.

Chugani bukan seorang Muslim atau pengunjuk rasa. Dia mengatakan, saat itu dirinya sedang mengobrol dengan teman-temannya. Ketika itu, dia disemprotkan dari kepala hingga ke kaki dengan meriam air polisi.

Jeremy Tam Man-ho, seorang anggota parlemen di Dewan Legislatif Hong Kong, juga berada di lokasi rekaman live streaming, ketika ia disemprotkan dengan meriam air.

Dalam rekamannya, Tam dan yang lainnya terkena cairan itu,  terdengar mereka mengalami batuk-batuk dan muntah-muntah. Mereka meminta air untuk mencuci mata mereka.

Cairan Biru yang Tidak Dikenal

Chugani kepada Epoch Times Hong Kong di tempat kejadian pada 20 Oktober mengatakan, meriam air menembak dirinya sebanyak dua kali. Ia mengatakan, dirinya sudah berusia 73 tahun  dan tidak bisa lari dengan mudah. Menurut dia, ketika polisi menyasar orang tua merupakan insiden di luar harapan. 

Chugani mengatakan tubuhnya terasa sakit setelah disemprot cairan biru itu.  Sekitar 20 menit setelah dirinya ditembak cairan itu, matanya masih tidak bisa melihat apa-apa.

Setelah mandi dan beristirahat sebentar, tubuh Chugani masih kesakitan. Dia memutuskan untuk pergi ke rumah sakit pada malam harinya.

Chugani kepada Epoch Times dalam wawancara 21 Oktober mengatakan bahwa, temannya memanggil ambulans untuknya. Selanjutnya, mengirimnya ke Rumah Sakit Queen Elizabeth, sebuah rumah sakit di kota itu.

Dokter dan perawat di sana memintanya untuk kembali mandi. Selanjutnya diberikan enam hingga tujuh tetes mata. Ketika dia mengatakan, matanya masih tidak nyaman, dokter memindahkannya ke departemen oftalmologi. Akan tetapi ia membutuhkan janji pertemuan dengan dokter.

Lalu Chugani ingin dipindahkan ke rumah sakit swasta setempat, di mana dirinya bisa segera bertemu dengan dokter. Akan tetapi, seorang teman dekatnya yang bekerja di rumah sakit swasta menyarankan untuk tidak pergi ke sana.

Dokter itu kepada Chugani mengatakan, bahwa rumah sakit swasta tidak mengetahui kandungan bahan-bahan kimia di dalam cairan berwarna biru itu.  Oleh karena itu, tidak mengetahui bagaimana cara memperlakukan mata Chugani dengan benar. Chugani merasa frustrasi dengan insiden yang menimpa dirinya itu. 

Chugani menyerukan kepada pemerintah Hong Kong agar menyampaikan kepada semua UGD semua rumah sakit. Pemberitahuan terkait tentang jenis obat apa yang harus digunakan untuk merawat pasien yang terkena dampak meriam air biru itu. 

Polisi masih belum mengungkapkan kandungan air yang diwarnai. Akan tetapi para pemrotes yang terkena air mengeluhkan iritasi kulit. 

Permintaan maaf

Chugani digunakan untuk mendukung pasukan polisi dan menghadiri demonstrasi pro-polisi. Kini dirinya tidak lagi mempercayai mereka.

Chugani percaya bahwa polisi sengaja menembakkan meriam air ke masjid. Setelah kejadian itu, banyak pejabat — termasuk Lam, komandan kedua Hong Kong Matthew Cheung, dan anggota parlemen pro Komunis Tiongkok — secara pribadi meminta maaf kepada Chugani. 

Perwakilan Lam dan polisi juga mengunjungi masjid untuk bertemu dengan perwakilan komunitas Muslim pada 21 Oktober dan meminta maaf secara langsung.

Chugani mengatakan, dirinya tidak akan menerima permintaan maaf mereka. Dikarenakan “polisi telah melewati batas. Kini Hong Kong sudah tidak memiliki aturan hukum. 

Dia menambahkan bahwa, Komandan Kedua Hong Kong mengatakan dalam email permintaan maafnya bahwa ada “kerumunan yang nakal” di daerah itu. Tapi Chugani membantahnya, ia tak berada di area yang disebutkan tersebut. Ketika itu, ia sedang mengobrol dengan teman-teman saat jalanan dalam kekacauan.

Polisi Vs Publik

Polisi dan pemerintah Hong Kong menyatakan bahwa meriam air “secara tidak sengaja” menembaki masjid. Pihak polisi mengatakan tidak memiliki “niat jahat.” Namun demikian, warga Hongkong tidak menerima penjelasan itu.

Allan Au, seorang jurnalis senior Hong Kong, menerbitkan sebuah artikel di Stand News, di mana ia menulis kecurigaan tentang pernyataan awal polisi, yang mengatakan meriam air dikerahkan untuk membubarkan apa yang diklaim sebagai “perusuh.”

Namun media lokal mengambil foto kerumunan yang berdiri di depan masjid. Mereka hanya memegang plakat yang menyampaikan kepada pengunjuk rasa agar tidak merusak gedung. Yang lainnya memegang sebuah tanda yang menjelaskan bahwa para pemrotes telah berjanji untuk tidak merusak masjid atau bangunan lain di lingkungan dengan populasi Asia Selatan yang terbesar di Hong Kong.

Pada 20 Oktober itu, sebanyak 24 anggota parlemen pro-demokrasi juga menyampaikan pernyataan bersama. Mereka menuding polisi secara terang-terangan berbohong dalam pernyataan mereka.Mereka menyatakan, tempat-tempat keagamaan “tidak boleh diremehkan dan dinodai.” (asr)

FOTO : Kamera yang dilengkapi dengan drone The Epoch Times menangkap ketika polisi menembakkan meriam air ke Masjid Kowloon dan Islamic Centre dengan pewarna biru ketika beberapa orang berdiri di depannya pada 20 Oktober 2019. (The Epoch Times)


Reuters : Enam Lampu Peringatan Berkedip untuk Perlambatan Ekonomi Tiongkok

0

Perekonomian Tiongkok yang diklaim mencapai USD 13 triliun terus melambat. Melansir dari Reuters yang dilaporkan oleh The epochtimes edisi Amerika Serikat, bahwa indikator menunjukkan kisaran dari pengiriman barang hingga pabrik pembangkit listrik, dari pekerjaan hingga pengeluaran untuk hiburan dilaporkan melambat. 

Tiongkok merilis data produk domestik bruto versinya sendiri pada 18 Oktober lalu. Indikator kunci untuk pertumbuhan global karena perubahan kecil dalam kinerja ekonomi Tiongkok, dapat memiliki efek riak untuk ekonomi utama lainnya.

Ekonom memperkirakan, pertumbuhan Tiongkok melambat mendekati level terendah sejak Tahun 1990 silam. Dikarenakan, meningkatnya konflik perdagangan dengan Amerika Serikat dan melemahnya permintaan domestik. 

Perlambatan itu tampaknya semakin dalam, meskipun mata uang melemah dan diluncurkannya langkah-langkah oleh Beijing untuk memberikan stimulus, termasuk pemotongan pajak dan biaya yang setara dengan sekitar 282 miliar dolar AS.

Produk Domestik Bruto -PDB- kuartal ketiga Tiongkok diperkirakan akan tumbuh 6,1 persen, menurut jajak pendapat Reuters. 

Beberapa analis memperkirakan pertumbuhan telah turun di bawah 6 persen untuk kuartal ini, di bawah bagian target pertumbuhan pemerintah untuk Tahun 2019.

Di bawah ini adalah enam indikator yang menunjukkan kondisi perlambatan Tiongkok yang dirangkum oleh Reuters.

Pertama, Pekerjaan Manufaktur

Sementara tingkat pengangguran resmi Tiongkok diklaim tetap stabil, muncul tanda-tanda bahwa permintaan domestik yang melamban dan gesekan perdagangan dengan Amerika Serikat telah memicu peningkatan PHK di sektor manufaktur negara itu.

Komponen pelacakan pekerjaan dari Purchasing Manager’s Index atau PMI —sebuah snapshot dari kondisi di sektor ini — telah cenderung menurun secara tajam sejak tahun lalu. 

Bacaan pada bulan Agustus lalu, tergelincir di bawah angka 47 untuk pertama kalinya sejak krisis keuangan global.

Angka di bawah 50 menunjukkan bahwa perusahaan mempekerjakan lebih sedikit karyawan.

Kedua, Ekspor Mesin Listrik

Pengiriman mesin listrik ke luar negeri mulai berkontraksi pada akhir tahun lalu. Angka itu sangat kontras dengan pertumbuhan dua digit untuk sebagian besar tahun 2018.

Untuk tahun 2019, ekspor telah turun, yang mencerminkan tarif tol yang diberlakukan AS terhadap produsen Tiongkok. 

Penurunan ekspor pada bulan September adalah yang paling tajam dalam hampir 10 bulan, tidak termasuk pembacaan Februari, yang terdistorsi oleh faktor musiman. Bahkan mata uang yuan yang lebih murah gagal menahan penurunan ekspor. 

Mata uang Tiongkok telah turun 12 persen terhadap dolar sejak perang dagang meletus awal tahun lalu.

Ketiga, Angkutan Rel

Pertumbuhan tahunan dalam volume pengiriman yang dilakukan pada lebih dari 100.000 kilometer jalur kereta api Tiongkok, telah meruncing setiap bulan sejak akhir 2017 silam. Dikarenakan, permintaan domestik telah melunak.

Dibandingkan dengan kenaikan dua digit persentase bulanan sebelumnya, angkutan kereta api sebagian besar telah berkurang ke pertumbuhan satu digit atau bahkan penurunan secara drastis. 

Perlambatan telah terjadi meskipun ada pengurangan – atau dalam beberapa kasus pembatalan – biaya pengiriman oleh China Railway Corp yang dikelola pemerintah pada bulan April tahun ini untuk mendukung ekonomi.

Angkutan kereta api dikatakan sebagai salah satu tolok ukur pertumbuhan ekonomi yang disukai oleh Perdana Menteri Li Keqiang, ketika ia menjadi sekretaris Partai Komunis Provinsi Liaoning, Tiongkok pada pertengahan 2000-an.

Keempat, Pembangkit Listrik

Industri tenaga listrik Tiongkok, yang terbesar di dunia, adalah tolok ukur utama kegiatan di sektor industri negara tersebut.

Pertumbuhan pembangkit listrik telah melambat, terlihat sejak paruh kedua tahun lalu ke level terendah dalam tiga tahun.

Menghasilkan hampir sepertiga dari Produk Domestik Bruto, industri Tiongkok berada di bawah tekanan karena perang dagang Tiongkok-AS. Yang mana telah mengganggu rantai pasokan.

Kelima, Penjualan Otomotif

Penjualan mobil Tiongkok menurun tahun lalu untuk pertama kalinya sejak 1990-an. Pada bulan September, penjualan mobil, yang menyumbang sekitar sepersepuluh dari semua penjualan ritel, turun selama 15 bulan berturut-turut. Jumlahnya mengurangi harapan untuk perputaran secara cepat pada pasar mobil terbesar di dunia.

