EDITORIAL
Lebih dari seratus tahun silam, roh-roh paham komunis muncul di atas langit Eropa. Sejak dikeluarkannya The Communist Manifesto, lalu munculnya Paris Commune, sampai berdirinya rezim Uni Soviet, Partai Komunis Tiongkok dan partai komunis lainnya, tren pemikiran komunis sempat merajalela beberapa saat.
Ideologi manusia telah membentuk dua kubu besar yang saling bertentangan yakni otoritarian komunis dan demokrasi liberal.
Sejarah selama lebih dari seabad menunjukkan, di mana pun tren komunis merah bercokol, pasti selalu disertai peperangan dan kekacauan, kelaparan, pembantaian dan teror.
Gerakan komunisme telah menghancurkan peradaban manusia yang berusia ribuan tahun, dan menyebabkan 100 juta orang mati secara tidak wajar, dan lebih banyak dari jumlah itu yang mengalami penderitaan baik secara fisik maupun mental.
Penipuan tentang “surga dunia” telah menyebabkan milyaran jiwa terjerambab ke “neraka dunia”.
Penindasan terhadap agama/kepercayaan, penghancuran terhadap norma moralitas, pengrusakan terhadap lingkungan dan alam, telah menimbulkan dampak yang buruk dan sangat mendalam.
Di tengah proses keruntuhan paham komunis sekarang ini, masih banyak orang berkhayal, bahkan menyangkal kehancurannya, paham komunis masih terus bermunculan di tengah masyarakat liberal dengan wujud yang berbeda.
Oleh karena itu, mengenali sifat dasar ideologi paham komunis, dan menolak bencana yang akan ditimbulkan oleh pikiran komunis, sangatlah penting bagi setiap orang di semua negara.
baca Komunisme Bukan Jalan Keluar Melainkan Jalan Buntu Bagian Pertama
baca Komunisme Bukan Jalan Keluar Melainkan Jalan Buntu Bagian Kedua
baca Komunisme Bukan Jalan Keluar Melainkan Jalan Buntu Bagian Ketiga
baca Komunisme Bukan Jalan Keluar Melainkan Jalan Buntu Bagian Keempat
baca Komunisme Bukan Jalan Keluar Melainkan Jalan Buntu Bagian Kelima
baca Komunsime Bukan Jalan keluar Melainkan Jalan Buntu Bagian Keenam
baca Komunisme Bukan Jalan Keluar Melainkan Jalan Buntu Bagian Ketujuh
- Penipuan terhadap internal dan eksternal
Rezim yang hanya mengandalkan kekerasan saja tidak akan bertahan lama. Maka itu, kebohongan dikeluarkan dan dijadikan pelumas bagi kekerasan PKT (Partai Komunis Tiongkok).
Partai komunis yang mempertahankan kekuasaan mereka dalam waktu yang cukup lama, seperti PKUS (Partai Komunis Uni-Soviet), PKT dan lainnya, sangat mahir dalam ilmu berdusta.
Slogan demokratisasi yang digembargemborkan sebelum PKT merebut kekuasaan (pada 1949), berbagai macam artikel pro-Amerika dirilis, tidak hanya membuat sejumlah besar kaum intelektual tertipu dan bergabung ke Yanan (pangkalan gerombolan PKT pada masa perang melawan Jepang), turut menyanyikan paduan suara anti-Chiang Kai-shek (pemimpin Partai Nasionalis Kuomintang Tiongkok, suksesor pemerintahan legal Sun Yat Sen).
Propoganda PKT ini berakibat sampai-sampai Amerika Serikat juga menghentikan dukungannya kepada R.O.C (Republic of China), yang pada akhirnya menyebabkan pemerintahan Kuomintang kalah dan mundur ke Taiwan, sedangkan daratan Tiongkok sepenuhnya jatuh ke tangan PKT.
