Di tengah krisis yang meningkat dalam perusahaan telekomunikasi Tiongkok ZTE, pemimpin Tiongkok Xi Jinping berbicara di sebuah konferensi untuk para ilmuwan dan insinyur tentang kebutuhan negara tersebut untuk menjadi mandiri secara teknologi.
“Hanya ketika kita telah sepenuhnya memahami teknologi kunci, dapatkah kita secara fundamental melindungi keamanan ekonomi dan nasional negara,” kata Xi pada 28 Mei, menurut sebuah transkrip yang diterbitkan oleh media pemerintah Xinhua.
Operasi-operasi telah terhenti di perusahaan telekomunikasi terbesar kedua di Tiongkok, setelah Amerika Serikat memberlakukan larangan yang melarang perusahaan-perusahaan AS menjual komponen-komponen teknologi atau perangkat lunak kepada ZTE. Hukuman tersebut dikeluarkan pada bulan April setelah ZTE ditemukan telah melanggar ketentuan perjanjian yang ditandatangani pada tahun 2017 karena melanggar sanksi AS terhadap Iran dan Korea Utara.
ZTE sangat bergantung pada chip dan modul optik yang diimpor dari AS untuk memproduksi smartphone-nya. Laporan tahun 2016 yang dikeluarkan oleh lembaga riset yang berafiliasi dengan rezim Tiongkok menemukan bahwa perusahaan tersebut membeli 53 persen chip dari perusahaan-perusahaan Amerika, senilai $3,1 miliar. Diperkirakan bahwa setiap sanksi AS akan memiliki efek yang merugikan pada ZTE dan industri teknologi Tiongkok pada umumnya.
Larangan ZTE baru-baru ini hanya menyoroti kesenjangan inovasi yang masih dihadapi Tiongkok karena berjuang untuk memproduksi chip-chip penting untuk memproduksi hampir semua perangkat elektronik. Bahkan, semikonduktor merupakan salah satu kategori impor terbesar Tiongkok berdasarkan nilainya.
Logo ZTE terlihat di gedung di Beijing pada 14 Mei 2018. (Wang Zhao / AFP / Getty Images)
Pidato Xi baru-baru ini menunjukkan betapa penting secara politik, dan mendesak, rezim Tiongkok memandang inovasi teknologi, karena ZTE telah terjerat dalam negosiasi perdagangan yang lebih luas antara Tiongkok dan Amerika Serikat.
Pemerintahan Presiden AS Donald Trump saat ini sedang bernegosiasi jalan bagi ZTE untuk terus menjalankan bisnisnya dan sebagai gantinya Tiongkok menghilangkan tarif pada barang-barang pertanian AS atau menyetujui untuk membeli lebih banyak impor AS, sumber mengatakan kepada Reuters.
Rejim Tiongkok telah menguraikan sebelumnya di dalam rencana-rencana ekonominya, Made in China 2025, bagaimana ia berusaha mencapai swasembada, dan kemudian akhirnya mendominasi rantai pasokan global, di 10 sektor teknologi utama.
Xi mengulangi ambisi tersebut di konferensi. “Kemandirian dan inovasi tak terelakkan di jalan kita untuk menjadi pemimpin sains dan teknologi dunia.”
Tarif-tarif hukuman Amerika Serikat pada produk-produk teknologi Tiongkok, diumumkan pada bulan Maret, telah menargetkan Made in China 2025 sebagai bukti skema strategis rezim Tiongkok untuk memperoleh dan mencuri kekayaan intelektual untuk kepentingan nasionalnya.
ZTE masuk ke dalam cetakan tersebut. Penerbit teknologi Taiwan, IP Observer, menemukan bahwa antara tahun 2009 dan Juni 2017, ZTE adalah terdakwa di lebih dari 140 tuntutan hukum paten di Amerika Serikat. Di seluruh dunia, ia menghadapi lebih dari 240 tuntutan hukum, termasuk di Tiongkok, Jerman, Belanda, Prancis, Kanada, Australia, dan India.
Kembali pada bulan Oktober 2017, Departemen Perdagangan AS menerbitkan penyelidikannya terhadap ZTE, merinci bagaimana hal itu terlibat dalam praktik-praktik curang dalam hubungannya dengan Iran, seperti memberi label transaksi dengan Iran diubah menjadi Qatar sebagai gantinya; menawarkan penghargaan uang kepada staf untuk menyelesaikan proyek-proyek dengan Iran; dan mencari pihak ketiga untuk bertindak sebagai perantara bagi pengiriman barang-barang di sana.
Situs teknologi Techcrunch juga menemukan bahwa ZTE menolak membayar royalti selama menggunakan kekayaan intelektual perusahaan-perusahaan lain. (ran)
Epochtimes.id- Polisi federal India pada Selasa (29/05/2018) menggeledah kantor maskapai penerbangan AirAsia karena para penyelidik menuduh bos perusahaan itu yakni Tony Fernandes mendapatkan lisensi secara ilegal.
Biro Investigasi Pusat mengatakan sedang menyelidiki dugaan bahwa Fernandes melobi pejabat India agar mendapatkan perlakuan yang menguntungkan mengenai lisensi untuk maskapai berbiaya rendah.
“Kami telah mengajukan kasus terhadap Pimpinan Air Asia Tony Fernandes, rekan-rekannya dan pejabat pemerintah atas pengadaan lisensi secara ilegal,” kata pejabat CBI, R.K. Kata Gaur seperti ditulis AFP.
“Penyelidik menggeledah kantor-kantor AirAsia di kota-kota besar India sebagai bagian dari penyelidikannya,” tambahnya.
Fernandes dituduh oleh para penyelidik melobi untuk memiliki peraturan penerbangan yang mudah demi keuntungannya seperti dilaporkan Press Trust of India (PTI).
Salah satunya adalah apa yang disebut aturan 5/20 menetapkan bahwa perusahaan harus memiliki lima tahun pengalaman domestik dan armada 20 pesawat sebelum memenuhi syarat untuk beroperasi di luar negeri.
Selain Fernandes, para penyidik juga menunjuk seorang direktur AirAsia, konsultan penerbangan dan pejabat pemerintah India yang tidak dikenal dalam kasus pendahuluannya seperti laporan PTI.
AirAsia dan mitra joint venture lokalnya Tata Sons meluncurkan operasi penerbangan domestik di India pada tahun 2014 dengan menawarkan promosi menarik untuk memikat para pelancong.
Fernandes, seorang mantan eksekutif musik jutawan, telah menjadikan dirinya sebagai jawaban Asia bagi taipan Inggris Richard Branson.
Perusahaan itu mendapat masalah bulan ini ketika CEO Air Asia India, Amar Abrol mengundurkan diri.
Maskapai penerbangan berbiaya rendah ini mengoperasikan penerbangan dari pangkalan-pangkalannya di Bengaluru dan Delhi ke beberapa kota termasuk Goa, Jaipur dan Kochi.