Selain otomotif, konsumen Tiongkok mengurangi pembelian di segala hal mulai dari ponsel pintar hingga furnitur.  Sebabnya, pertumbuhan pendapatan melambat dan tingkat utang merayap lebih tinggi. Pengeluaran konsumen menyumbang lebih dari 60 persen ekonomi Tiongkok.

Keenam, Pendapatan dari Box Office

Pendapatan film box office Tiongkok tahun 2018, melambat dari tahun sebelumnya. Hanya tumbuh 9 persen atau setara dengan 8,6 miliar dolar AS. Jumlah itu dibandingkan dengan pertumbuhan hampir 13,5 persen pada tahun 2017.

Perlambatan di pasar film terbesar kedua di dunia setelah Amerika Serikat semakin dalam pada tahun ini. Dikarenakan, konsumen memperketat pengeluaran mereka.

Pendapatan box office bulan lalu merosot ke level terendah sejak September 2018 lalu. Jumlah itu menurut perhitungan Reuters, berdasarkan statistik harian yang disediakan oleh Jaringan Informasi Data Film Tiongkok milik pemerintahan komunis Tiongkok. (asr)

Otoritas Hong Kong Pertimbangkan Lisensi Jurnalis Versi Pemerintah, Memicu Kekhawatian tentang Pembatasan Kebebasan Pers

0

Nicole Hao

Sebanyak 350.000 warga Hongkong kembali turun ke jalan-jalan  pada Minggu 20 Oktober. Bersamaan itu, kepolisian Hong Kong mengakui bahwa pemerintah berusaha mencari cara untuk mendaftarkan jurnalis secara resmi. Rencana itu, memicu kritik dari perdagangan lokal dan kelompok kebebasan pers.

Seperti dilaporkan The Epochtimes, sudah ada desas-desus di kalangan pengunjuk rasa dan wartawan lokal selama beberapa bulan terakhir, bahwa pihak berwenang akan meluncurkan sistem lisensi pers resmi pemerintah. 

Polisi Hong Kong tidak membantah desas-desus tersebut. Ketika ditanya tentang rencana tersebut dan mengatakan : “Polisi terbuka untuk praktik apa pun yang dapat membantu mengidentifikasi jurnalis.”

Anggota parlemen pro-demokrasi mengkritik rencana itu. Akan tetapi pemimpin Hong Kong Carrie Lam membantah desas-desus itu. Ia  menekankan bahwa pemerintah menghormati kekuatan pengawasan dari media.

Pernyataan Bersama

Asosiasi Jurnalis Hong Kong pada 19 Oktober sebuah pernyataan bersama dari Asosiasi Fotografer Pers Hong Kong, Asosiasi Komentator Independen, Federasi Jurnalis Internasional, Pendidik Jurnalisme untuk Kebebasan Pers, Reporters Without Borders (RSF), dan agen enam media

Pernyataan itu berbunyi : “Serikat jurnalis, kelompok, dan akademisi dengan sungguh-sungguh menentang seleksi resmi pengaturan jurnalis, yang pasti akan merusak kebebasan pers dan hak publik untuk informasi.”

Pernyataan itu menegaskan, “Media memainkan peran kekuatan keempat dalam masyarakat, memantau pelaksanaan kekuasaan oleh Pemerintah.” 

Pernyataan bersama itu juga menyampaikan : “Segala pengaturan yang memungkinkan Pemerintah untuk menyeleksi jurnalis melalui identifikasi resmi dalam pelaporan di tempat-tempat umum, tidak diragukan lagi akan membatasi ruang kebebasan pelaporan. Itu tidak akan kondusif bagi arus informasi dan pencarian kebenaran yang bebas. ”

Saat ini, jurnalis tidak diharuskan untuk mengajukan identifikasi resmi untuk melakukan pelaporan di Hong Kong. 

Pernyataan itu menyimpulkan: “Persyaratan untuk aplikasi identifikasi resmi dapat diubah secara sewenang-wenang. Mereka yang menolak untuk menerima identifikasi resmi atau yang permohonannya ditolak, akan menghadapi lebih banyak ancaman dan risiko dalam kegiatan pelaporan mereka. “

Kong Wing Cheung, kepala pengawas biro informasi dan publisitas kepolisian Hong Kong, mengatakan kepada media pada 18 Oktober: “Petugas polisi mengalami kesulitan dalam mengidentifikasi wartawan di garis depan.” Ia berdalih adalah alasan bahwa “polisi menerima semua solusi yang dapat mengidentifikasi sebagai wartawan.” Yang mana mencakup kartu pers yang dirilis pemerintah.

Asosiasi Jurnalis Hong Kong tidak setuju dengan pernyataan Kong Wing Cheung. Dikatakan dalam pernyataan: “Faktanya adalah bahwa jurnalis telah berkoordinasi dengan Polisi dalam penegakan hukum mereka dalam protes dan konflik baru-baru ini antara Polisi dan pengunjuk rasa. Petugas polisi telah dapat mengidentifikasi jurnalis dari pakaian, peralatan, kegiatan dan kartu pers mereka. ”

Chan Yik Chiu, ketua Asosiasi Fotografer Pers Hong Kong, mengatakan kepada media lokal HK01 pada 18 Oktober bahwa kartu pers terpadu tidak praktis. Chan mengatakan, ada banyak wartawan dari media luar negeri yang tidak akan mengajukan kartu pers Hong Kong, serta banyak jurnalis lepas dan jurnalis mahasiswa.

Claudia Mo Man Ching, seorang anggota parlemen di Dewan Legislatif, menerbitkan siaran pers pada malam 18 Oktober lalu.  Ia mengutuk dan menolak rencana pemerintah dan polisi yang meninjau kualifikasi jurnalis dengan cara apa pun, yang selanjutnya akan menghancurkan kebebasan pers di Hong Kong. ”

Ketegangan Antara Polisi dan Jurnalis

Warga Hongkong telah mulai memprotes aksi protes RUU ekstradisi kontroversial  sejak April lalu. RUU itu menarik tentangan luas, dengan banyak yang khawatir bahwa rancangan itu akan memungkinkan rezim Komunis Tiongkok untuk menghukum para pengkritiknya atas tuduhan palsu.

Sejak 12 Juni lalu, ketika polisi mulai menembakkan peluru karet, bean bags, gas air mata, dan semprotan merica untuk membubarkan pengunjuk rasa, jurnalis yang berada di garis api mengatakan polisi menghalangi pelaporan mereka. Bahkan, membahayakan keselamatan mereka saat meliput protes.

Asosiasi Jurnalis Hong Kong merilis video berjudul “Kami Menolak Diam” pada 1 Oktober untuk mengekspos kebrutalan polisi. Video itu memperlihatkan polisi menggunakan semprotan merica, gas air mata, dan meriam air untuk membubarkan jurnalis. Video menunjukkan jurnalis dihina, dipukuli dan diancam oleh polisi. Bahkan, disinari dengan lampu senter yang terang ke kamera wartawan untuk mengganggu kameramen.

Pada 29 September, Jurnalis WNI Veby Mega Indah ditembak oleh aparat. Pengacaranya mengutip pernyataan dokter yang mengatakan, bahwa Veby mungkin mengalami kebutaan secara permanen pada sebelah matanya. 

Pada 20 Oktober lalu, sebanyak 350.000 warga Hongkong berpawai menentang undang-undang anti masker. Aksi digelar, meskipun polisi melarang pawai yang direncanakan oleh aparat. 

Sekitar sore hari waktu setempat setelah pawai dimulai, polisi mulai menembakkan gas air mata dan meriam air kepada pengunjuk rasa. Tindakan tersebut  melukai orang lain termasuk wartawan.

Simon Lau Sai Leung, komentator senior urusan terkini Hong Kong,  kepada Epoch Times berbahasa Mandarin pada 19 Oktober mengatakan, bahwa ia khawatir pemerintah Hong Kong mungkin akan mengambil alih media lokal dalam situasi darurat. (asr)

Ketika Warga Korea Utara Tidak Lagi Percaya Makanan yang Diimpor dari Tiongkok

0

Olivia Li – The Epochtimes

Makanan tercemar yang diekspor dari Tiongkok ke Korea Utara sedang merusak persahabatan antara kedua negara komunis itu. Sebuah sumber informasi dari Pyongyang mengungkapkan, bahwa warga Korea Utara tidak lagi mempercayai makanan atau bahan makanan yang diproduksi di Tiongkok.

Sumber itu mengungkapkan kepada Daily NK pada 8 Oktober yang dikutip oleh The Epochtimes, bahwa mayoritas minyak goreng di pasar Korea Utara berasal dari Tiongkok. 

Akhirnya, Konsumen baru-baru ini mengetahui bahwa minyak kedelai yang diproduksi Tiongkok sebenarnya adalah minyak selokan, yaitu minyak goreng yang didaur ulang dari limbah restoran.

Media Daily NK adalah surat kabar online berbasis di Korea Selatan. Media itu berfokus pada masalah yang berkaitan dengan Korea Utara. Kisah-kisah yang dilaporkannya diduga diperoleh dari orang dalam Korea Utara melalui jaringan informan.

“Sekarang konsumen Korea Utara bersedia menghabiskan lebih banyak untuk membeli minyak goreng dari negara-negara Asia Tenggara,” demikian bunyi laporannya.  

Sumber itu mengatakan, “Harga sebotol minyak kedelai Tiongkok 5 liter adalah 4,5 hingga 5 dolar AS, sementara minyak goreng yang diproduksi dari Asia Tenggara sekitar 6 dolar AS. “

Dia lebih jauh menjelaskan, bahwa orang-orang Korea Utara dulunya berpikir bahwa makanan yang dibuat di Korea Utara itu bersih dan aman. Akan tetapi, mereka kini mengetahui bahwa banyak bahan makanan diimpor dari Tiongkok, negara yang terkenal karena produk makanan yang tercemar.

Sumber itu menjelaskan, semakin banyak konsumen, terutama wanita yang peduli dengan kesehatan anak-anak mereka. Hingga berhenti membeli makanan yang mengandung bahan-bahan yang diproduksi Tiongkok, seperti sosis.

Sumber informasi lainnya dari Tiongkok mengkonfirmasi, bahwa minyak kedelai produksi Tiongkok yang diekspor ke Korea Utara memang minyak selokan. Sumber itu menambahkan, bahwa perusahaan perdagangan Korea Utara yang membeli minyak dari Tiongkok, sengaja menyebutkan bahwa mereka menginginkan minyak selokan yang murah meriah.

Lebih jauh sumber itu menyebutkan, bos perusahaan perdagangan Korea Utara meminta minyak selokan. Perusahaan itu, kemudian menjual minyak ke pabrik pengolahan makanan. Faktanya, beberapa karyawan di perusahaan perdagangan secara terbuka mengklaim, bahwa mereka tidak akan menyantap makanan yang diproduksi di Korea Utara. 

Praktik ilegal daur ulang minyak selokan dan menjualnya kembali ke restoran dan konsumen, secara luas terungkap sekitar 2010 silam.

He Dongping, seorang profesor di Universitas Politeknik Wuhan, Tiongkok pernah mengatakan kepada media pemerintah Tiongkok pada 2010, bahwa Tiongkok mengkonsumsi sekitar 22,5 juta ton minyak goreng setiap tahun. Sementara itu, produksi tahunan minyak goreng di negara itu kurang dari 20 juta ton. Karena itu, ia memperkirakan bahwa orang-orang Tiongkok mengonsumsi sekitar 2,5 juta ton minyak selokan setiap tahun. 

