EpochTimesId – Pihak berwenang Tiongkok mengumumkan bahwa Wang Qishan, mantan kaisar anti-korupsi kembali ke ranah politik, pada 29 Januari 2018. Sekutu dekat Xi Jinping itu terpilih sebagai salah seorang calon anggota Kongres Rakyat Nasional RRT (NPC).
Ini menyiratkan bahwa dia berpotensi untuk didudukkan dalam suatu jabatan baru yang niscaya akan sangat penting.
Media asing melaporkan, dengan kembalinya Wang Qishan dalam percaturan politik Tiongkok diharapakn dapat mengambil peran sebagai komandan ‘pemadam kebakaran’. Dia diyakini mampu meredakan ‘api ketegangan’ yang berkobar antara Tiongkok dengan AS.
Wang Qishan sebelumnya memilih mundur sebagai anggota Komite Tetap Politbiro Partai komunis Tiongkok pada bulan Oktober tahun lalu. Dia mundur setelah melewati suatu masa yang penuh dengan pergunjingan terhadap dirinya.
Wang yang kini sudah berusia 69 tahun telah mencapai usia pensiun bagi pejabat senior di Tiongkok. Karena prestasinya dalam membasmi korupsi mengundang ketertarikan Presiden Xi Jinping, dia kembali menggandengnya dalam mengurus partai tunggal.
Menurut daftar nama wakil untuk NPC dari Propinsi Hunan yang dirilis dalam akun WeChat media ‘Hunan Daily’, terdapat nama Wang Qishan yang sebelumnya juga pernah menjabat sebagai wakil Kongres Rakyat Provinsi Hunan.
Reuters melaporkan bahwa langkah tersebut dinilai penting karena jika Wang Qishan tidak pensiun, ini akan menjadi preseden bagi Xi Jinping untuk tetap berkuasa setelah menjabat sebagai presiden untuk periode kedua kalinya.
Kongres Nasional NPC akan berlangsung pada bulan Maret mendatang. Setiap propinsi di Tiongkok sekarang sedang melakukan pemilihan untuk menentukan para wakil mereka di NPC.
Belum jelas tugas baru apa yang akan diemban Wang Qishan nanti setelah ia terpilih. Tetapi melalui suara pergunjingan, baik sumber berita maupun pejabat diplomat, arahnya menuju posisi wakil kepala negara. Dia diisukan akan mengurusi hubungan Tiongkok dengan Amerika Serikat.
New York Times mengutip berita dari 4 sumber melaporkan, Wang Qishan memiliki kesempatan yang sangat besar untuk terpilih sebagai wakil kepala negara RRT pada kongres NPC, Maret 2018. Dan pada kesempatan itu, hampir dapat dipastikan bahwa Xi Jinping akan menjadi presiden untuk kedua kalinya.
Randal Phillips, mantan pejabat intelijen AS mengatakan, yang pasti adalah Wang Qishan masih menikmati banyak perhatian. Dia akan menjadi sosok yang mampu memberikan pengaruh terhadap isu-isu kunci negara.
“Sebenarnya, Xi Jinping menunjuk dirinya adalah hal yang sangat aman, karena dia sudah memiliki kredibilitas dan tidak menimbulkan ancaman bagi Xi,” kata Randal.
Wang Qishan sering digambarkan sebagai tokoh kedua setelah Xi Jinping. Dia juga masih menjadi sorotan berita dalam dan luar negeri, meskipun tidak lagi memangku jabatan apapun usai Kongres Nasional ke 19.
Misalnya, ketika ia diundang untuk menghadiri jamuan makan antara Xi Jinping dengan Donald Trump pada bulan November tahun lalu.
Wang sebelumnya berjuang di barisan depan membantu Xi Jinping membersihkan koruptor yang merajalela. Selain itu, ia juga memiliki latar belakang kemampuan dalam mengurusi ekonomi negara.
Wang pernah menjabat sebagai wakil gubernur Bank sentral dan wakil perdana menteri Tiongkok.
Wang Qishan juga memiliki pengalaman cukup apik dalam menangani urusan hubungan luar negeri, khususnya dengan Amerika Serikat. Ia pernah terpilih sebagai pimpinan delegasi dialog strategis Tiongkok-AS, mewakili pihak Tiongkok.