Seorang juru bicara untuk AirAsia tidak segera mengomentari kasus tersebut ketika dihubungi oleh AFP. (asr)
EpochTimesId – Seorang sumber yang mengetahui masalah memberikan informasi kepada Bloomberg bahwa Tiongkok akan membeli batubara Amerika Serikat. Rencana itu untuk mengurangi defisit perdagangan dengan AS. Tiongkok dikabarkan melirik batubara dari negara bagian Virginia Barat.
Amerika juga menghasilkan batubara dari negara bagian lain. Namun, kemungkinan bahwa Tiongkok juga akan membeli batubara yang dihasilkan oleh negara bagian lainnya, masih belum mencapai keputusan akhir.
Menurut data yang dikumpulkan oleh pabean Tiongkok, tahun 2017 Tiongkok telah mengimpor batubara sebanyak 271 juta ton. Impor terbanyak dari Indonesia, yang jumlahnya mencapai 109 juta ton, diikuti oleh Australia 79,9 juta ton berat dan dari Amerika Serikat sebanyak 3,2 juta ton.
Pada pertengan bulan Mei, negosiasi perdagangan putaran kedua diadakan di Washington DC. Pada 19 Mei kedua belah pihak mengeluarkan pernyataan bersama yang isinya mengenai Tiongkok berjanji akan memperbesar jumlah pembelian komoditas ekspor Amerika Serikat.
Tiongkok akan membeli produk pertanian dan produk-produk energi, dalam rangka mengurangi defisit perdagangan AS. Defisit itu kini jumlahnya mencapai 375 miliar Dolar AS. Janji Tiongkok sekaligus demi meredakan konflik perdagangan antara kedua negara.
Kebutuhan akan batubara dalam struktur energi Tiongkok masih tetap tinggi. Menurut Energy Information Administration (EIA) AS bahwa, pembangkit listrik tenaga batubara Tiongkok menyumbang 72 persen dari kapasitas listrik negara tersebut pada tahun 2015. EIA memperkirakan bahwa proporsi ini akan terus menurun hingga di bawah 50 persen pada tahun 2040.
Andrew Cosgrove, seorang analis dari Bloomberg Intelligence mengatakan, jika harga rata-rata batubara AS ditetapkan sebesar 122 Dolar AS per ton sebagai dasar perhitungan, maka ekspor batubara AS ke Tiongkok tahun lalu (2017) bernilai sekitar 395 juta Dolar AS. Sekitar 90 persen batubara metalurgi digunakan untuk industri besi dan baja.
Menurut statistik EIA, pada tahun 2017 ekspor batubara AS ke negara-negara Asia meningkatkan lebih dari dua kali lipat jumlahnya menjadi 32,8 juta ton. Sementara volume ekspor global meningkat 61 persen dibandingkan tahun sebelumnya. India adalah eksportir terbesar.
Presiden Trump berjanji untuk merevitalisasi industri batubara selama kampanyenya pada tahun 2016. Dan setelah menjabat, ia menandatangani surat instruksi yang menghapus peraturan tentang perlindungan sungai dari penambangan batubara pada bulan Februari 2017.
Pada Oktober 2017, administrasi Trump mengusulkan penghapusan American Clean Energy and Security Act (Undang-Undang Energi Bersih dan Keamanan Amerika Serikat). Undang-undang tersebut bertujuan untuk mengurangi emisi CO2 dari pusat pembangkit listrik di AS.
Menurut statistik EIA, produksi batubara Virginia Barat menyumbang 11 persen dari total produksi AS. Batubara yang diproduksi di Virginia Barat sebagian besar merupakan batubara bitumen dengan berbagai kandungan sulfur. Sekitar 75 persen batubara Virginia Barat dijual ke negara bagian bagian AS lainnya, dan juga diekspor ke negara lain. (Wu Ying/ET/Sinatra/waa)
Canadian International Trade Tribunal (CITT) mengatakan pada 28 Mei bahwa mereka telah memulai penyelidikan pendahuluan tentang dumping baja yang diimpor dari Tiongkok, Vietnam, dan Korea Selatan.
Tribunal akan menyelidiki apakah dugaan dumping dan mensubsidi “produk-produk lembaran plat gulungan canai dingin dari baja karbon” dari negara-negara tersebut telah merugikan industri baja Kanada.
CITT, yang beroperasi di dalam sistem perbaikan perdagangan Kanada serta melapor ke parlemen, mengatakan akan menentukan hasil investigasi tersebut pada 24 Juli dan akan memberikan alasan untuk hal yang sama pada 8 Agustus.
Langkah-langkah Kanada mengikuti tindakan AS dari minggu lalu ketika Departemen Perdagangan Amerika Serikat telah memberlakukan bea impor yang tinggi pada produk-produk baja dari Vietnam yang berasal dari Tiongkok, setelah sebuah temuan terakhir mereka menghindari pesanan-pesanan anti dumping dan anti subsidi dari AS.
Industri baja global sedang berjuang dengan kapasitas produksi berlebih, yang sebagian besar berlokasi di Tiongkok, yang telah menekan harga. (ran)
EpochTimesId – Jika Anda pernah berkunjung ke Tiongkok, Anda mungkin sering melihat orang-orang menikmati dan berlatih berbagai bentuk latihan qigong di tempat terbuka, sebagian besar di taman. Ada satu bentuk ‘qigong’, yang kemudian menjadi semakin popular. Tidak terhitung jumlah orang yang berkumpul setiap pagi untuk melakukan latihan yang lembut dan lambat selama satu atau dua jam.
Mereka datang dari semua lapisan masyarakat dan dari segala usia, berlatih sebelum berangkat kerja atau pergi sekolah. Apa nama latihan qigong yang harmonis ini? Mengapa orang begitu tertarik pada yang satu ini? Dan mengapa semua orang ini seakan ‘menghilang’ sejak pertengahan tahun 1999?
Asal-usul qigong di Tiongkok sangat dalam. Orang-orang kebanyakan tertarik pada qigong karena efek positifnya pada kesehatan tubuh. Qigong adalah sistem latihan meditasi Tiongkok, dan ada banyak jenisnya.
Namun, ada lebih banyak praktik qigong palsu daripada yang asli di Tiongkok, yang menyebabkan banyak kekecewaan dan ketidakpercayaan terhadap qigong. Banyak orang yang dijuluki ‘master qigong’ menipu orang-orang demi uang.
Akan tetapi, ada satu jenis qigong yang muncul pada tahun 1992, yang belum pernah didengar oleh siapa pun sebelumnya. Latihan itu benar-benar gratis dan mendorong orang-orang untuk meningkatkan diri dari dalam. Orang-orang Tionghoa mengidentifikasi itu sebagai bentuk asli dari qigong.
