EpochTimesId – Andrew McCabe mengundurkan diri dari jabatannya sebagai wakil direktur Biro Investigasi Federal (FBI) Amerika Serikat pada 29 Januari 2018 waktu setempat. Dia mundur beberapa jam sebelum Senat menyetujui perilisan sebuah memo yang diduga menunjukkan bahwa FBI menggunakan kekuatannya untuk motif politik, yang melindungi Hillary Clinton dan berusaha untuk melengserkan Presiden Donald Trump.
Guncangan terhadap petinggi FBI sedang dibingkai oleh beberapa politisi dan sejumlah perusahaan media besar sebagai serangan terhadap badan penegak hukum itu sendiri. Mantan Jaksa Agung, Eric Holder menyatakan di Twitter, “serangan palsu terhadap FBI dan DOJ [Departemen Kehakiman] untuk mengalihkan perhatian dari penyelidikan kriminal yang sah, tidak lama lagi, kerusakan yang tidak perlu (akan terjadi) pada fondasi pemerintah kita ini.”
Seorang mantan agen FBI, Marc Ruskin, mengatakan bahwa bagi kebanyakan agen FBI, klaim Holder dan beberapa pihak lainnya, sangat jauh dari kebenaran.
“Sesungguhnya, para agen adalah orang yang sangat cerdas. Mereka menyadari bahwa serangan dari Gedung Putih tidak diarahkan pada organisasi, namun secara jelas ditujukan pada (sejumlah) elit,” kata Marc Ruskin, penulis buku ‘Pretender: My Life Undercover for FBI’ yang mengabdi selama 27 tahun di lembaga detektif dan penyidik tersebut.
Ruskin mengatakan bahwa di antara komunitas mantan agen FBI yang sudah pensiun, mereka yakin agen tersebut diseret ke dalam politik oleh mantan Direktur FBI James Comey. Politisasi Agensi kemudian berlanjut di bawah McCabe.
“Untuk setiap agen yang membela Comey ada sepuluh orang yang marah dengan biro, yang kemudian dimanipulasi untuk tujuan politik,” beber veteran Agen itu.
“Keyakinan agen FBI berpangkat dan pensiunan agen adalah bahwa politisasi FBI yang terjadi selama beberapa tahun terakhir dengan Comey, McCabe, dan Agen lainnya, kini pada dasarnya sedang dibersihkan,” kata Ruskin.
“Ini adalah pembersihan ‘rumah’ dan mengembalikan FBI kepada perannya sebagai agen yang netral yang bebas dari pengaruh politik,” Ruskin menekankan.
Fakta bahwa FBI sedang dibersihkan dari pengaruh politik juga diangkat oleh Frank Gaffney, presiden Pusat Kebijakan Keamanan. Dia menyatakan dalam sebuah email, bahwa bagi mereka yang mengagumi FBI dan memahami peran pentingnya dalam melindungi keamanan nasional dan keamanan publik, maka 29 Januari adalah ‘red letter day’, hari bersejarah yang tidak akan pernah dilupakan.
“McCabe melambangkan politisasi manajemen senior Biro (FBI) yang telah menghambat kinerja di bawah mantan Direktur Robert Mueller dan James Comey, sehingga meruntuhkan kepercayaan masyarakat Amerika terhadap organisasi tersebut,” ujar Gaffney.
Dia mencatat bahwa memo (senat) tersebut diduga memperlihatkan pengawasan domestik yang bermotif politik dan penyimpangan lainnya, yang terjadi di FBI di bawah pengawasan McCabe.
Menurut Ruskin, untuk memahami goncangan dan persepsinya di dalam FBI, penting untuk memahami pembagian antara manajemen FBI dan agen-agen di lapangan.
Sebagian besar birokrasi menggunakan sistem manajemen piramida. Dalam sistem itu, karyawan sering masuk di bagian bawah, kemudian berusaha untuk naik melalui barisan (promosi karir struktural).
Ruskin mencatat, “FBI tidak seperti itu. Sebagian besar agen masuk di anak tangga terbawah, dan kebanyakan tetap ingin tinggal di anak tangga terbawah.”
Banyak yang masuk FBI, katanya, melakukannya karena keinginan berpetualang atau untuk menegakkan rasa keadilan. Ketika memajukan karir mereka, Ruskin berkata, “Mereka ingin melakukan penyelidikan yang lebih kompleks, dan alih-alih menangani kasus rutin mereka menangani kasus kerah putih atau kasus kejahatan terorganisir.”
Namun, agen yang masuk ke manajemen FBI seringkali berasal dari jenis yang berbeda. “Agen yang menangani manajemen (pejabat struktural) seringkali adalah orang-orang yang bukan agen lapangan terbaik,” kata Ruskin.
“Mereka adalah orang-orang yang tidak begitu nyaman di lapangan, atau tidak bisa mengembangkan hubungan baik. Begitu mereka (masuk) dalam manajemen mereka mencoba mencakar dan merangkak naik ke puncak.”
Karena perbedaan tujuan ini, ada dua budaya berbeda di FBI antara agen di lapangan, dan mereka yang masuk ke manajemen.
“Agen sangat berdedikasi pada kebenaran dan menemukan orang jahat,” imbuh Ruskin. “Budaya lainnya adalah ‘desk jockies’ (pekerja meja/kantoran) yang mencoba memajukan karir mereka dan naik ke level berikutnya. Mereka mencoba tidak mengayuh sepedanya (melakukan sesuatu), dan tidak melakukan apapun yang bisa menghambat kenaikan jabatan mereka menuju puncak karir.”
“Orang-orang seperti McCabe dikenal dan terkenal, karena menghancurkan siapa saja yang menghalangi (karir-nya). Banyak yang menganggapnya sebagai martinet (disiplin/rajin) dalam menghancurkan siapa saja yang menghalangi (kakirnya),” imbuh Ruskin.
McCabe, menurutnya, dikenal sebagai micro-manager yang menikmati kekuasaan dan (pintar) memotivasi orang-orang di bawahnya. Tapi, dia juga dikenal memiliki sifat licik yang pintar menjilat atasan.
Ruskin meyakini agen lapangan tidak akan menangisi kepergiannya. Terutama orang-orang yang dipandangnya sebagai rintangan dalam pendakian karir yang mantap menuju posisi puncak di FBI.
“Memahami adanya dua budaya ini, budaya manajemen kantoran dan budaya jalanan, Anda harus memahami sebagian besar agen tidak terganggu oleh komentar mengenai politisasi tersebut,” tutup Ruskin. “Mereka tidak merasa mereka menjadi sasaran. Mereka mengerti bahwa mereka dan manajemen adalah ‘dua hewan’ yang berbeda, dan serangan terhadap elit manajemen bukanlah serangan terhadap keseluruhan personel dan Lembaga.” (Joshua Philipp/The Epoch Times/waa)