Setelah itu PKT mulai secara sistematik memutarbalikkan sejarah, menjadikan langkah seribu lantaran kekalahan telak “pelarian besar puluhan ribu li” dari wilayah selatan Tiongkok, dipropagandakan sebagai Long March guna“melawan Jepang di wilayah Utara” ; memperindah partai komunis yang hanya bersembunyi dan menonton Kuomintang melawan Jepang sebagai “Pilar/andalan utama dalam perang melawan agresor Jepang.”
PKT juga menjadikan perang saudara Tiongkok (Kuomintang melawan Kungjantang/PKT) sebagai “Perang pembebasan” ; menjadikan musibah “Kelaparan Besar” yang menyebabkan 30 juta jiwa mati kelaparan dipelintir menjadi “Tiga tahun bencana alam” ; semua tanggungjawab 10 tahun Revolusi Kebudayaan ditimpakan pada “Geng 4 orang.”
PKT juga menjadikan “Pembantaian 4 Juni 1989” dikemas menjadi “menindak kerusuhan kontra-revolusi” ; memfitnah praktisi Falun Gong yang mempraktikkan “Sejati, Baik, Sabar” sebagai iblis; bencana HAM yang mengakibatkan ribuan hingga jutaan orang dihukum kerja paksa, disiksa bahkan “organ mereka diambil secara hidup” dilukiskan menjadi “Periode terbaik untuk Hak Asasi Manusia di Tiongkok”, dan berkoar bahwa “RRT adalah Negara Taat Hukum.”
Terhadap eksternal, media ‘corong’ PKT mengeluarkan kebohongan besar, mencipta berita palsu untuk menipu masyarakat internasional dan menepuk dada sendiri sebagai pelayan ‘rakyat’, memamerkan pertumbuhan PDB hasil pengorbanan lingkungan ekologis dan hak-hak masyarakat.
Menghadapi sanggahan dari dunia luar, PKT memutuskan kapan gerbang negara dibuka, siapa yang diperbolehkan masuk, memperlihatkan apa kepada mereka dan apa yang disensor, boleh atau tidak bertemu dengan siapa.
Di sisi lain PKT setiap tahun menghabiskan US$ 10 miliar, meluncurkan ‘Kampanye Outreach’ yang komprehensif, mengatasnamakan dan mewujudkan ‘kekuatan lunak’ yang aslinya menginfiltrasikan ideologi komunisme terhadap dunia luar.
PKT juga menjulurkan pengontrolan ketat terhadap permasalahan internal diperluas hingga keluar negeri, turut campur secara tidak sah dari kebebasan berita media Barat dan berupaya menggoyahkan landasan dasar masyarakat demokrasi.
Di bekas Uni Soviet dan RRT,komunisme merampas kekuasaan negara. Di banyak negara bebas di Eropa dan AS, tren ideologi komunisme juga menimbulkan dampak sangat luas.
Misalnya di negara-negara tersebut meskipun belum muncul bentuk kekerasan seperti negara-negara komunis, tetapi pemungutan pajak tinggi dan kesejahteraan tinggi yang mereka laksanakan sebenarnya juga merupakan aliran yang serupa dengan pemikiran komunisme, yakni merampas kekayaan secara ‘sah’.
Selain itu, di negara-negara yang pemikiran komunismenya cenderung merajarela, kebanyakan muncul masalah ekonomi yang stagnan, perpecahan etnis dan penyelewengan tradisi.
- Tindakan anti-tradisional dan anti-kemanusiaan
Sistem politik, ekonomi, hukum dan pendidikan dari partai komunis adalah total anti-tradisional.
Demi berperan mendukung penindasan, taktik propaganda yang sering mereka gunakan adalah: Pengiblisan kelompok tertentu, misalnya seperti Petani Kaya, kaum Sayap Kanan, anasir Reaksioner, kaum Borjuis, golongan Revisionis, Preman 4 Juni, praktisi Falun Gong dan lain-lain, dengan menghasut kebencian masyarakat terhadap kelompok tertentu yang diserang.
Sistem propaganda PKT sudah lama terperosok sebagai mesin propaganda yang “anti-kemanusiaan” atau “genosida”, moralitas yang mereka sebarkan juga bersifat antikemanusiaan. (LIN/WHS/asr)
Bersambung