Diperkenalkan oleh Guru Li Hongzhi, Falun Gong, juga disebut sebagai Falun Dafa, menjadi buah bibir pada era-1990-an. Orang-orang di seluruh negeri memberi tahu teman-teman dan keluarga mereka untuk berlatih bentuk qigong ini, karena diyakini sebagai wujud sejati qigong asli.
Banyak orang yang menceritakan manfaat yang diperoleh setelah berlatih Falun Gong, berupa peningkatan kesehatan mental dan fisik. Banyak orang mendapat manfaat berupa kesembuhan dari penyakit yang tidak bisa disembuhkan dengan obat dan perawatan rumah sakit.
Seorang praktisi yang menghadiri ceramah Guru Li di Kota Lingyuan, Provinsi Liaoning, pada tahun 1994 menulis, “Selama seri ceramah tujuh hari, banyak peserta mengalami kesembuhan dari penyakit yang menakjubkan, termasuk seorang wanita dengan kanker payudara stadium dua, seorang pria yang kakinya sakit dalam kecelakaan sepeda, seorang wanita yang telah terbaring di tempat tidur selama bertahun-tahun, seorang peserta dengan bronkhitis kronik, dan seorang wanita yang setengah lumpuh.”
Pada tahun 1993, Master Li Hongzhi memenangkan semua hadiah utama pada Pameran Kesehatan Oriental 1993 yang diselenggarakan di Beijing, termasuk “Progresi Ilmiah Pelopor Terbaik” dan “Hadiah Emas Khusus”. Dia juga dianugerahi gelar “Master Qigong Paling Populer”. Sedangkan Falun Dafa juga diakui sebagai sekolah “Bintang Qigong “.
Orang-orang yang berlatih Falun Gong, tidak hanya untuk latihan senam dan meditasinya. Mereka juga menekuni komponen pengajaran dan latihan moral (kultivasi), yang terangkum dalam tiga kata, “Sejati, Baik, Sabar”.
Mereka yang memiliki emosi buruk mampu memperbaiki diri dan menjadi lebih toleran. Mereka yang memiliki hubungan yang tegang dan renggang dengan pasangan atau anggota keluarga, kemudian berhasil mengembalikan suasana rumah yang harmonis. Mereka yang menjadi mahasiswa atau pekerja akan fokus pada bagaimana menjadi pelajar yang lebih baik atau pekerja yang lebih baik. Orang-orang ini terinspirasi untuk berperilaku sesuai dengan standar moral yang lebih tinggi.
Media pemerintah Tiongkok waktu itu juga memberitakan tentang kebaikan Falun Gong. Mereka memperkirakan jumlah praktisi Falun Gong pada tahun 1999 sekitar 100 juta.
Informasi tentang perangkatan latihan jiwa dan raga ini terus menyebar dari mulut ke mulut. Bahkan, para pejabat tinggi dari rezim penguasa Tiongkok juga turut berlatih dan berkultivasi. Namun, semua ini berubah ketika pemimpin Partai kala itu, Jiang Zemin menganggap popularitas Falun Gong sebagai ancaman terhadap pemerintahan otoriter dan totaliter rezim komunis.
Diktator Jiang memerintahkan pasukan keamanan rezim untuk ‘memberantas’ latihan jiwa dan raga itu. Mereka juga melakukan propaganda fitnah terhadap Falun Gong, yang melibatkan seluruh aparat media yang dikelola pemerintah Tiongkok. Tujuan fitnah adalah untuk mengubah opini publik terhadap Falun Gong.
“Rusak reputasi mereka, membangkrutkan mereka secara finansial, dan hancurkan mereka secara fisik,” adalah instruksi Jiang kepada Kementerian Keamanan Publik dan polisi.
Ketika kampanye genosida ini dimulai, sebuah teror melanda seluruh Tiongkok. Tidak ada yang berani menyebut kata-kata “Falun Gong,” atau “Sejati-Baik-Sabar.” Jika mereka melakukannya, mereka berisiko diangkap, disiksa, dan bahkan tewas di tangan polisi Tiongkok. Industri telekomunikasi dan internet yang sangat disensor di Tiongkok dimanfaatkan untuk mendeteksi kata-kata ini, dan polisi langsung dikirim setelah melacak asal pengguna internet.
Begitulah, 100 juta praktisi Falun Gong, yang terbiasa menikmati latihan meditasi ini di taman nasional, tidak sanggup lagi melakukannya.
Diktator Jiang juga mendirikan organisasi ekstralegal yang dikenal sebagai “kantor 610”. Kantor itu ditugasi untuk mengawasi penganiayaan, dan hanya menangani penganiayaan. Mereka menggunakan PDB negara dan investasi asing untuk mendorong penganiayaan. Menurut laporan dari ‘Freedom House’, “Perkiraan anggaran tahunan untuk semua kantor cabang nasional 610 adalah 879 juta yuan (sekitar US $ 135 juta).”
Lebih mengejutkan lagi, Partai komunis China menggunakan praktisi Falun Gong yang tak terhitung jumlahnya yang mendekam di penjara sebagai ladang organ. Praktisi mendapati darah mereka diambil dan diuji, kemudian organ tubuh mereka juga diambil dan dirampas. Laporan 21 Juni 2016 di The Epoch Times mengungkapkan bahwa Jiang Zemin memerintahkan pengambilan organ tubuh dari praktisi Falun Gong.
“Pada saat itu, itu Ketua Jiang. Ada instruksi untuk memulai hal ini, transplantasi organ,” kata Bai Shuzhong, mantan menteri Kesehatan dari Departemen Logistik Umum Tentara Pembebasan Rakyat.
Setiap kali seseorang terbang ke Tiongkok untuk transplantasi organ, mereka tidak menyadari bahwa mereka akan terlibat dalam pembunuhan. Bagi seorang praktisi Falun Gong, darah yang diambil dicocokkan dengan pasien. Mereka kemudian dibunuh jika data medis sesuai dengan permintaan transplantasi organ.
Banyak yang bertanya-tanya, mengapa Tiongkok dapat menjamin donor organ yang cocok dalam hitungan hari. Padahal negara lain di seluruh dunia membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk mendapatkan donor organ yang tepat. Itulah alasannya!
Setelah investigasi ekstensif terhadap sindikat panen-organ Tiongkok, Mantan Menteri Kanada, untuk Urusan Asia-Pasifik, Hon. David Kilgour, JD menegaskan, “kami sampai pada kesimpulan yang disesalkan bahwa dugaan ini (panen organ tubuh) benar.”
Jurnalis investigasi Ethan Gutmann menyebutnya sebagai “bentuk baru genosida”.