Ada masalah kesehatan serius yang terkait dengan minyak selokan. Dikarenakan, biasanya terkontaminasi dengan bakteri, jamur, racun seperti timah, dan karsinogen benzopyrene dan aflatoksin.

Rusia mengecam tentang udang berbahaya dari Tiongkok 

Warga Tiongkok biasanya menyebut Korea Utara sebagai “adik lelaki komunis Tiongkok,” sementara Rusia disebut “saudara lelaki komunis Tiongkok.” 

Kedua istilah itu masih digunakan sampai sekarang, hampir dua dekade setelah pembubaran Uni Soviet. Dikarenakan, rezim Komunis Tiongkok masih memperlakukan Rusia sebagai sekutu dekat. Itu ketika perlu menangkal kecaman dari masyarakat internasional.

Tidak seperti warga Korea Utara, yang secara diam-diam menangani masalah makanan tercemar dari Tiongkok, pemerintah Rusia secara terbuka mengecam tentang udang beku yang diimpor dari Tiongkok.

Badan Federal untuk Perikanan di Rusia mengumumkan pada bulan September tahun lalu, bahwa mereka melakukan sebanyak 25 inspeksi udang beku di pasar.  Tidak ada yang melewati standar keamanan pangan. Udang beku di Rusia sebagian besar diimpor dari Tiongkok dan sebagian kecil diimpor dari Vietnam.

Badan itu mengklaim bahwa udang dari Tiongkok, mengandung bahan kimia berbahaya dari lingkungan penangkapan ikan yang buruk serta antibiotik dan hormon pertumbuhan yang berlebihan.

Alexander Savelyev, kepala Badan Informasi Perikanan Rusia mengatakan,  produk-produk makanan laut itu jahat dan beracun. Dikarenakan pakan yang digunakan peternak udang Tiongkok dan Vietnam, bahkan mengandung limbah buruk seperti kotoran babi.  

Savelyev mengungkapkan, Mereka juga menggunakan antibiotik dalam jumlah besar dan hormon pertumbuhan di peternakan ikan dan udang. Ia mengatakan, negaranya menghabiskan uang untuk membeli produk makanan kotor dari mereka, diproduksi karena keserakahan. 

Sebagai negara komunis, pemerintah Tiongkok memiliki sangat sedikit teman di komunitas internasional. Meski demikian, hubungan persaudaraan sesama komunis sekarang juga dalam risiko, karena skandal makanan tercemar mengikis “persahabatan yang ditempa dengan darah” bersama Korea Utara dan persahabatan lama dengan Rusia. (asr)

30 Tahun Runtuhnya Tembok Berlin, Ungkap Kembali Kebohongan Pahlawan Palsu Jerman Timur

0

Mu Hua – Epochtimes.com melaporkan dari Berlin

Pada 9 November tahun ini akan diperingati 30 tahun dirobohkannya Tembok Berlin. Berbagai kalangan Jerman telah mulai mengadakan serangkaian kegiatan peringatan.

Pada 9 Oktober 2019 lalu, Memorial Taman Reruntuhan Tembok Berlin atau Berliner Mauer Ruinen Park Denkmal mengadakan forum diskusi tentang fakta kematian Egon Schultz yakni seorang serdadu perbatasan dari Jerman Timur. Selain itu ditampilkan kembali keberanian warga Jerman Timur demi meraih kebebasan serta aib rezim diktator Jerman Timur yang telah menutupi fakta itu dengan kebohongan.

Pada 5 Oktober 1964, prajurit perbatasan Jerman Timur Egon Schultz tewas terkena peluru saat mencoba menghalangi warga Berlin Timur yang eksodus ke Berlin Barat. Pihak Jerman Timur menuding orang yang membantu eksodus ke Berlin Barat itu adalah pelakunya. 

Lewat propaganda, pemerintah Jerman Timur pun menciptakan sosok Schultz sebagai pahlawan. Setelah kedua Jerman Bersatu, fakta kematian Schultz baru mencuat ke permukaan.

Pada 13 Agustus 1961, pemerintah Jerman Timur mendirikan Tembok Berlin sepanjang 170 km. Tembok itu mengepung Berlin Barat yang demokrasi bebas. Mereka menyebut tembok itu sebagai “tembok pelindung anti-Fasis”, yang sesungguhnya adalah untuk mencegah warga Jerman Timur melarikan diri ke Berlin Barat untuk mencari kebebasan. 

Waktu itu polisi penjaga di perbatasan Berlin Timur mendapat perintah ketat dari atasannya, untuk menembak siapa pun yang mencoba melarikan diri.

Demi berkumpul kembali bersama sanak dan keluarga yang telah tercerai berai akibat dibangunnya tembok itu, tidak sedikit pemuda Berlin Barat mengorganisir penggalian terowongan untuk membantu sanak saudara mereka di Berlin Timur untuk melarikan diri.

 Salah satu yang paling terkenal adalah Terowongan 57 atau Tunnel 57. Antara 3 hingga 5 Oktober 1964, sebanyak 57 orang telah melarikan diri dari Berlin Timur ke Berlin Barat

melalui terowongan itu. Terowongan 57 ini memiliki panjang 145 meter, dengan kedalaman mencapai 12 meter.

Terowongan itu berawal dari sebuah toko roti yang telah kosong di Berlin Barat, melewati bagian bawah Tembok Berlin sampai ke Berlin Timur. Puluhan pemuda berpartisipasi dalam proyek rahasia itu, termasuk Christian Zobel dan Reinhold Furrer. Furrer kemudian menjadi seorang astronot Jerman yang terkenal.

Pada 2 Oktober 1964, terowongan itu rampung. Tercatat telah menghabiskan waktu setengah tahun. Menurut rencana, lubang keluar terowongan itu seharusnya terletak di ruang bawah tanah sebuah rumah di Berlin Timur, tapi kenyataannya lubang keluar itu tergali di dalam sebuah toilet yang tak terpakai. 

Di hari kedua, kelompok pertama pelarian melewati terowongan itu tiba di Berlin Barat. Pelarian itu berlangsung sangat lancar. Beberapa orang penggali terowongan berjaga-jaga di mulut terowongan di Berlin Timur untuk membantu orang-orang masuk ke dalam terowongan. Kelompok kedua pelarian pun lancar tiba di Berlin Barat.

Namun belakangan terowongan itu dengan cepat  terungkap. Hari ketiga setelah rampungnya terowongan itu, dua orang polisi rahasia Jerman Timur yang berpakaian preman datang ke dekat terowongan. Mereka berpura-pura menjadi pelarian, dan berkata pada Furrer yang waktu itu di dekat mulut terowongan. Mereka akan pergi memanggil seorang teman lainnya yang juga ingin melarikan diri untuk pergi bersama. 

Setelah itu, kedua polisi berpakaian sipil itu pergi untuk mencari bantuan, tapi yang datang bersama mereka adalah beberapa orang prajurit perbatasan Jerman Timur. Melihat gelagat tidak baik itu, Furrer buru-buru menyuruh rekannya masuk terowongan dan melarikan diri. 

Zobel yang waktu itu membawa pistol untuk membela diri, begitu prajurit  Jerman Timur yang bernama Egon Schultz yang waktu itu berusia 21 tahun itu masuk ke pekarangan, Zobel melepaskan tembakan. Para prajurit membalas tembakan. Di tengah kekacauan itu Schultz tergeletak.

Beberapa pemuda berhasil lolos ke Berlin Barat. Schultz tewas dalam perjalanan saat dilarikan ke rumah sakit. 

Setelah kejadian itu, media massa Jerman Timur menerbitkan berita berjudul “Perusuh Berlin Barat Tembak Mati Prajurit Perbatasan Schultz yang Berusia 21 Tahun”. Pemerintah Jerman Timur bahkan menuntut “pelaku di-ekstradisi”. 

Departemen Kehakiman Berlin Barat menuntut agar Jerman Timur memberikan berkas kasus dan laporan otopsi mayat, tapi tidak mendapat tanggapan. 

Berlin Barat pun menghentikan investigasi atas kasus itu. Di Jerman Timur, Schultz dikisahkan sebagai pahlawan bangsa, sejumlah sekolah, jalan dan markas militer dinamai dengan namanya. 

Setelah kedua Jerman Bersatu, kembali mengubah namanya menjadi nama lama. Dalam pemakaman kenegaraan yang diadakan bagi Schultz, anggota Komisi Politik waktu itu yakni Erich Honecker yang kelak menjadi pemimpin Jerman Timur, menahan kemarahan dan kesedihan amat sangat. Dia menuding para pemuda Berlin Barat yang telah membantu pelarian tersebut sebagai pelakunya.

Para pemuda Berlin Barat yang turut serta dalam peristiwa itu telah menulis surat terbuka, menyampaikan belasungkawa yang tulus kepada ibu Schultz

Mereka menyatakan, pelaku pembunuhan yang sesungguhnya adalah sistem komunisme, yang tidak berniat menyelesaikan penyebab larinya warga melewati tembok. Melainkan justru membangun Tembok Berlin dan memerintahkan warga Jerman untuk menembak warga Jerman sendiri, demi mencegah warga Jerman Timur melarikan diri ke Jerman Barat.

Hingga tahun 2000 kasus penembakan itu baru terungkap. Sebuah laporan dari Komisi Investigasi Berlin Timur mengungkap “rahasia negara” yang disembunyikan bertahun-tahun oleh Jerman Timur: Peluru Zobel waktu itu mengenai bahu Schultz, tidak menyebabkan luka yang mematikan. 

Di tengah hujan peluru tubuh Schultz terkena beberapa tembakan. Laporan menunjukkan, peluru yang mematikan berasal dari laras senapan seorang prajurit perbatasan Jerman Timur. Dengan kata lain, Schultz terkena peluru nyasar dari rekannya sendiri. 

Waktu itu, petinggi partai komunis Jerman Timur sejak awal telah mengetahui penyebab kematian Schultz yang sebenarnya. Tapi sengaja menutupi fakta, sebaliknya justru menuding pemuda Berlin Barat telah melakukan kejahatan tersebut. Jerman Timur menggunakan alat propagandanya, menciptakan sosok Schultz sebagai seorang pahlawan. Foto hasil manipulasilah yang diedarkan, agar masyarakat tidak melihat letak peluru sesungguhnya pada jasad itu. 

Pada 1974, kisah Schultz telah dimasukkan ke dalam buku pendidikan anak-anak, untuk mencuci otak anak-anak Jerman Timur.

Zobel yang melepaskan tembakan melukai Schultz terus hidup di dalam penyesalan, kemudian ia membuat dirinya mati rasa dengan minum alkohol hingga mabuk. Peristiwa itu terus menghantui dirinya, hingga tahun 1992, Zobel meninggal dunia tanpa mengetahui fakta sesungguhnya.

Selama itu ia mengira dirinya telah membunuh seseorang. Furrer meninggal dunia pada 1995, ia juga tidak dapat mengetahui akan terungkapnya fakta itu.

Pada 2001, televisi Jerman ZDF dan Arte bekerjasama membuat film dokumenter berjudul “A Hero’s Death. The Tunnel and The Lie”, memaparkan fakta kematian Schultz, film itu meraih penghargaan televisi Jerman.