Wall Street Journal mengutip sumber yang mengetahui masalah tersebut melaporkan bahwa apapun jabatan baru Wang, tak perduli sebagai wakil kepala negara atau penasihat Xi Jinping, yang pasti politisi gaek itu akan ditunjuk untuk mengurusi hal-hal yang terkait hubungan Tiongkok-AS.
Dalam beberapa bulan terakhir, Wang Qishan telah menemui mantan menteri keuangan AS, Henry Paulson serta sejumlah pemimpin bisnis AS. Pada sebuah pertemuan, Wang Qishan membahas soal Presiden Trump dengan para pemodal AS yang datang berkunjung.
“Trump adalah sebuah fenomena langka, atau suatu tren?” Tanya Wang Qishan.
Wang Qishan juga dijuluki sebagai ‘komandan pemadam kebakaran’, dalam situasi hubungan Tiongkok-AS kurang harmonis ini. Otoritas Beijing tentu berharap Wang dapat ‘menyemprotkan air’ agar kobaran api mati.
Tampaknya Beijing masih khawatir dengan hubungannya dengan AS, selama Trump menjabat sebagai presiden. Di bawah doktrin Trump, ‘AS prioritas utama’, presiden bersama pembantunya sedang meluncurkan kebijakan yang lebih ketat terhadap Tiongkok guna mengatasi praktik perdagangan tidak adil dengan Tiongkok.
Pekan lalu, pemerintahan Trump melepaskan ‘tembakan pertama perang dagang’ dengan mengenakan bea masuk yang tinggi atas panel surya produksi Tiongkok yang diimpor.
Pejabat dan pakar politik mengatakan bahwa jabatan wakil presiden akan memfasilitasi Wang Qishan untuk berhubungan dengan orang asing.
Sejak era 90-an, Wang Qishan telah menjalin hubungan baik dengan banyak orang Amerika yang berpengaruh. Pada saat itu, dia bertanggung jawab untuk menangani soal kepailitan perusahaan Tiongkok. Dan, karena hal itu dia sering menghadapi kreditor asing yang marah-marah.
Dalam beberapa pekan terakhir sejumlah pejabat pemerintah Tiongkok sering membawa beberapa orang Amerika yang berpengaruh untuk menemui Wang Qishan.
“Dari berbagai isi dialog antar pejabat pemerintah Tiongkok dapat dengan mudah disimpulkan bahwa dengan melihat peranan Wang yang sangat penting serta bertindak sebagai mata dan telinga Xi Jinping pada hubungan Tiongkok-AS serta isu global lainnya, maka Wang Qishan pasti akan terus eksis dalam percaturan politik Tiongkok,” demikian komentar Myron Brilliant, wakil ketua asosiasi perdagangan AS.
Wall Street Journal memberitakan bahwa, pejabat senior lainnya yang ikut dalam pertemuan dengan orang-orang AS yang berpengaruh, ada Hu Chunhua, Liu He, Yang Jiechi dan Wang Yi.
Pada tahun 2008, Wang Qishan dipromosikan menjadi wakil perdana menteri Tiongkok. Ketika itu pejabat AS beranggapan bahwa promosi tersebut mungkin berkaitan dengan, bahwa ia telah meyakinkan pemimpin Tiongkok waktu itu untuk membiarkan mata uang Renminbi mulai tahun 2010 berfluktuasi sesuai perkembangan pasar. Dan ini adalah tujuan jangka panjang yang diharapkan Amerika Serikat.
Pejabat pemerintahan Trump mengatakan bahwa dengan pengangkatan Wang untuk menduduki jabatan barunya nanti diharapkan ia dapat mendorong proses liberalisasi di Tiongkok. Namun, pejabat tersebut lebih mengharapkan otoritas Beijing dapat melakukan perubahan substantif dalam pelaksanaan kebijakannya.
Beijing, misalnya, baru-baru ini menyepakati memberi ijin perusahaan sekuritas asing untuk memiliki 51 persen saham dalam perusahaan patungan. Namun, pemerintah Trump menuntut adanya kebebasan dalam penyertaan saham. (Qin Yufei/ET/Sinatra/waa)