Kepedulian tentang pengambilan organ tubuh dari korban yang masih hidup oleh rezim komunis yang didukung negara terus dikampanyekan. Orang-orang di seluruh dunia pun menandatangani petisi untuk meminta pemerintah mereka agar mendesak rezim Tiongkok menghentikan panen organ dan pembebasan semua praktisi Falun Gong. Petisi mendesak agar penganiayaan terhadap Falun Gong segera dihentikan.
BEIJING – Amerika Serikat mendorong Tiongkok untuk membatalkan larangan impor daging unggas AS sebagai bagian dari pembicaraan perdagangan, menurut tiga sumber yang menjelaskan masalah ini, mengincar potensi $600 juta pasar untuk kaki ayam dan bagian-bagian lainnya.
Seiring dengan akses yang lebih baik untuk tanaman rekayasa genetika, masalah ini akan menjadi prioritas utama sejak Sekrataris Menteri Pertanian AS, Ted McKinney, menuju ke Beijing minggu ini sebagai bagian dari delegasi perdagangan AS, kata sumber tersebut.
Tiongkok sudah mengimpor sekitar $1 miliar unggas per tahun dari negara lain dan menyumbang sebagian besar perdagangan dunia dengan kaki ayam, hidangan khusus di banyak daerah dan makanan ringan yang populer di seluruh negeri tersebut.
Washington ingin Beijing mengakhiri larangan produk AS yang diberlakukan pada Januari 2015 setelah merebaknya flu burung. Industri tersebut percaya hal itu dapat dengan cepat membangun kembali posisinya melawan pesaing seperti Brasil.
“Unggas-unggas kita lebih besar. Tiongkok memiliki pilihan untuk cakar berukuran jumbo,” kata Sarah Li, Direktur Greater China dari Dewan Ekspor Unggas dan Telur AS, mengarah pada sebuah nama industri untuk kaki ayam.
Pembicaraan tersebut dilakukan ketika kedua belah pihak mendekati kesepakatan agar Tiongkok dapat memotong tarif pada impor mobil dan membeli lebih banyak barang-barang pertanian Amerika dengan imbalan Washington mencabut larangannya pada perusahaan-perusahaan AS yang memasok perusahaan telekomunikasi Tiongkok, ZTE.
Presiden AS Donald Trump tampiluntuk mengkonfirmasi penangguhan hukuman ZTE dalam tweet pada tanggal 25 Mei.
Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA) tidak menanggapi permintaan untuk memberikan komentar pada 28 Mei, yang merupakan hari libur nasional.
Administrasi Umum Bea Cukai Tiongkok, yang menangani masalah karantina untuk impor pertanian, tidak menanggapi faks yang mencari komentar tentang masalah tersebut. Kementerian Pertanian dan Urusan Pedesaan tidak menanggapi faks yang mencari komentar.
Larangan yang Tampak ‘Ketinggalan Zaman’
Di antara banyak masalah yang ingin diselesaikan Washington untuk meningkatkan akses pasar dan meningkatkan penjualan komoditi pertaniannya, unggas adalah “salah satu dari komoditi utama,” kata salah satu sumber yang telah diberitahu tentang masalah ini.
Beijing telah menghapus tarif anti dumping pada unggas AS pada Februari setelah delapan tahun, namun larangan flu burung tahun 2015 tetap berlaku.
Washington telah mengatakan pembatasan-pembatasan tidak lagi berlaku pada kasus terakhir dari bentuk virus yang sangat mematikan tersebut yang telah dilaporkan lebih dari setahun yang lalu.
Amerika Serikat, seperti negara-negara lain, juga berpendapat bahwa larangan-larangan semacam itu seharusnya dibatasi untuk wilayah-wilayah atau negara-negara di mana sebuah kasus ditemukan.
Sejak larangan tersebut, sebagian kaki ayam AS dijual ke Hong Kong atau Vietnam, sementara sisanya diubah untuk digunakan dalam pakan ternak, kata Li dari Dewan Ekspor Unggas dan Telur AS.
“Kita percaya tidak ada kekhawatiran teknis tentang wabah [flu burung] di AS,” katanya, mengutip umpan balik positif dari pejabat Tiongkok setelah inspeksi situs di Amerika Serikat musim panas lalu.
Nilai potensial ekspor daging unggas AS ke Tiongkok diperkirakan mencapai $600 juta, menurut salah satu sumber.
Akses untuk unggas dan produk-produk lain telah diangkat oleh Menteri Pertanian McKinney pada perjalanan Tiongkok dua minggu lalu, menurut pernyataan dari administrasi Bea Cukai yang dirilis setelah pembicaraan tersebut.
Rezim Tiongkok, sementara itu, masih mencari akses untuk produk unggas yang telah dimasak di pasar AS. Saat ini, Tiongkok dapat mengekspor daging unggas matang yang telah diproses di Tiongkok, tetapi hewan-hewan tersebut harus dibesarkan dan dipotong di Kanada, Chili, atau Amerika Serikat.
Juli lalu, pengiriman pertama ayam matang dari Tiongkok tiba di Amerika Serikat, menurut laporan Washington Post, tetapi kelompok konsumen menyatakan keprihatinan tentang risiko kesehatan masyarakat, mengingat catatan keamanan makanan Tiongkok yang buruk. Ayam dari Tiongkok tidak akan diberi label, dan Qingdao Nine-Alliance Group, eksportir Tiongkok pertama, tidak menyebutkan nama merek produk-produk tersebut akan dijual di bawah harga, menurut laporan itu.
USDA sejak itu telah mengusulkan sebuah aturan yang akan memungkinkan ayam Tiongkok ditingkatkan ke dalam Amerika Serikat. Mengutip para mantan pejabat USDA, Post tersebut melaporkan bahwa para perunding perdagangan Tiongkok telah meminta persetujuan unggas Tiongkok sebagai pertukaran untuk membuka pasar ke lebih banyak barang AS. (ran)
EpochTimesId – Salah satu pejabat tinggi Korea Utara akan datang ke New York, Amerika Serikat. Dia akan bertemu dengan Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo.
Sementara itu, pertemuan delegasi dua negara juga sedang berlangsung di Korea Utara. Pertemuan tersebut dan pengiriman utusan Korut ke AS, adalah persiapan pertemuan puncak antara Trump dan diktator komunis Kim Jong Un. KTT rencananya akan digelar pada 12 Juni di Singapura.
“Kami telah menempatkan tim yang hebat bersama untuk pembicaraan kami dengan Korea Utara,” kata Trump di Twitter pada hari Selasa, 29 Mei 2018 waktu AS. “Pertemuan saat ini sedang berlangsung mengenai KTT, dan banyak lagi. Kim Young Chol, Wakil Ketua Korea Utara, menuju ke New York. Tanggapan yang konkret untuk surat saya, terima kasih!”
Kim Yong Chol, adalah wakil ketua Partai Buruh Korea. Di sebelumnya juga pernah menjabat direktur Biro Pengintaian Umum, badan intelijen utama Utara.