Sebelum dirobohkannya Tembok Berlin, banyak warga Berlin Timur yang mendambakan kebebasan, telah tewas di tembok itu. Jumlah sebenarnya para korban hingga hari ini sulit di data, karena pihak offisial Jerman Timur tidak meninggalkan catatan kematian. Polisi rahasia bahkan memaksa keluarga dari banyak korban untuk bungkam.

Forum diskusi yang diadakan oleh Berliner Mauer Ruinen Park Denkmal itu dimoderatori oleh penanggungjawab Penjara Bautzen yakni Silke Klewin. Penjara bekas Jerman Timur itu digunakan untuk memenjarakan tawanan politik sebelum Jerman Barat dan Timur bersatu. 

Dalam forum diskusi, seorang sejarawan sekaligus staf museum bernama Gerhard Sälter menyatakan, waktu itu jika prajurit tidak menjalankan perintah melepaskan tembakan ke arah para pelarian, pemerintah Jerman Timur akan menghukum atau menganiaya

mereka. Hukuman itu, seperti merampas lapangan kerja mereka dan lain-lain. Sistem pemaksaan seperti itulah yang telah membuat para prajurit melepaskan tembakan.

SUD/whs

FOTO : Berlin Wall Memorial yang dibangun di “zona kematian” pada masa itu. (Mu Hua/the Epoch Times)

Carrie Lam Ditolak Legislatif, Siapa yang Harus Bertobat

0

Cheng Xiaorong

Pada 16 Oktober 2019 pagi hari, di dalam Balai Konferensi Dewan Legislatif Hong Kong, Kepala Wilayah Administratif Khusus Hong Kong, Carrie Lam mulai membacakan laporan administrasi yang baru. Di belakangnya, terproyeksi delapan huruf besar dalam Bahasa Mandarin yang bermakna: “Lima Tuntutan Tidak Boleh Kurang Satu Pun (wǔdà sù qiú quē yī bù kě)”.

Para anggota dewan legislatif dari kubu pro-demokrasi melontarkan protes keras dengan cara meneriakkan slogan dan sebagainya. Itu menyebabkan Carrie Lam terpaksa menghentikan pidatonya, dan meninggalkan tempat dengan canggung. 

Peristiwa yang tidak lazim itu, segera menyebar cepat di internet, dan menjadi berita utama.

Sebelumnya, Dewan Perwakilan Rakyat Amerika Serikat sepakat meloloskan “Resolusi Hak Asasi Manusia – HAM dan Demokrasi Warga Hong Kong”, telah menyatakan dukungan kuat terhadap warga yang berunjuk rasa di Hong Kong. 

Kementerian Luar Negeri Tiongkok dan Kantor Urusan Hong Kong dan Macau memprotes keras. Juru bicara Beijing mengatakan, masalah Hong Kong sekarang bukan masalah HAM dan demokrasi, melainkan harus menghentikan kekerasan, dan secepatnya memulihkan ketertiban.

Baru saja pernyataan itu dibuat, malam itu juga, seorang convener Civil Human Rights Front (CHRF) yang bernama Jimmy Sham dianiaya oleh lima orang pria dengan palu di distrik Mong Kok, dan roboh ke tanah dalam kondisi luka parah bersimbah darah.

Saat itu, situasi di Hong Kong sangat parah, berita di atas mengungkap beberapa sinyal penting berikut ini:

Pertama, pasca penyerahan kedaulatan pada 1997 Carrie Lam adalah satu-satunya Kepala Wilayah Administratif Hong Kong yang tidak mampu menyelesaikan pembacaan laporan administrasinya di Balai Konferensi Dewan Legislatif. Dia juga memecahkan rekor dukungan terendah dalam survey masyarakat. Itu menunjukkan sistem “satu negara dua sistem” Komunis Tiongkok  gagal total. 

Komunis Tiongkok terus menggerogoti dan merampas hak otonomi khusus dari pemerintah Hong Kong. Kepala Wilayah Administratif Hong Kong sekarang sepenuhnya tunduk pada Komunis Tiongkok. Oleh sebab itu telah kehilangan kepercayaan dan kehormatannya.

Anggota legislatif pro-demokrasi menyatakan pada media, lebih dari 70% warga Hong Kong menuntut agar Carrie Lam mundur dari jabatannya. Mereka menuding, Carrie Lam adalah boneka penguasa Beijing, yang sudah tidak layak untuk memimpin Hong Kong.

Kedua, sudah ketiga kalinya Carrie Lam mendapat kritik luas dalam laporan administratifnya, bahkan anggota legislatif yang pro-Beijing pun merasa kecewa. Gejolak anti-ekstradisi telah berlangsung selama empat bulan. Laporan itu justru menghindar dari lima tuntutan yang diajukan. Malahan secara panjang lebar menekankan soal

kebijakan rumah tinggal dan tunjangan ekonomi, dengan tujuan mengalihkan sorotan masyarakat dari politik beralih ke masalah kehidupan. Apalagi, Carrie Lam tetap bersikap keras terhadap aksi unjuk rasa warga, terus memutar balikkan sebab akibatnya. Itu jelas-jelas merupakan perpanjangan dari keinginan Beijing, jelas tidak akan membantu meredakan kesulitan itu.

Ketiga, Komunis Tiongkok menyatakan akan “menghentikan kekerasan meredam kekacauan.” Menurut Carrie Lam, misi utama pemerintah adalah menghentikan kekerasan dan akan menuntut pelaku kerusuhan untuk dimintai pertanggungjawaban. Akan tetapi, siapakah sesungguhnya perusuh? Siapakah yang menciptakan kekerasan?

Beberapa bulan terakhir, mayoritas warga dan pelajar yang ikut serta dalam unjuk rasa telah memperlihatkan aksi damai dan rasional, seperti pada 18 Agustus 2019 lalu, sebanyak 1,7 juta orang menghadiri “rapat mengalir”. Keseluruhan proses berjalan sangat tertib, dan tidak ada polisi turun tangan mengatur ketertiban. 

Di sisi lain, polisi Hong Kong telah menembakkan ribuan gas air mata dan peluru karet juga peluru kantong kepada massa pengunjuk rasa. Itu menyebabkan banyak orang terluka, bahkan ada yang cedera serius. 

Pada 21 Juli 2019 di distrik stasiun Yuen Long dan pada 31 Agustus 2019 di stasiun Prince Edward, kelompok gengster dan polisi menyerang warga tanpa pandang bulu. Hal itu sangat menggemparkan dunia. 

Selain itu, sejumlah tokoh aksi massa dan praktisi Falun Gong berkali-kali mengalami penganiayaan oleh orang tak dikenal, tapi polisi tidak mengambil tindakan. Terlebih juga terjadi kasus pembunuhan yang disinyalir “dibunuh-dirikan”. Suasana teror mencekam.

Di siang hari bolong, Komunis Tiongkok terang-terangan menyewa penjahat melakukan kekerasan, seakan tak ada yang ditakuti. Apa yang disebut penegak hukum justru mengarahkan laras senapan ke arah demonstran yang rasional. 

Pemerintah Hong Kong menolak membentuk Komisi Investigasi Independen, dan hanya berpangku tangan menyaksikan warga dianiaya oleh kelompok gengster dan tidak melakukan apa pun. Polisi telah kehilangan disiplin yang beradab dan prinsip keadilan, hukum telah gagal, Hong Kong telah berubah menjadi kota polisi.

Keempat, menghadapi tekanan tangan besi dari Komunis Tiongkok, warga Hong Kong tidak mundur. Pada 12 Oktober, seorang pelajar berinisial C ikut serta dalam pawai “anti UU darurat”. Dia mengatakan pada wartawan The Epoch Times, pengunjuk rasa Hong Kong memiliki keyakinan yang kuat.

“Saya merasa, walaupun mereka melukai kami semua, membunuh berapa banyak pun dari kami, keyakinan kami ini, prinsip kami ini tetap akan eksis, selamanya tidak akan pernah padam, tidak akan pernah bisa ditekan oleh kekuatan apa pun yang menghambat,” tegasnya.

Pada 14 Oktober 2019, seratusan ribu warga Hong Kong menghadiri “Rapat Akbar Resolusi HAM dan Demokrasi Warga Hong Kong”. Banyak orang turun ke jalan memakai masker, memprotes “UU pelarangan penggunaan masker”.

Pada 16 Oktober 2019, sejumlah anggota dewan legislatif pro-demokrasi mengenakan pakaian hitam, membawa spanduk dan menyiarkan rekaman juga proyektor, menyuarakan keadilan dan kebenaran di Balai Konferensi Legislatif. Mereka mengecam Junius Ho adalah “anggota mafia”, dan menuntut agar Carrie Lam mundur dari jabatannya. 

Para anggota legislatif itu dipastikan telah masuk ke dalam “daftar hitam”, di antaranya Au Nok-Hin dan Jeremy Tam pernah ditangkap pada tanggal 30 Agustus 2019 lalu. Tapi, mereka tidak tunduk pada tirani hanya karena kepentingan pribadinya. Mereka  menghadapi langsung tekanan teror itu, dan gigih memperjuangkan kebebasan dan kebenaran.

Selain itu, Joshua Wong dan Jimmy Sam serta para pemuda aktivis lainnya akan ikut serta dalam pemilu caleg distrik bulan depan. Mereka berharap memulai dari tingkat bawah, ikut berpolitik. 

Warga Hong Kong dari berbagai kalangan, tengah menjalani misi sebagai warga dengan hati nuraninya, mempersembahkan tanpa pamrih kemakmuran dan kedamaian bagi Hong Kong.

Kelima, Komunis Tiongkok menuntut agar Amerika Serikat  “bertobat sebelum terlambat”. Faktanya, yang seharusnya “bertobat” adalah para pejabat Komunis Tiongkok yang mengkomandoi penindasan terhadap pengunjuk rasa Hong Kong dan penganiayaan

HAM yang dilakukannya, adalah Carrie Lam, polisi dan para anggota legislatif lain yang menjadi pengikut Komunis Tiongkok. Termasuk juga media massa Hong Kong yang pro- Komunis Tiongkok yang menyiarkan berita palsu dan mengendalikan opini.

Saat ini, Amerika Serikat telah membatasi pemberian Visa bagi para pejabat Komunis Tiongkok yang terlihat penindasan HAM di Xinjiang.

“Resolusi Demokrasi dan HAM Warga Hong Kong” setelah diloloskan dan menjadi undang-undang, akan dapat secara langsung menghukum pejabat Komunis Tiongkok dan Hong Kong yang melakukan penindasan. 

Serangan kekerasan yang dialami oleh para aktivis anti Undang Undang ekstradisi yang diberhentikan tanpa alasan, difitnah serta dikambing-hitamkan, diancam dan diteror, bahkan dibunuh, akan menjalani pertanggung jawaban hukum. Kejahatan pasti akan mendapat ganjarannya. Orang-orang yang aktif ikut dalam penganiayaan harus segera menghentikan tindakan kejahatannya dan bertobat.

Gelombang amarah melawan tirani melanda Hong Kong. Pelabuhan yang bebas itu tak lagi damai. Pemerintah Hong Kong dan Beijing semakin lama semakin menjauh dari rakyatnya, yang terjebak dalam kesulitan adalah pemerintah yang tidak adil dan bukan para pemberani yang mengawal kebenaran ini.

