EpochTimesId – Keluarga awak kapal selam Argentina yang hilang menerima telepon yang memberitahukan bahwa ke-44 awak kapal tersebut telah tewas. Telpon tersebut datang ketika informasi beredar soal ledakan yang terjadi pada hari kapal tersebut hilang, seperti dikutip The EPoch Times dari Daily Mail.
Kerabat anggota awak yang hilang mengaku telah menerima telepon dari pejabat Angkatan Laut. Pejabat itu mengatakan bahwa semua orang yang berada di kapal selam itu tewas setelah ledakan yang terjadi pada kedalaman 600 sampai 3.000 kaki di bawah air pekan lalu.
Angkatan Laut Argentina belum secara resmi mengkonfirmasi kebenaran telepon tersebut. Mereka menyatakan bahwa upaya pencarian internasional masih terus berlanjut.
Sebuah suara abnormal terdeteksi di bawah air oleh sebuah badan internasional pada pagi hari tanggal 15 November 2017, sekitar waktu dimana kapal selam ARA San Juan mengirim sinyal terakhirnya dan di wilayah yang sama.
“Ya, itu konsisten dengan posisi sebuah ledakan,” ujar juru bicara angkatan laut Argentina, Enrique Balbi kepada para wartawan.
Angkatan laut tidak memiliki cukup informasi untuk mengatakan apa penyebab ledakan tersebut atau apakah kapal tersebut mungkin telah diserang, kata Balbi.
Luiz Tagliapietro, ayah dari salah satu pelaut, mengatakan kepada Daily Mail bahwa seorang pejabat Angkatan Laut menghubunginya untuk menyampaikan kabar bahwa anaknya, Damian Tagliapietro, telah meninggal.
“Bos anak saya menegaskan bahwa mereka semua sudah meninggal,” kata Tagliapietro kepada sebuah stasiun radio, dan dikutip oleh Daily Mail. “Tidak ada manusia yang bisa bertahan.”
“Mereka semua sudah mati. Saya tidak bisa banyak bicara,” lanjut Tagliapietro. “Mereka menelponku 15 menit yang lalu untuk memberitahuku bahwa itu meledak.”
Beberapa kerabat awak kapal menyalahkan Angkatan Laut karena menahan dan berusaha menutupi berita tentang ledakan tersebut.
“Menurut mereka, mereka baru tahu tentang ledakan itu saat ini, tapi siapa yang begitu bodoh mempercayainya?” Kata Itati Leguizamon, istri salah satu awak kapal. “Mereka memalukan. Mereka membohongi kita. ”
The Comprehensive Nuclear-Test-Ban Treaty Organization (CTBTO), sebuah badan internasional yang menjalankan jaringan global untuk mendengarkan siaran yang dirancang untuk memeriksa ledakan atom rahasia, mendeteksi ledakan tersebut.
Badan itu berbasis di Wina, Austria, di Benua Eropa. Namun mereka memiliki stasiun pemantauan yang dilengkapi dengan perangkat termasuk mikrofon bawah laut yang memindai samudera untuk gelombang suara.
Mereka mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa dua stasiunnya telah mendeteksi sinyal yang tidak biasa di dekat tempat kapal selam hilang. Tapi agensi ini lebih waspada tentang apakah ini disebabkan oleh ledakan.
Sebuah pencarian melalui laut dan udara skala besar telah dilakukan untuk San Juan, sebuah kapal selam bertenaga diesel buatan Jerman yang diluncurkan pada tahun 1983. Sementara kerabat awak kapal menunggu dengan cemas selama lebih dari seminggu setelah kapal tersebut hilang.
Kerabat, yang berkemah di sebuah pangkalan angkatan laut di kota pesisir Mar del Plata, sebagian besar optimis sampai satu hari kemarin. Namun kini mereka meneteskan air mata dan menghina pihak berwenang setelah diberitahu mengenai berita tentang kemungkinan ledakan tersebut. Mereka diberitahu tentang hal itu sebelum pengumuman publik.
Balbi mengatakan bahwa berita tentang suara abnormal itu konsisten dengan laporan terpisah yang diterima pada hari Rabu karena ‘anomali akustik’ di wilayah yang sama dan sekitar waktu yang sama. San Juan berjarak sekitar 270 mil dari pantai Patagonian saat mengirim sinyal terakhirnya.
“Ini sangat penting karena memungkinkan kita mengkorelasikan dan mengkonfirmasi anomali akustik dari laporan AS kemarin,” kata Balbi. “Ini, kita sedang membicarakan kejadian tunggal, singkat, keras, non-nuklir, yang konsisten dengan sebuah ledakan.”
Di Vienna, insinyur hidrokalemia CTBTO Mario Zampolli mengatakan bahwa sinyal yang diketahui oleh agensinya, “dapat konsisten dengan sebuah ledakan, namun tidak ada kepastian mengenai hal ini.”
Berbicara kepada Reuters, dia setuju dengan deskripsi Balbi mengenai sinyal tersebut sebagai tidak biasa dan singkat, menambahkan bahwa penyebabnya tidak alami.
Kapal selam itu dalam perjalanan dari Ushuaia, kota paling selatan di dunia, ke Mar del Plata, sekitar 250 mil selatan Buenos Aires, saat melaporkan adanya kerusakan listrik sesaat sebelum menghilang.
Kapal itu memiliki pasokan oksigen selama tujuh hari, yang berarti awak kapal akan kehabisan tenaga jika tidak bisa mengambang ke permukaan laut. (waa)