Dia akan bertemu dengan Menlu AS, Mike Pompeo akhir pekan ini, Gedung Putih mengatakan dalam rilis Selasa sore. Jika benar-benar berlangsung, ini akan menjadi pertemuan pejabat Korea Utara yang paling senior untuk bertemu dengan pejabat tinggi di Amerika Serikat sejak tahun 2000.
Selama pertemuan bersejarah para pemimpin Utara dan Selatan pada tanggal 27 April, mereka sepakat untuk mencari ‘denuklirisasi penuh’ dari semenanjung Korea. Rencana itu sudah dimulai untuk KTT Kim Jong Un dengan Trump.
Trump sempat menyatakan mundur dari pertemuan 12 Juni (Singapura) pekan lalu. Trump mengirim surat kepada Kim Jong-un setelah Korea Utara mundur dari pertemuan kedua yang dijadwalkan dengan Korea Selatan. Trump mengancam akan membatalkan pertemuan puncak, karena Korut meningkatkan prospek perang nuklir, dan menghina Wakil Presiden Mike Pence.
“Saya sangat menantikan untuk berada di sana bersama Anda. Sayangnya, berdasarkan kemarahan yang luar biasa dan permusuhan terbuka yang ditampilkan dalam pernyataan terbaru Anda, saya merasa itu tidak pantas. Pada saat ini, untuk memiliki pertemuan yang direncanakan (sejak) lama ini,” tulis Trump dalam surat yang diterbitkan kepada Kim Jong Un.
Korea Utara menanggapi dengan pernyataan damai dan Trump kembali menanggapi pada 25 Mei, “pembicaraan yang sangat produktif sedang dilakukan untuk mengembalikan (tetap menggelar) KTT itu.”
Presiden Korea Selatan, Moon Jae-in mengadakan pertemuan kejutan dengan Kim Jong Un pada Sabtu, 26 Mei 2018 di desa perbatasan Panmunjom, perbatasan antara Utara dan Selatan.
“Kedua pemimpin secara terbuka bertukar pandangan tentang hubungan Korea Utara-AS. KTT yang berhasil dan tentang penerapan Deklarasi Panmunjom,” kata juru bicara kepresidenan Korea Selatan dalam sebuah pernyataan.
Dan pada hari Minggu, Departemen Luar Negeri AS mengatakan bahwa para pejabat Amerika dan Korea Utara telah bertemu di Panmunjom. Sung Kim, mantan duta besar AS untuk Korea Selatan dan duta besar saat ini untuk Filipina, memimpin delegasi Amerika itu, seorang pejabat Amerika mengatakan kepada Reuters.
Persiapan KTT, hingga kini tampaknya berjalan lancar.
Kepala staf de fakto Kim Jong Un, Kim Chang Son, sementara itu, terbang ke Singapura melalui Beijing pada Senin malam, penyiar NHK Jepang melaporkan.
Pada saat yang sama, tim ‘pra-muka AS’ melakukan perjalanan ke Singapura untuk bertemu dengan Korea Utara, kata Gedung Putih.
Pejabat pemerintah AS, termasuk wakil kepala staf Gedung Putih untuk operasi Joe Hagin, meninggalkan Pangkalan Udara Yokota AS di Jepang menuju Singapura pada Senin (28/5/2018), kata NHK.
Choe Kang Il, seorang pejabat kementerian luar negeri Korea Utara yang terlibat dengan masalah Amerika Utara, juga terlihat di Bandara Internasional Ibu Kota Beijing, menurut Yonhap. Laporan itu tidak mengatakan apakah Choe menemani Kim Yong Chol.
Kim Yong Chol telah menjadi pemain sentral dalam negosiasi baru-baru ini antara Korea Utara dan Korea Selatan, serta Amerika Serikat.
Dia adalah bagian dari delegasi Korea Utara untuk upacara penutupan Olimpiade Musim Dingin 2018 di Korea Selatan; Ia bergabung dengan Kim Jong Un dalam dua pertemuannya dengan Presiden Korea Selatan, Moon Jae-in pada bulan April dan Mei; dan menjadi tuan rumah bagi Pompeo ketika dia mengunjungi Pyongyang paling awal awal bulan ini.
Amerika Serikat dan Korea Selatan memasukkan Kim Yong Chol dalam daftar hitam, karena mendukung program nuklir dan rudal Korea Utara pada tahun 2010 dan 2016.
Karena sanksi terhadapnya, Kim Yong Chol dilarang mengunjungi Amerika Serikat secara normal. Setiap kunjungan ke Amerika Serikat akan diberikan pengecualian untuk urusan-urusan tertentu.
Selama masa jabatannya sebagai pejabat intelijen senior, Kim Yong Chol dituduh oleh Korea Selatan mendalangi serangan mematikan pada kapal angkatan laut Korea Selatan dan sebuah pulau pada tahun 2010. Dia juga dikaitkan oleh intelijen AS dalam serangan cyber pada Sony Pictures pada tahun 2014. Korea membantah terlibat dalam serangan itu.
(Laporan Reporter Epoch Times, Ivan Pentchoukov dan Reuters/Petr Svab/The Epoch Times/waa)
Simak juga, Pengakuan Dokter yang Dipaksa Panen Organ Hidup :
https://youtu.be/0x2fRjqhmTA
Pada 8 Mei, Presiden AS Trump mengumumkan pengunduran dirinya dari perjanjian nuklir Iran, yang menyebabkan dampak besar pada komunitas internasional.
Selain Iran yang paling terpukul adalah Tiongkok komunis.
Jika Amerika Serikat menerapkan sanksi ekonomi tingkat tertinggi sanksi ekonomi, Tiongkok akan menderita kerugian besar.
oleh Wang He – EpochWeekly
Amerika Serikat menarik diri dari perjanjian nuklir Iran dan mereformasi tatanan internasional
Pada 8 Mei Presiden Trump mengumumkan pengunduran diri AS dari perjanjian nuklir Iran. Ini merupakan peristiwa besar bagi Amerika Serikat yang mulai meninggalkan kebijakan peredaan (Appeasement-ism), dan berkehendak untuk mereformasi tatanan internasional, pergeseran posisi strategis AS ini jelas mengejutkan otoritas Beijing.
Pada Tahun 2015, Inggris, Prancis, Jerman, Amerika Serikat, Rusia, dan Tiongkok mencapai kesepakatan dengan Iran berupa pencabutan sanksi ekonomi yang diberlakukan kepada Iran bila pihak berwenang Teheran bersedia mengekang program nuklir mereka.
Tetapi, “Perjanjian tersebut pada dasarnya cacat” (bahasa Trump), di satu sisi, kesepakatan nuklir ini hanya memberikan kesempatan kepada Iran untuk bernapas, bahkan itu sebagai alasan untuk memberi kelonggaran atau mencabut sanksi ekonomi terhadap mereka. Memberikan kesempatan kepada Iran untuk menata kembali kekuatan ekonominya. Dan sepuluh tahun kemudian, Iran masih akan memulai kembali program nuklirnya.