SUD/whs

FOTO : Pada 16 Oktober lalu, saat meninggalkan Dewan Legislatif Hong Kong Carrie Lam dicegat oleh sejumlah anggota dewan dari golongan demokrasi. (Song Bilong/Epoch Times)

Awali Pidato Usai Disumpah Sebagai Presiden RI 2019-2024, Jokowi Buka dengan Mimpi Satu Abad Indonesia Merdeka

0

EtIndonesia. Presiden Joko Widodo menyampaikan pidato perdananya sebagai Presiden RI 2019-2024 di Komplek Parlemen RI, Jakarta, Minggu (20/10/2019).

Dilansir dari kanal Youtube MPR RI, presiden Jokowi menyampaikan pidatonya usai menyampaikan sumpahnya bersama KH Maruf Amin selaku Presiden dan Wakil Presiden RI.

Pidato perdana tersebut disampaikan dalam sidang Paripurna MPR RI dengan Agenda Tunggal Pelantikan Presiden dan Wakil Presiden Hasil Pemilihan Umum Masa Bakti 2019-2024.

Ini pidato lengkap Presiden Jokowi di Sidang Paripurna Pelantikan Presiden : 

Mimpi kita, cita-cita kita di tahun 2045 pada satu abad Indonesia merdeka mestinya, Insya Allah, Indonesia telah keluar dari jebakan pendapatan kelas menengah. Indonesia telah menjadi negara maju dengan pendapatan menurut hitung-hitungan Rp 320 juta per kapita per tahun atau Rp 27 juta per kapita per bulan. Itulah target kita. Target kita bersama. 

Mimpi kita di tahun 2045, Produk Domestik Bruto Indonesia mencapai US$ 7 triliun. Indonesia sudah masuk 5 besar ekonomi dunia dengan kemiskinan mendekati nol persen. Kita harus menuju ke sana. 

Kita sudah hitung, sudah kalkulasi, target tersebut sangat masuk akal dan sangat memungkinkan untuk kita capai. Namun, semua itu tidak datang otomatis, tidak datang dengan mudah. Harus disertai kerja keras, dan kita harus kerja cepat, harus disertai kerja-kerja bangsa kita yang produktif. 

Dalam dunia yang penuh risiko, yang sangat dinamis, dan yang kompetitif, kita harus terus mengembangkan cara-cara baru, nilai-nilai baru. Jangan sampai kita terjebak dalam rutinitas yang monoton. 

Harusnya inovasi bukan hanya pengetahuan. Inovasi adalah budaya. Cerita sedikit, tahun pertama saya di istana, saya mengundang pejabat dan masyarakat untuk halalbihalal, protokol meminta saya untuk berdiri di titik itu, saya ikut. 

Tahun kedua, halalbihalal lagi, protokol meminta saya berdiri di titik yang sama, di titik itu lagi. Langsung saya bilang ke Mensesneg, “Pak, ayo kita pindah lokasi. Kalau kita tidak pindah, akan jadi kebiasaan. Itu akan dianggap sebagai aturan dan bahkan nantinya akan dijadikan seperti undang-undang.” Ini yang namanya monoton dan rutinitas. 

Sekali lagi, mendobrak rutinitas adalah satu hal. Meningkatkan produktivitas adalah hal lain yang menjadi prioritas. Jangan lagi kerja kita berorientasi proses, tapi harus berorientasi pada hasil-hasil yang nyata. Saya sering ingatkan ke para menteri, tugas kita bukan hanya membuat dan melaksanakan kebijakan, tetapi tugas kita adalah membuat masyarakat menikmati pelayanan, menikmati hasil pembangunan. 

Seringkali birokrasi melaporkan bahwa program sudah dijalankan, anggaran telah dibelanjakan, dan laporan akuntabilitas telah selesai. Kalau ditanya, jawabnya “Program sudah terlaksana Pak.” Tetapi, setelah dicek di lapangan, setelah saya tanya ke rakyat, ternyata masyarakat belum menerima manfaat. Ternyata rakyat belum merasakan hasilnya. 

Sekali lagi, yang utama itu bukan prosesnya, yang utama itu hasilnya.

Cara mengeceknya itu mudah. Lihat saja ketika kita mengirim pesan melalui SMS atau WA. Ada sent, artinya telah terkirim. Ada delivered, artinya telah diterima. Tugas kita itu menjamin delivered, bukan hanya menjamin sent. 

Saya tidak mau birokrasi pekerjaannya hanya sending-sending saja. Saya minta dan akan saya paksa bahwa tugas birokrasi adalah making delivered. Tugas birokrasi itu menjamin agar manfaat program dirasakan oleh masyarakat.  Para hadirin dan seluruh rakyat Indonesia yang saya banggakan, 

Potensi kita untuk keluar dari jebakan negara berpenghasilan menengah sangat besar. Saat ini, kita sedang berada di puncak bonus demografi, di mana penduduk usia produktif kita jauh lebih tinggi dibandingkan usia tidak produktif. Ini adalah tantangan besar dan sekaligus juga sebuah kesempatan besar. Ini menjadi masalah besar jika kita tidak mampu menyediakan kesempatan kerja. Tapi akan menjadi kesempatan besar jika kita mampu membangun SDM yang unggul. Dengan didukung oleh ekosistem politik yang kondusif dan dengan ekosistem ekonomi yang kondusif. 

Oleh karena itu, 5 tahun ke depan yang ingin kita kerjakan: 

Pertama, pembangunan SDM akan menjadi prioritas utama kita, membangun SDM yang pekerja keras, yang dinamis. Membangun SDM yang terampil, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Mengundang talenta-talenta global bekerja sama dengan kita. 

Itupun tidak bisa diraih dengan cara-cara lama, cara-cara baru harus dikembangkan. Kita perlu endowment fund yang besar untuk manajemen SDM kita. Kerja sama dengan industri juga penting dioptimalkan. Dan juga penggunaan teknologi yang mempermudah jangkauan ke seluruh pelosok negeri. 

Kedua, pembangunan infrastruktur akan kita lanjutkan. Infrastruktur yang menghubungkan kawasan produksi dengan kawasan distribusi, yang mempermudah akses ke kawasan wisata, yang mendongkrak lapangan kerja baru, yang mengakselerasi nilai tambah perekonomian rakyat. 

Ketiga, segala bentuk kendala regulasi harus kita sederhanakan, harus kita potong, harus kita pangkas. Pemerintah akan mengajak DPR untuk menerbitkan 2 undang-undang besar. Pertama, UU Cipta Lapangan Kerja. Kedua, UU Pemberdayaan UMKM.

Masing-masing UU tersebut akan menjadi Omnibus law, yaitu satu UU yang sekaligus merevisi beberapa UU, bahkan puluhan UU. Puluhan UU yang menghambat penciptaan lapangan kerja langsung direvisi sekaligus.

Puluhan UU yang menghambat pengembangan UMKM juga akan langsung direvisi.  

Keempat, penyederhanaan birokrasi harus terus kita lakukan besar-besaran. Investasi untuk penciptaan lapangan kerja harus diprioritaskan. Prosedur yang panjang harus dipotong. Birokrasi yang panjang harus kita pangkas. 

Eselonisasi harus disederhanakan. Eselon I, eselon II, eselon III, eselon IV, apa tidak kebanyakan? Saya minta untuk disederhanakan menjadi 2 level saja, diganti dengan jabatan fungsional yang menghargai keahlian, menghargai kompetensi. 

Saya juga minta kepada para menteri, para pejabat dan birokrat, agar serius menjamin tercapainya tujuan program pembangunan. Bagi yang tidak serius, saya tidak akan memberi ampun. Saya pastikan, pasti saya copot. 

Pada akhirnya, yang kelima adalah transformasi ekonomi. Kita harus bertransformasi dari ketergantungan pada sumber daya alam menjadi daya saing manufaktur dan jasa modern yang mempunyai nilai tambah tinggi bagi kemakmuran bangsa demi keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. 

Para hadirin dan seluruh rakyat Indonesia yang saya muliakan, pada kesempatan yang bersejarah ini, perkenankan saya, atas nama pribadi, atas nama Wakil Presiden K.H. Ma’ruf Amin, dan atas nama seluruh rakyat Indonesia, menyampaikan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada Bapak Muhammad Jusuf Kalla yang telah bahu-membahu menjalankan pemerintahan selama 5 tahun terakhir. 

Ucapan terima kasih juga saya sampaikan kepada seluruh lembaga-lembaga negara, kepada jajaran aparat pemerintah, TNI dan Polri, serta seluruh komponen bangsa yang turut mengawal pemerintahan selama 5 tahun ini sehingga dapat berjalan dengan baik. 

Mengakhiri pidato ini, saya mengajak saudara-saudara sebangsa dan setanah air untuk bersama-sama berkomitmen: “Pura babbara’ sompekku… Pura tangkisi’ golikku…” 

“Layarku sudah terkembang… Kemudiku sudah terpasang…” 

Kita bersama Menuju Indonesia maju!!! 

Terima kasih

Menyusul India, Malaysia Mempertimbangkan Larangan Rokok Elektronik Hingga Iklan Rokok

0

oleh Hong Yawen

Menteri Kesehatan Malaysia pada hari Senin 14 Oktober mengatakan, bahwa mengingat banyaknya laporan di Amerika Serikat mengenai penyakit yang diakibatkan oleh menghisap rokok elektronik. Ditambah lagi jumlah orang yang meninggal dunia karen rokok elektronik juga terus meningkat. Oleh karena itu, Malaysia sedang mempertimbangkan untuk menerapkan larangan penggunaan rokok elektronik. Tujuannya, demi mencegah masalah serupa.

Reuters memberitakan bahwa menurut laporan pihak berwenang AS hingga hari Jumat lalu 11 Oktober, telah terjadi 29 kasus kematian. Selain itu, sebanyak 1.299 orang pasien mengidap penyakit pernapasan akibat menggunakan rokok elektronik atau alat penguap -vaporizer.

Sebagai tanggapan, Malaysia sedang menyelesaikan sebuah undang-undang yang melarang anak di bawah umur menggunakan semua produk rokok termasuk rokok elektronik dan vaporizer. Undang-Undang tersebut juga bakal melarang produsen untuk mempromosikan dan mengiklankan produk rokok mereka.

Menteri Kesehatan Malaysia Dzulkefly Ahmad mengatakan, kepada parlemen bahwa ia sedang mempertimbangkan untuk menerapkan larangan total terhadap rokok elektronik dan vaporizer di seluruh  pasar Malaysia. 

Ia mengatakan bahwa Kementerian Kesehatan juga perlu melakukan studi rinci untuk mengkaji apakah perlu untuk benar – benar melarang penjualan rokok elektronik. Saat ini, Kementerian Kesehatan Malaysia telah membentuk komite untuk mengkaji masalah ini.

Pabrik rokok di Malaysia saat ini diatur oleh Undang-Undang Pangan Malaysia. Sejak tahun 2015, negara tersebut telah melarang penjualan cairan vaporizer yang mengandung nikotin. 

Namun, UU tersebut tidak secara spesifik menetapkan soal penjualan dan penggunaan vaporizer dan rokok elektronik non-nikotin.

Seiring dengan perkembangan pesat industri rokok elektronik di seluruh dunia, penyakit infeksi paru-paru terkait di beberapa daerah telah membuat masyarakat semakin khawatir tentang menghisap rokok elektronik di kalangan anak muda.

India adalah negara perokok dewasa terbesar kedua di dunia. India mulai melarang penggunaan rokok elektronik bulan lalu. Pemerintah memperingatkan para perokok muda bahwa produk seperti ini rentan terhadap penyakit paru-paru. (Sin/asr)

Mengapa Polisi Marinir Hongkong Berebut Mengambil Jenazah Korban Diklaim “Bunuh Diri” yang Terapung di Laut ?

0

Li Yun – NTDTV.com

Saat unjuk rasa warga Hongkong menuntut dicabutnya revisi Undang-Undang ekstradisi yang telah berlangsung selama 4 bulan, pengunjuk rasa menghadapi penindasan berdarah dari kepolisian Hongkong. 

Seiring dengan munculnya desas-desus tentang polisi Hongkong membunuh pengunjuk rasa, jumlah pengunjuk rasa diklaim “bunuh diri” yang patut dicurigai juga terus bertambah. 

Insiden diklaim “jatuh dari bangunan” mayat yang mengapung di pesisir sering muncul. Polisi Marinir berebut mengambil jenazah korban. 

Seorang petugas penyelamat kebakaran Hongkong mengemukakan, 6 keraguan besar tentang klaim bunuh diri. Disimpulkan bahwa para jenazah yang diklaim “bunuh diri” sangat aneh. Korban diduga  dibuang setelah kematiannya.

Ada netizen mengunggah foto tubuh lelaki yang tergeletak di tepi jalan pada forum LIHKG Hongkong. Ia mengatakan bahwa jenazah lelaki yang sebelah kakinya putus di Sha Tin ini hanya terlihat sedikit darah.

Dalam foto terlihat lelaki tersebut dengan pakaian kurang rapi dan mukanya menghadap tanah. yang mengerikan adalah sebelah kakinya dari pergelangan terpisah dari tubuh, terbang ke dekat penutup parit di samping jalan. Masih terlihat adanya bekas ikatan.

Pihak polisi pada 11 Oktober membenarkan bahwa jenazah lelaki tersebut bermarga Lian berusia 31 tahun. Jenazah telah didaftarkan sebagai mati bunuh diri dengan cara meloncat dari gedung. Kasusnya sudah dianggap selesai tanpa perlu diragukan. Namun, beberapa netizen Hongkong menduga bahwa penyebab kematiannya tidak sederhana apa yang dikatakan pihak polisi Hongkong.

Sejak unjuk rasa anti revisi RUU ekstradisi berlangsung di Hongkong pada 9 Juni lalu, polisi Hongkong telah menangkap 2.379 orang warga Hongkong dan 30% dari mereka yang ditangkap masih di bawah umur. Selain itu, banyak warga yang ditangkap. Jumlah kasus klaim “bunuh diri” aneh terus melonjak dalam 2 bulan terakhir.

Menurut statistik yang dibuat masyarakat, sejak 12 Juni hingga 10 September, terjadi 109 kasus “bunuh diri”. Hanya dalam 10 hari sejak 1 – 10 September, yaitu, setelah insiden pemukulan dalam stasiun KA Prince Edward pada 31 Agustus, jumlah kasus “bunuh diri” tiba-tiba melonjak menjadi 49 orang. 

Banyak keraguan ditemukan pada jenazah tersebut, termasuk tidak ditemukan pendarahan pada tubuh yang “jatuh dari bangunan.” Bahkan yang terlihat justru luka lama, jenazah yang mengapung dengan kedua tangannya terikat dan sebagainya. 

Beberapa jenazah dengan kondisi yang mengerikan. Satu jenazah wanita telanjang bulat yang “jatuh dari bangunan” tubuhnya terpisah dari pinggang. Satu jenazah wanita yang “korban tenggelam” tinggal tulang belulang.

Selain itu, dalam 1 bulan terakhir ini setidaknya ada 5 kasus “penemuan jenazah yang mengapung” di Hongkong.

Sebagai contoh, pada 22 September, sesosok mayat wanita telanjang mengambang ditemukan mengapung di permukaan laut dekat Devil’s Peak, Kowloon. Jenazah tersebut diketahui bernama Chen Yanlin berusia 15 tahun. Ia semasa hidupnya sebagai seorang atlet renang Hongkong. Ia memang beberapa kali berpartisipasi dalam pawai anti-RUU ekstradisi. Tubuh Chen sudah dikremasi. Polisi menyangkal bahwa Chen Yanlin sebelumnya telah mengalami pemukulan dan pelecehan seksual.

Pada 24 September, di tepi pantai laut yang berada di depan Tsuen Wan Riviera Park ditemukan sesosok mayat lelaki yang menggunakan baju, celana dan sepatu serba hitam. Mayat itu masih mengeluarkan darah, terdapat luka lembab di pelupuk matanya, mulutnya ditutup selotip. Tubuhnya tidak menampakkan pembengkakan sebagaimana orang tenggelam. Apakah lelaki tersebut bukan korban pembunuhan sebelum dibuang ke laut ?

Namun, Kepolisian Hongkong pada dasarnya telah meminta masyarakat untuk tidak ragu terhadap “hasil penyelidikan” polisi terhadap kasus klaim “bunuh diri” yang belakangan meningkat. Namun, hasil “penyelidikan” kepolisian tidak dapat meyakinkan masyarakat.

Polisi marinir Hongkong berebut mengambil jenazah korban “bunuh diri” dari laut, anehkan !

Pada 13 Oktober, dalam laporan Epoch Times telah disinggung tentang ada 6 keraguan besar. Fakta itu diungkapkan oleh seorang petugas penyelamat yang telah berpengalaman lebih dari 10 tahun. Ia menyimpulkan bahwa jenazah-jenazah diklaim “bunuh diri” tersebut, besar kemungkinannya adalah mereka yang sudah mati terbunuh sebelumnya.

Pertama adalah jumlahnya mayat mengapung dalam beberapa bulan ini merupakan jumlah total yang terjadi dalam sepuluh tahun terakhir.

Kedua, sebelumnya polisi marinir tidak pernah menjalankan tugas mengambil mayat terapung di perairan. Itu adalah tugas dinas penyelamat. Karena dinas penyelamat memiliki kapal papan, sehingga tubuh jenazah dapat sepenuhnya dibaringkan di atas papan. Sedangkan polisi marinir tidak memiliki itu, mereka hanya bisa mengambil dengan tangan yang mudah membuat kerusakan pada jenazah. Yang mana bisa mempengaruhi hasil penyelidikan pihak berwenang. Lucunya, sekarang polisi marinir berebut mengangkat jenazah dari dalam air. Mengherankan bukan ?!?

Ketiga, dulu jika ada polisi marinir yang diberi tugas untuk mengangkat jenazah dari dalam air, biasanya jenazah itu dibawa dari laut menuju pangkalan mereka. Lalu dibawa lagi ke rumah sakit dengan mobil ambulans dari pihak berwenang. Namun, polisi marinir belakangan ini tiba-tiba menjadi “rajin”, karena secara inisiatif mengambil alih seluruh proses tugas setelah pengangkatan jenazah.

Keempat, dulu petugas dinas penyelamat ditugaskan untuk mengangkat jenazah biasanya sudah ada laporan dari seseorang mengenai penemuan mayat sebelumnya. Seperti ada kapal yang kehilangan salah seorang penumpangnya, atau ada saksi mata melihat orang yang melompat ke laut. Dinas penyelamat kemudian menelusuri pantai hingga tengah laut untuk melakukan pencarian. Biasanya dibutuhkan waktu 62 jam, karena tubuh baru akan mengapung ke permukaan laut setelah melewati sekitar 30 jam.

Namun, semua kasus mayat mengapung yang terjadi baru-baru ini sama sekali tidak ada orang yang melaporkan. Mayat langsung bisa ditemukan dan diangkat tanpa perlu melakukan pencarian di laut.

Kelima, jika tubuh tenggelam, tubuh biasanya mengapung dalam waktu sekitar 30 jam. Setelah tenggelam, sejumlah besar bakteri dalam jaringan tubuh dapat menimbulkan fermentasi. Kemudian menghasilkan udara sehingga tubuh membengkak kemudian mengapung. Selain itu, setelah 30-an jam terbenam dalam air, pembengkakan dapat mengubah bentuk kelima indera.

Namun demikian, dalam kasus penemuan mayat pada 8 Oktober di dekat Semenanjung Haiyi, petugas yang mengangkat jenazah mengatakan bahwa korban adalah seorang wanita berpakaian hitam yang kelima inderanya masih tampak sempurna atau belum ada perubahan. Tubuh wanita tersebut sudah berada di laut selama sekitar 4-5 jam. Bisa jadi ia sudah meninggal lebih awal. Sehingga bakteri dalam tubuhnya sudah terjadi fermentasi dan menghasilkan udara, sehingga tubuh sudah mengapung sebelum proses pembengkakan.

Keenam, Sangat jarang polisi marinir melaut pada malam hari untuk mencari korban orang tenggelam di laut, kecuali kalau tinggal mengangkat tanpa pencarian. Biasanya kapal mereka pada malam hari ditambat di Pangkalan Polisi Marinir atau Administrasi Maritim. Tetapi akhir-akhir ini, ada rekan yang mengatakan, bahwa ia melihat di malam hari polisi marinir menggunakan kendaraan dinas menghantar 7-8 orang petugas naik ke satu kapal mereka. Kapal itu ditambat di pangkalan dan 1 orang lagi ke kapal yang berbeda kemudian langsung melaut.

Ketika dinas penyelamatan saja tidak menerima laporan untuk mengangkat mayat yang terapung di laut, bagaimana polisi maritim dapat mengetahui ada mayat yang perlu segera diangkat ? Karena perbedaan dalam tugas, dinas penyelamatan dengan polisi maritim hampir tidak ada hubungan dalam pekerjaan. Jadi tidak jelas apa yang mereka lakukan.

Pada 8 Oktober sore hari sesosok tubuh wanita berpakaian hitam ditemukan terapung di permukaan laut dekat Semenanjung Haiyi. Dalam hal ini, Sekjen. Joshua Wong Chi-fung berpendapat bahwa kasus ini tidak sesederhana ungkapan polisi Hongkong. (video screenshot) 

Pakar :  “bunuh Diri” warga Hongkong dilakukan oleh komunis Tiongkok

Pakar keuangan Hu Caiping melalui Facebook menyebutkan, bahwa begitu banyak warga Hongkong dilempar dari gedung tinggi. Bahkan ada tubuh yang putus menjadi 2 bagian, atau tangan dan kaki terpisah dari tubuh tetapi hampir tidak ada noda darah. Itu berarti korban sudah meninggal beberapa waktu sebelumnya. Darahnya telah membeku baru tidak mengeluarkan darah setelah dilempar ke tanah. Anggota badan terpisah karena tubuh sudah kaku.

Hu Caiping mempertanyakan, apakah polisi melakukan pengejaran terhadap pembunuhnya ? Tidak, karena polisi Hongkong mengejar anak-anak yang berjuang untuk demokrasi dan kebebasan berdiri di front yang sama dengan para pembunuh. 