Di sisi lain, perjanjian nuklir tidak memasukkan program rudal balistik Iran dan dengan cara bagaimana untuk mengekang aktivitas Iran di wilayah tersebut ke dalam perjanjian nuklir, tetapi hanya murni menargetkan kegiatan nuklir Iran, oleh karena itu tidak komprehensif.
Pada saat itu, para pemerintah negara Inggris, Jerman, Prancis, Amerika Serikat bukannya tidak menyadari adanya cacat ini, tetapi semata karena mementingkan kemudah dan kepentingan sesaat, sehingga membiarkan itu tanpa koreksi, menerapkan kebijakan paliatif terhadap Iran.
Dalam hal ini, Otoritas Beijing tidak hanya senang dengan hasil yang dicapai, tetapi juga menggunakan teori yang disimpangkan untuk mendukung, mendorong, dan memperluas ideologi peredaan Barat. Untuk waktu yang lama, rezim Tiongkok komunis sendiri juga mendapat manfaat dari kebijakan kompromi Barat seperti itu.
Trump mengumumkan bahwa sanksi terhadap Iran akan kembali diterapkan
Ideologi peredaan (apeasement-ism) Barat menjadi kedaluwarsa seiring dengan naiknya seorang politikus yang memiliki kemampuan untuk bertindak, memiliki visi strategis, dan berani mengambilan keputusan politik sebagai Presiden Amerika Serikat. Sebuah era baru mulai tumbuh. Tali yang menjerat leher Tiongkok komunis mulai mengencang. Dengan mundurnya AS dari perjanjian nuklir Iran, Tiongkok menyadari kalau dirinya terpukul tetapi tidak berani bertanya / berkomentar.
yang kedua, Trump mengumumkan bahwa AS akan memulai kembali menerapkan sanksi terhadap Iran, pada saat yang sama memberi pukulan terhadap kepentingan Partai Komunis Tiongkok di Iran.
Secara strategis, aliansi kepentingan Tiongkok – Rusia – Iran menimbulkan ancaman besar bagi Amerika Serikat. Trump menggunakan kesempatan keluar dari perjanjian nuklir Iran untuk mempersempit ruang strategis Partai Komunis Tiongkok.
Secara ekonomi, cadangan minyak dan gas alam Iran sangat besar, menurut data pelacakan kapal yang dibuat oleh Thomson Reuters Corporation, pembeli minyak mentah Iran terbesar adalah Tiongkok (impor Tiongkok pada pertengahan tahun 2016 mencapai sekitar 900.000 barel per hari, namun pada tahun 2018 angka ini telah menurun menjadi sekitar 600.000 barel per hari).
Tiongkok juga memiliki banyak kontrak karya yang bernilai sangat besar di Iran (terutama pembangunan infrastruktur, fasilitas petrokimia yang jumlahnya mungkin mencapai miliaran Dolar AS). Periode kontraknya pun panjang, ada yang sampai belasan bahkan puluhan tahun lamanya,
Perusahaan BUMN Tiongkok seperti PetroChina, China Railway masing-masing memiliki kantor kerjanya di Iran. Komoditas Tiongkok yang diekspor ke Iran macamnya cukup banyak termasuk perdagangan senjata.
Saat ini, perang ekonomi dan perdagangan AS – Tiongkok nyaris meletus. ZTE, salah satu perusahaan telekomunikasi terbesar Tiongkok terkena embargo akibat melanggar sanksi AS terhadap Iran.
Departemen Perdagangan AS pada 16 April mengumumkan pelaksanaan embargo teknologi selama jangka waktu tujuh tahun hingga tahun 2025, melarang perusahaan Amerika menjual perangkat lunak dan teknologi kepada ZTE. Pada 9 Mei, ZTE mengumumkan bahwa kegiatan bisnis utama perusahaan tidak dapat dilanjutkan. Perusahaan raksasa komunikasi Tiongkok lainnya Huawei juga sedang diselidiki oleh Departemen Kehakiman AS menyangkut dugaan melanggar sanksi AS terhadap Iran.
Dapat diperkirakan bahwa jika Amerika Serikat menerapkan sanksi ekonomi tingkat tertinggi terhadap Iran, maka Tiongkok komunis juga akan menderita kerugian besar.
Pendirian Tiongkok tentang program nuklir Korut terpukul oleh KTT Trump – Kim Jong-un
Ketiga, Amerika Serikat menarik diri dari perjanjian nuklir Iran akan berdampak besar pada KTT Trump – Kim Jong-un yang akan datang, dan memukul pendirian Tiongkok tentang program nuklir Korea Utara.
Di bawah tekanan strategi Trump, Kim Jong-un terpaksa pergi ke meja perundingan. Satu-satunya ‘kartu AS’ yang dapat ia mainkan adalah Tiongkok. Tetapi Tiongkok di satu sisi khawatir akan terdepak dari situasi terbaru di Korea Utara, dan pada saat yang sama, ia ingin menggunakan ‘kartu Korea Utara’ untuk menambah poin dalam perang dagang dengan AS.
Oleh karena itu, adegan dramatis terjadi, Kim Jong-un dan Xi Jinping yang masing-masing menjabat sebagai kepala negara pada 2011 dan 2012 tidak saling bertemu selama bertahun-tahun, tetapi tiba-tiba 2 kali bertemu secara rahasia dalam waktu 40 hari menjelang KTT Trump – Kim.
Setelah Kim Jong-un kembali menemui Xi Jinping di Dalian pada 7 – 8 Mei, media resmi Tiongkok mengatakan bahwa kedua negara sepakat dalam melakukan penghentian program pengembangan nuklir, Korea Utara akan menggunakan metode bertahap dan disinkronkan. Ini jelas berlawanan dengan keinginan Amerika Serikat.
Menurut laporan Wall Street Journal, ketika Mike Pompeo mengunjungi Korea Utara untuk bertemu dengan Kim Jong-un pada 1 April lalu, Kim Jong-un menyiratkan keinginannya untuk melaksanakan denuklirisasi secara bertahap. tetapi Pompeo langsung menolak.
Pompeo juga menegaskan bahwa Korut jangan berharap untuk memperoleh imbalan sebelum pelaksanaan.
Bahkan, Amerika Serikat dan Korea Utara pada 21 Oktober 1994 telah menandatangani ‘Perjanjian Kerangka Kerja Nuklir’ yang isinya berupa Korea Utara dapat menerima bantuan ekonomi dari AS jika membekukan fasilitas senjata nuklirnya, dan melonggarkan sanksi.
Namun, Korea Utara telah menipu Amerika Serikat, ia selain tidak meninggalkan senjata nuklir, malahan menggunakan dukungan ekonomi dari AS untuk mempercepat program pengembangan senjata nuklir.