Semakin banyak warga yang “jatuh dari bangunan”, tubuh gadis berbaju hitam yang terapung di laut, membuat warga Hongkong merasa takut. Tidak benar, forum online penuh dengan foto-foto seperti itu, gadis yang mati terlihat berparas cantik, dengan tubuh yang ideal, mengapa mereka yang dipilih ?

Ia curiga, karena usia mereka ini masih mudah, bukan usia orang yang dengan mudah memilih kematian. Sewaktu Anda di SMP atau SMA, apakah pernah menjumpai begitu banyak murid sekelas yang meninggal dunia? Ada berapa banyak teman dalam hidup Anda yang jatuh dari gedung-gedung tinggi atau jenazahnya dibawa angin menuju pesisir pantai ?

Hu Caiping mengatakan bahwa polisi seharusnya memberikan rasa aman kepada warga. Akan tetapi di Hongkong, ini tidak terjadi sekarang. Polisi hitam adalah bandit yang tidak mengejar pembunuh. Bahkan polisi berseragam hitam itu yang didatangkan dari Shenzhen itu mungkin adalah para pembunuh. 

Ada petugas polisi Hongkong yang tidak mau disebutkan identitasnya saat diwawancara mengatakan, banyak polisi yang diam-diam menyelinap dalam kerumunan para pengunjuk rasa pada akhir pekan. Ada sejumlah polisi yang menyelinap dalam kerumunan pengunjuk rasa. Mereka menyerahkan kartu identitas kepada penggantinya setiap kali pertukaran shift.

Ia secara blak-blakan mengatakan, bahwa bagi orang yang tidak memahami komunis Tiongkok ia akan merasa acuh tak acuh. Tetapi jika Anda telah membaca laporan tentang kamp kerja paksa Masanjia, melihat laporan tentang rantai kepentingan transplantasi organ dan laporan tentang genosida yang terjadi di Xinjiang, Anda tidak mungkin meragukannya. Itulah Partai Komunis Tiongkok, iblis.

Fan Shiping, seorang profesor di Institute of Politics Taiwan Normal University saat membahas situasi terkini dengan reporter VOA mengatakan, bahwa semua jenazah yang mengapung adalah jenazah yang dibuang setelah korban mati akibat penyiksaan oleh polisi Hongkong. Jika polisi tidak secara terbuka dan jujur mengungkapkan penyebab kematian korban, tentu saja  warga Hongkong akan lebih skeptis terhadap pemerintah.

Ia mengatakan bahwa begitu banyak warga Hongkong mati dengan alasan yang patut dicurigai. Suasana anti-Rancangan Undang-undang ekstradisi telah berubah dari sebelumnya hanya kekecewaan menjadi kemarahan, tetapi sekarang berkembang menjadi tragis. (Sin/asr)

FOTO : Pada 6 Oktober, warga Hongkong mendirikan tempat berkabung di persimpangan jalan Johnston Road, Hennessy Road, Wan Chai. (Yu Tianyou/Epoch Times)

Strategi Anti Terorisme seperti di Xinjiang untuk Padamkan Protes Hong Kong Dinilai Akan Gagal

0

The Epochtimes

Aksi protes Hong Kong terus berlanjut selama empat bulan hingga saat ini. Tak ada tanda-tanda yang menunjukkan aksi protes bakal mereda. 

Malah semakin banyak penduduk lokal bergabung dalam aksi protes, di tengah meningkatnya kebrutalan polisi.

Simon Lau, seorang profesional media senior dan mantan konsultan Unit Kebijakan Pusat Hong Kong, menunjukkan bahwa polisi Hong Kong telah mengubah metode mereka dalam menghadapi para pengunjuk rasa. Itu sejak demonstrasi “anti-otoritarianisme” digelar di seluruh dunia pada 29 September. Kini telah beralih ke strategi anti terorisme untuk mengintimidasi publik.

Ketika Kepala Eksekutif Hong Kong Carrie Lam mengklaim, bahwa ia akan mendengarkan keprihatinan warga, bahkan bakal menggelar dialog pada akhir September lalu, polisi Hong Kong meningkatkan penggunaan kekuatan sejak 1 Oktober. Hari itu bertepatan peringatan ke-70 memerintahnya rezim Komunis Tiongkok.

Pada hari itu, polisi menembakkan sebanyak 1.407 selongsong gas air mata, 923 peluru karet, 230 granat spons, 192 beanbag round yang berisi butiran peluru, dan enam butir peluru tajam secara langsung. Dua remaja terluka karena tembakan.

Dalam sebuah wawancara dengan Epoch Times edisi Hong Kong pada 10 Oktober, Simon Lau mencatat bahwa peningkatan penggunaan kekuatan polisi sebenarnya dimulai pada 29 September lalu. Ketika itu, para demonstran dan pendukung mereka di seluruh dunia mengadakan demonstrasi multi-kota “anti-otoritarianisme” dan parade massa.

Menurut Lau, Polisi Hong Kong menembakkan gas air mata dengan panik. Bahkan sebelum parade dimulai. Itu menunjukkan mereka telah mengubah taktik mereka untuk memadamkan aksi protes.

Strategi polisi tersebut adalah metode paling ekstrem untuk menyerang orang yang paling lemah, untuk mencapai efek intimidasi.

Dengan kata lain, polisi tidak lagi khawatir bahwa kekerasan ekstrem mereka akan disorot oleh media. Sebaliknya, mereka ingin media sosial dan stasiun TV menyebarkan rekaman itu. Sehingga masyarakat akan takut untuk melanjutkan aksi protes.

Simon Lau mengatakan, pada masa lalu, pemerintah akan berusaha menyembunyikan insiden tidak manusiawi itu. Seperti polisi menyerang gadis-gadis remaja, karena khawatir akan kehilangan dukungan rakyat jika rekaman diedarkan. Coba pikirkan, mengapa ada lebih banyak rekaman polisi yang menyerang demonstran muda setelah tanggal 29 September?

Hukum Darurat Lebih Serius daripada Larangan Masker

Kepala Eksekutif Hong Kong mengumumkan pada 4 Oktober, bahwa ia akan meminta undang-undang darurat era kolonial untuk melarang penggunaan masker. Tujuannya, untuk memadamkan aksi protes massa selama berbulan-bulan. Para pengunjuk rasa segera mengorganisir pawai yang menentang larangan itu.

Namun, Simon Lau percaya bahwa masalah utamanya adalah bahwa Lam meminta pemberlakuan Undang-Undang Darurat.

Simon Lau menjelaskan, hal demikian sama saja dengan menyatakan bahwa Hong Kong telah memasuki keadaan darurat. Dengan menerapkannya, pemerintah Hong Kong tidak perlu lagi melakukan apa pun atas nama darurat militer. Bahkan, tidak perlu meminta pengerahan Tentara Pembebasan Rakyat. Dikarenakan, hukum darurat militer atau pengerahan militer akan dikenai sanksi internasional. Akibatnya, menyebabkan krisis kepercayaan diri. Akhirnya, akan memicu pelarian modal dalam skala besar.

Oleh karena itu, Beijing dapat mencapai tujuannya melalui Hukum Darurat, tanpa harus membayar harga mahal untuk memberlakukan darurat militer.

Hong Kong Bisa Menjadi Xinjiang Selanjutnya

Pada awal lima tahun lalu, ketika Gerakan Payung masih dalam tahap perencanaan, pejabat dari Biro Keamanan Hong Kong dan polisi Hong Kong pergi ke wilayah Xinjiang, Tiongkok setiap tahun. Mereka belajar tentang strategi anti-kerusuhan dan anti-teror dari polisi Komunis Tiongkok.

Xinjiang adalah rumah bagi banyak minoritas Muslim, termasuk Uyghur dan Kazakh.

Rezim Tiongkok Komunis telah membuat stempel etnis Muslim minoritas ini sebagai ancaman teror. Alasannya, untuk membenarkan penindasan secara brutal. Kelompok hak asasi internasional memperkirakan, bahwa sekitar satu juta etnis Uyghur dan minoritas Muslim ditahan di kamp-kamp pengasingan.

Simon Lau meramalkan dua tahun lalu, bahwa taktik anti-kerusuhan Xinjiang akan digunakan di Hong Kong. Termasuk metode teknologi tinggi seperti pengenalan wajah, Big data dan pengawasan CCTV.

Selain itu, pasukan polisi anti huru hara khusus dinilai sedang bekerja dengan polisi Hong Kong dalam menangani para pengunjuk rasa.

Simon Lau mengatakan, di lokasi demonstrasi, jika orang-orang mengamati dengan seksama, maka akan melihat bahwa beberapa polisi membawa pistol Glock 17 atau Glock 10 buatan Austria. Hal demikian menunjukkan, mereka bukan polisi dari Departemen Investigasi Kriminal.

Pastinya, Pistol ini berbeda dari yang digunakan oleh polisi umumnya. Ketika polisi menembakkan peluru secara langsung ke Victoria Park, seseorang menemukan sebuah peluru di air mancur taman. Temuan menunjukkan, bahwa peluruh itu berjenis kaliber besar.

Taktik Penanggulangan Teror Gagal

Polisi Hong Kong telah menangkap lebih dari 2.100 pemrotes sejak Juni lalu. Akan tetapi para demonstran terus bertahan. Fakta itu menunjukkan taktik anti-terorisme Xinjiang tidak akan berhasil di Hong Kong.

Simon lau mengatakan, Kelompok teroris adalah organisasi bawah tanah dengan kontrol ketat. Sehingga sangat sulit bagi kelompok semacam itu untuk merekrut anggota baru. Karena itu, ketika pihak berwenang menargetkan kelompok teroris, jumlah anggota hanya akan berkurang. Namun demikian, untuk gerakan pro-demokrasi Hong Kong yang merupakan gerakan sipil, penindasan dengan kekerasan hanya akan mengundang lebih banyak warga sipil untuk bergabung dalam aksi protes.

Pengunjuk Rasa Hong Kong Menargetkan Komunis Tiongkok

Para pengunjuk rasa Hong Kong sekarang mengalihkan kemarahan mereka kepada Komunis Tiongkok. 

Spanduk bertuliskan, Tian Mie Zhong Gong (dibaca: Dièn Miè Cung Kung”) Langit akan memusnahkan Partai Komunis Tiongkok,” dapat dilihat di banyak tempat.

Simon Lau mengatakan bahwa karena Lam dipandang sebagai pemimpin boneka, wajar saja jika para pengunjuk rasa sekarang menargetkan Komunis Tiongkok.

Selama empat bulan, warga Hong Kong merasa kuat bahwa pemerintah Hong Kong tidak melayani rakyat Hong Kong. Dikarenakan, dikuasai oleh rezim komunis Tiongkok sebagai kekuatan asing. Sedangkan kekuatan asing tersebut menganiaya warga setempat.

Dia menambahkan, bahwa kaum muda di Hong Kong rela mengorbankan studi mereka, masa depan, dan bahkan kehidupan mereka sendiri. Dikarenakan, mereka telah mengalami penindasan dan penderitaan bersama saat berjuang untuk kebebasan.

Orang-orang akan mengerti perasaan mereka, jika bertemu dengan prajurit yang telah bertarung di garis depan. Itu adalah perasaan sedih dan marah. Para pengunjuk rasa benar-benar rela berkorban untuk Hong Kong.

Ketika pihak berwenang menekan mereka, maka warga semakin akan melawan. Pihak berwenang mengira bahwa mereka mengintimidasi para pengunjuk rasa. Akan tetapi pada kenyataannya, justru memiliki efek sebaliknya. Meskipun penangkapan dan luka-luka yang dialami oleh pengunjuk rasa, mereka tidak akan pernah mundur. Jika pemerintah memilih untuk terus menggunakan kekuatan, maka akan berubah menjadi lingkaran setan.

Simon Lau memperingatkan kepada para pemimpin Komunis tiongkok tentang bahaya mengubah Hong Kong menjadi Xinjiang kedua. Otoritas pusat Komunis Tiongkok tidak akan mendapatkan apa pun jika warga Hongkong menderita. (asr)

Investigasi Temukan Ada Universitas Australia Membantu Rezim Komunis Tiongkok dalam Upaya Mata-Mata Global

0

oleh HENRY JOM

Universitas-universitas papan atas Australia diungkap telah berkolaborasi dengan perusahaan-perusahaan yang terkait dengan Komunis Tiongkok. Kolaborasi tersebut terkait pengembangan teknologi pengawasan massal dan militer. 

Investigasi itu ditemukan oleh sebuah penyelidikan bersama yang dilakukan oleh Four Corners & Background Briefing  seperti dilaporkan oleh media Australia, ABC. 

Penyelidikan menemukan setidaknya, ada 30 contoh kolaborasi antara Australian National University (ANU) dan Universitas Pertahanan Tiongkok, serta kolaborasi antara University of Technology Sydney, University of Adelaide, dan University of Sydney.

Setidaknya dua dari perusahaan Tiongkok itu telah dimasukkan dalam daftar hitam oleh Amerika Serikat dalam sepekan terakhir. Hal demikian di tengah-tengah laporan bahwa teknologi mereka telah digunakan untuk mengawasi etnis Uighur dan minoritas Muslim di wilayah Xinjiang, Tiongkok.  

Uighur adalah di antara kelompok-kelompok agama yang menghadapi penganiayaan berat di dalam pemerintahan Komunis Tiongkok karena keyakinan mereka.

Dan Tehan, menteri Pendidikan Australia, kepada Four Corners mengatakan, semuanya berurusan dengan ancaman yang terjadi. Ancaman tersebut yang telah mencapai tingkat proporsi yang belum pernah terjadi sebelumnya. 

Ia mengatakan, pihaknya memastikan dengan sangat jelas tentang tanggung jawab universitas ketika berkolaborasi dengan pemerintah mana pun. Dikarenakan sangat penting baginya untuk memastikan kolaborasi itu  benar dan demi kepentingan Australia.

Perusahaan Berkaitan dengan Tiongkok Menargetkan Universitas-Universitas Australia dan Penelitiannya

Global Tone Communication -GTCOM- sebuah perusahaan penambangan data global yang mayoritas dimiliki oleh rezim Komunis Tiongkok, baru-baru ini menandatangani Nota Kesepahaman dengan Universitas New South Wales (UNSW) untuk menguji teknologinya.

GTCOM menawarkan kemampuannya untuk menambang data dalam 65 bahasa dengan kecepatan 16.000 kata per detik dari situs web dan media sosial.

Samantha Hoffman, seorang analis di The Australian Strategic Policy Institute –ASPI–  sebuah lembaga Kebijakan Strategis Australia mengatakan kepada Four Corners, bahwa meskipun Global Tone Communication tampaknya merupakan penyedia layanan terjemahan, perusahaan tersebut mengumpulkan data yang mendukung keamanan negara Tiongkok. Data-data itu, ditenggari kemudian berubah menjadi informasi yang dapat digunakan dalam berbagai konteks, apakah itu sistem kredit sosial Tiongkok. Langkah itu sebagai upaya terkait fusi sipil militer,  terkait pengumpulan intelijen militer.

Seorang juru bicara Universitas New South Wales  mengatakan kepada Four Corners, bahwa Global Tone Communication “tidak memiliki pengaruh pada program-program Universitas New South Wales.”

Juru bicara itu seperti dilaporkan The Epochtimes, pihak kampus tertarik untuk mengejar transparansi yang lebih besar serta meningkatkan dengan kolaborasi Pemerintah Australia. Hal demikian, untuk memastikan operasinya selalu sejalan dengan kepentingan nasional. 

Ternyata hasil investigasi, GTCOM juga berbagi informasi dengan Huawei.  Yang mana, baru-baru ini juga masuk daftar hitam oleh Amerika Serikat dan dilarang dari jaringan 5G Australia.

Selain itu, Global Tone Communication juga bermitra dengan Haiyun Data, perusahaan Tiongkok lainnya yang menyediakan teknologi pengawasan untuk memantau etnis Uighur di Xinjiang.

Haiyun Data mengumumkan pada bulan Januari bersama laboratorium kecerdasan buatan dengan Universitas Teknologi Sydney atau UTS. 

UTS mengkonfirmasi kepada Four Corners, bahwa ia memiliki proyek penelitian dengan Haiyun untuk mengembangkan teknologi untuk pengenalan tulisan tangan.

Namun, Universitas Teknologi Sydney  mengatakan bahwa tidak ada laboratorium bersama dan bahwa laporan Tiongkok pada pengumuman Januari adalah “Penyampaian yang Keliru.”

Analis ASPI Samantha Hoffman juga mengatakan, bahwa Haiyun memiliki perjanjian lain yang ditandatangani dengan universitas, seperti pusat penelitian yang didanai oleh perusahaan BUMN militer Komunis Tiongkok, China Electronics Technology Corporation (CETC). 

Penelitian tersebut bernilai 10 juta dolar Australia. CETC juga terlibat dalam pemantauan massal etnis Uighur, yang mana Universitas Teknologi Sydney  membantah terlibat.

Universitas-universitas Australia lainnya yang telah berkolaborasi dengan perusahaan-perusahaan yang terkait dengan Komunis Tiongkok, seperti yang dilaporkan oleh Four Corners, termasuk: University of Adelaide dengan Megvii, sebuah perusahaan yang baru-baru ini masuk daftar hitam yang dikenal dengan teknologi pengenalan wajah. 

University of Sydney dan SenseTime, perusahaan lain yang masuk daftar hitam Amerika yang melacak objek bergerak melalui pengawasan video.  

Australian National University  dengan China’s National University of Defense Technology yang mempelajari komunikasi rahasia, di antara banyak penelitian lain.

Seorang juru bicara University of Adelaide mengatakan, bahwa proyek Megvii bukanlah kolaborasi formal. Sementara itu, Sydney University mengatakan bahwa kolaborasi SenseTime sedang ditinjau ulang.

Wakil rektor Australian National University , Profesor Brian Schmidt mengatakan bahwa dia tidak mengetahui penelitian tersebut. Akan tetapi mengatakan kepada Four Corners bahwa “jika ada bidang penelitian tertentu yang merusak kepentingan nasional, kita perlu melihatnya.”

Alastair MacGibbon, mantan kepala Pusat Keamanan Siber Australia, Direktorat Sinyal Australia mengatakan kepada Four Corners:  bahwa Australia perlu memahami bahwa teknologi dapat disalahgunakan dan dalam masyarakat di mana teknologi ada di mana-mana dan sekarang ada di masyarakat Australia.  Maka selanjutunya, Australia harus mengajukan pertanyaan tentang apakah mereka berkontribusi pada sesuatu yang pada akhirnya akan menjadi hal sangat menindas bagi negara sendiri dan orang lain. 

Satgas Khusus Ditetapkan untuk Menanggulangi Gangguan Asing di Universitas

Menteri Pendidikan Dan Tehan telah mengumumkan pada 28 Agustus lalu bahwa satuan tugas dibentuk untuk menindak upaya pemerintah asing untuk ikut campur dalam universitas-universitas Australia.

Seperti dilaporkan The Epochtimes, Langkah itu dilihat sebagai tanggapan untuk mengekang pengaruh Komunis Tiongkok di Universitas Australia. Itu setelah insiden demonstran pro-Komunis Tiongkok yang terlibat bentrok dengan demonstran pro-Hong Kong.

Selain itu, pada 22 Agustus, Departemen Pendidikan New South Wales mengumumkan pembatalan Institusi Konfusius yang terkait dengan Komunis Tiongkok di sekolah-sekolah negeri NSW setelah tinjauan selama setahun.

Tehan dalam sebuah pernyataan mengatakan, Pemerintah mengambil tindakan untuk memberikan kejelasan di persimpangan keamanan nasional, penelitian, kolaborasi, dan otonomi universitas. 

Profesor etika Universitas Charles Sturt, Clive Hamilton mengatakan, “Beberapa universitas mulai menerima pesannya.”

Menurut Hamilton, banyak universitas menutup telinganya, mereka tidak dapat mendengar semacam peringatan. Oleh karena itu, Tidak ada alasan lagi. Mungkin tiga dari empat tahun lalu wakil rektor universitas bisa berkata, “Oh, ya, kami tidak tahu.” Kini, hal demikian  bukan lagi sebagai alasan. Hal yang Naif tidak bisa lagi menjadi alasan. 

Richard Szabo, Mimi Nguyen-Ly, dan The Associated Press berkontribusi pada laporan ini.

Ini Foto Resmi Presiden Jokowi dan Wapres Ma’ruf Amin yang Dirilis Kemensetneg RI

0

ETindonesia – Kementerian Sekretariat Negara RI (Kemensetneg) telah menerbitkan secara resmi foto resmi Presiden dan Wakil Presiden Rl periode 2019-2024.

Penerbitan foto melalui Surat Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Nomor B-117/M.Sesneg/Set/TU.00.03/10/2019 perihal Foto Resmi Presiden dan Wakil Presiden RI Periode 2019-2024 tertanggal 15 Oktober 2019.

“Dengan hormat kami sampaikan sehubungan dengan pelantikan Presiden dan Wakil Presiden Rl periode 2019-2024 yang akan dilaksanakan pada tanggal 20 Oktober 2019, Kami sampaikan bahwa Kementerian Sekretariat Negara telah menerbitkan foto resmi Presiden dan Wakil Presiden Rl periode 2019 s.d. 2024,” demikian isi surat itu dikutip dari laman Setneg.go.id, Kamis (17/10).

“Foto resmi tersebut dapat diunduh melalui website Kementerian Sekretariat Negara (www.setneg.go.id) penggunaan foto resmi dimaksud agar dapat dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku,” demikian bunyi surat itu.

Surat Edaran tersebut ditujukan kepada: Para Pimpinan Lembaga Negara; Para Menteri Kabinet Kerja; Gubernur Bank Indonesia; Jaksa Agung;  Panglima Tentara Nasional Indonesia dan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Surat itu juga ditujukan kepada Para Pimpinan Lembaga Pemerintah Non Kementerian; Para Pimpinan Lembaga Non Struktural; Para Gubernur Provinsi di Seluruh Indonesia; Para Bupati dan Wali Kota di Seluruh Indonesia; Para Kepala Perwakilan RI di Luar Negeri melalui Menteri Luar Negeri.

Joko Widodo dan KH. Maruf Amin akan dilantik secara resmi, Minggu (20/10/2019) sebagai Presiden dan Wakil Presiden RI periode 2019-2024 di Gedung MPR/DPR RI di Jakarta. (asr)