Mengenai masalah nuklir Korea Utara, sikap pemerintahan Trump sangat jelas : Denuklirisasi dilaksanakan secara lengkap, dapat diverifikasi, dan tidak dapat dipulihkan.
Di hari kedua setelah Trump mengumumkan pengunduran dirinya dari perjanjian nuklir Iran, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo kembali terbang ke Korea Utara. Komentar Trump tentang perjanjian nuklir Iran dapat dianggap sebagai pukulan terhadap Kim Jong-un dan Tiongkok.
Jika KTT Trump – Kim Jong-un berlangsung sesuai jadwal yang ditetapkan sebelumnya, Trump niscaya akan mendesak Kim Jong-un untuk merealisasikan denuklirisasi dalam waktu sesingkat mungkin (menurut jadwal yang ditentukan).
Jika Kim Jong-un menolak membuka kartu dan hanya bisa memilih meninggalkan nuklir. Meskipun Tiongkok ingin hati secara bertahap, tetapi apa daya tangan tak sampai. (Sinatra/asr)
Epochtimes.id- Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohammad menyampaikan keputusan Pemerintah untuk membatalkan proyek High Speed Rail (HSR) yang menghubungkan Singapura dan Kuala Lumpur adalah final.
Menurut Tun Mahathir, kompensasi yang dibebankan pada pemerintah untuk pembatalan perjanjian yang ditandatangani sebelumnya mencapai setengah miliar ringgit.
“Ini adalah keputusan akhir, tetapi ini akan memakan waktu karena pemerintah memiliki perjanjian dengan Singapura.”
“Saya mengerti (bernilai) hampir RM500 juta,” katanya kepada media pada konferensi pers di markas BERSATU di Petaling Jaya, (28/05/2018).
Proyek HSR disebutkan menjadi bagian dari Program Transformasi Ekonomi Perdana Menteri sebelumnya, Datuk Seri Najib Razak. Itu dilaksanakan pada tahun 2010.
Perjanjian bilateral antara Putrajaya – Singapura untuk proyek HSR ditandatangani enam tahun kemudian.
Dua mitra untuk melaksanakan proyek – Malaysian Resources Corp Bhd-Gamuda Bhd dan Perusahaan Konstruksi Yeoh Tiong Lay Sdn Bhd-TH Properties Sdn Bhd menandatangani perjanjian kerjasama bulan lalu.
Proyek Tidak Dibutuhkan
Ketika selesai sepenuhnya perjalanan antara Kuala Lumpur dan Singapura hanya membutuhkan waktu 90 menit.
Menurut Dr Mahathir, proyek HSR tidak menguntungkan negara serta mempersingkat waktu perjalanan antara kedua lokasi, serta sejumlah besar uang.
“Pemerintah tidak akan mendapat untung sama sekali dari operasinya,” kata Mahathir.
Ditanya apakah pemerintah Singapura telah diberitahu, atau dia akan bertemu dengan mitranya tentang masalah ini, Dr Mahathir berkata: “Saya tidak tahu.”
Tetapi anggota parlemen Langkawi mengatakan pemerintah akan berusaha meminimalkan biaya sebanyak mungkin dalam langkah pembatalan.
Sebelumnya dalam sebuah wawancara dengan Financial Times, Dr Mahathir mengatakan HSR adalah salah satu proyek pemerintah yang “tidak perlu”.
Karena itu, dia mengatakan penghematan harus diambil untuk menghindari kebangkrutan negara.
“Pemerintah perlu menyisihkan beberapa proyek yang tidak perlu, seperti proyek HSR yang menyebabkan pemerintah Malaysia menghabiskan RM110 miliar, dan itu tidak akan menguntungkan bahkan satu sen,” katanya. (asr)
Seorang karyawan di kedutaan AS di Guangzhou, Tiongkok diduga menderita cedera otak traumatis ringan setelah mendengar suara samar-samar dan tidak biasa, yang terungkap dalam peringatan kesehatan 23 Mei yang dirilis oleh kedutaan tersebut. Sekretaris Negara Mike Pompeo dengan cepat menarik kesamaan antara insiden tersebut dengan insiden 2016 di Havana, Kuba, di mana personel kedutaan AS jatuh sakit yang diduga keras akibat serangan sonik.
Pompeo mengatakan kepada Komite Urusan Luar Negeri DPR, “Indikasi medis sangat mirip, dan sepenuhnya konsisten dengan, indikasi-indikasi medis yang terjadi pada orang-orang Amerika yang bekerja di Kuba.” Dia mengatakan Amerika Serikat telah mengirim tim-tim medis, dan “sedang menguraikan apa yang terjadi, baik di Havana dan sekarang di Tiongkok juga.”
Insiden tersebut menimbulkan semua bentuk reaksi dari outlet-outlet berita. Namun, narasi umum yang sekarang beredar adalah upaya untuk menulis serangan dihapus, bukan sebagai serangan sonik, tetapi diganti sebagai sebuah kekeliruan bersama dengan teknologi pemantauan elektronik yang membingkai tanggapan pemerintah AS sebagai sebuah kesimpulan yang terburu-buru dan reaksi berlebihan.
Apa yang narasi umumkan ini gagal untuk ditampilkan, bagaimanapun, adalah sejarah panjang senjata seperti itu di gudang militer Tiongkok. Senjata sonik dan ultrasonik (USW) termasuk dalam kategori yang lebih luas dari Directed Energy Weapons (DEW), yang juga mencakup berbagai senjata pada spektrum elektromagnetik. Mereka dapat digunakan untuk banyak tujuan termasuk membuat orang yang ditargetkan merasa sakit, merusak organ internal orang yang ditargetkan, atau untuk menghancurkan peralatan elektronik.
“Seperti senjata, rudal, dan teknologi bom, DEW dapat dimanfaatkan terhadap orang, material, dan infrastruktur,” kata Dr. Robert J. Bunker, profesor peneliti tambahan di Institut Kajian Strategis, USS Army War College, dalam email.
“Hingga akhir 1990-an, informasi mengenai Senjata Non Lethal (NLW) dan efek-efek biologis terhadap manusia, setidaknya bentuk DEW yang canggih di antaranya, didiskusikan terutama dalam dunia rahasia,” katanya.
Ada berbagai senjata dalam kategori ini pada spektrum radiasi elektromagnetik ini, yang mencakup cahaya yang tampak, dan pada spektrum sonik, yang mencakup suara yang dapat didengar.
“Ketika diarahkan terhadap manusia, efek bio yang berbeda akan dihasilkan,” kata Bunker. “Sebagai contoh, gelombang mikro bertenaga tinggi (HPM) yang ditargetkan pada manusia dapat meningkatkan suhu otak mereka, mengakibatkan kejang dan kerusakan, sementara suara infrasonik dapat menciptakan getaran dalam tubuh manusia, menyebabkan disorientasi dan ketidakmampuan atau bahkan berpotensi menyebabkan kegagalan organ.”
Laporan rahasia tahun 2005 dari Pusat Intelijen Daratan Nasional, yang diumumkan pada tahun 2011, menggambarkan eksperimen yang dilakukan oleh Partai Komunis Tiongkok (PKT) dengan menggunakan gelombang mikro bertenaga tinggi dan senjata radiasi frekuensi elektromagnetik pada subjek uji coba hewan.
Menurut laporan tersebut, para ilmuwan PKT menjelaskan dalam serangkaian seminar bahwa “tujuan sebenarnya adalah untuk menyelidiki potensi efek terhadap manusia dari paparan radiasi-radiasi spesifik ini.”
Ia menyatakan para ilmuwan PKT tersebut menggunakan teknologi-teknologi tersebut untuk menyebabkan cedera mata, cedera otak, dan cedera organ. Banyak rincian tentang tes yang disunting di dalam laporan tersebut, meskipun demikian ia mencatat ada tingkat “kematian tinggi” di antara subjek-subjek uji hewan tersebut, dan analisis tersebut menyatakan bahwa karena efek bertahap dari senjata semacam itu, mungkin para ilmuwan PKT sedang mengembangkan teknologi-teknologi “untuk menyiksa para tahanan.”
Ia juga mencatat bahwa para ilmuwan Tiongkok memiliki koneksi ke militer PKT, Tentara Pembebasan Rakyat. Ia menyatakan mereka berafiliasi dengan Institut Kedokteran Radiasi Akademi Ilmu Kedokteran Militer. Menyatakan bahwa PKT melakukan penelitian serupa pada tahun 2001 di bawah Akademi Ilmu Kedokteran Militer dan Universitas Teknologi Pertahanan Nasional.
Senjata Psikotronik
Pada tingkat sonik, manusia umumnya dapat mendengar apapun dari kisaran anatara 20Hz hingga 20.000 Hz. Di atas kisaran ini adalah USG, dan di bawah kisaran ini adalah infrasonik.
Pada spektrum elektromagnetik, sementara itu, manusia umumnya hanya dapat melihat rentang cahaya yang sangat sempit yang dikenal sebagai ROYGBIV (mengacu pada spektrum warna) antara inframerah dan ultraviolet. Di atas ultraviolet adalah sinar-x dan kemudian sinar gamma. Di bawah inframerah adalah gelombang mikro dan kemudian gelombang radio, diikuti oleh “frekuensi-frekuansi sangat rendah,” kemudian “frekuensi-frekuensi ekstrim rendah.”
Teknologi-teknologi yang menggunakan spektrum ini tidak terbatas pada Tiongkok, bagaimanapun, negara-negara lain termasuk Amerika Serikat telah mengembangkan berbagai senjata dalam kategori ini.
Menurut Bunker, “sejumlah teknologi senjata ini mungkin telah berawal bersama program-program era Soviet tetapi sejak itu berkembang biak (atau disesuaikan oleh) program-program pertahanan nasional lainnya.”
Dokumen-dokumen baru-baru ini telah dirilis oleh Washington State Fusion Centre, diperoleh melalui permintaan FOIA oleh MuckRock, yang merinci penggunaan-penggunaan senjata frekuensi elektromagnetik, teknologi-tekonologi untuk mempraktekkan serangan tersebut, dan dampaknya terhadap tubuh manusia dan kesadaran manusia.
Di antara efek-efek yang disebutkan itu, menurut dokumen-dokumen tersebut, adalah “kehilangan memori secara paksa dan tindakan-tindakan salah secara paksa,” berbagai bentuk “rasa sakit yang hebat” pada bagian-bagian tubuh manusia yang berbeda, “jantung berdetak liar tanpa sebab,” “menyebabkan perubahan pada pendengaran,” mengendalikan mimpi,” dan banyak lainnya.
Sebuah bagan merinci berbagai efek serangan frekuensi elektromagnetik pada tubuh manusia. (Washington State Fusion Center)
Dokumen lain menunjukkan bagaimana serangan semacam itu dapat dilakukan melalui jaringan telepon seluler, kendaraan, helikopter, dan perangkat-perangkat yang memancarkan sesuatu. Ia juga membuat daftar frekuensi resonansi dari berbagai bagian otak manusia, dan menyatakan bahwa teknologi-teknologi tersebut dapat digunakan untuk “suara yang melewati telinga,” “gambar di otak yang melewati mata,” “pikiran-pikiran bawah sadar secara paksa,” dan tujuan lain.
Sebuah bagan menjelaskan berbagai emiter yang dapat meluncurkan serangan frekuensi elektromagnetik. (Washington State Fusion Center)Sebuah bagan dari Washington State Fusion Center memerinci frekuensi otak manusia, dan medan elektromagnetik tubuh manusia. (Washington State Fusion Center)
Dokumen ketiga merinci medan bio-elektromagnetik dari tubuh manusia, dan frekuensi berbeda dari gelombang otak manusia.
Menurut Bunker, senjata-senjata seperti ini menjadi fokus yang lebih besar dalam pengembangan militer di seluruh dunia. Dia mengatakan, “Pertempuran abad ke-21 secara bertahap bergeser dari senjata konvensional, rudal, dan teknologi bom yang secara mekanis diturunkan menjadi teknologi-teknologi DEW yang eksotis dan canggih yang secara harfiah ‘menghasilkan pita-pita spektrum elektromagnetik sebagai senjata’ dan kemudian mengarahkannya pada kekuatan-kekuatan yang menentang.”
“Tiongkok sangat menyadari nilai militer dari DEW tersebut, serta kecerdasan buatan (AI), robot / drone bersenjata, pengenalan wajah, teknologi anti satelit, dan teknologi-teknologi yang sedang beralih, dan secara aktif bereksperimen dengan mereka dalam uji lapangan dan bahkan sekarang tampaknya dalam operasi-operasi rahasia,” katanya.
Perang Masa Depan
Laporan militer yang bukan lagi rahasia mencatat bahwa beberapa teknologi terkait dengan program Assassin’s Mace (“Sha Shou Jian,” atau “Trump Card”) milik PKT, yang menggunakan perpaduan senjata asimetris dan non konvensional, yang dirancang untuk meluncurkan serangan-serangan mendadak dan secara cepat memenangkan peperangan.
Serangan Assassin’s Mace dari PKT tersebut kemungkinan akan mengambil bentuk serangan cepat pada satelit GPS untuk menonaktifkan peralatan militer utama, penggunaan EMP dari ledakan nuklir untuk menghancurkan elektronik di wilayah yang luas, serangan cepat di landasan udara untuk menonaktifkan pesawat militer, dan berbagai bentuk serangan lainnya.
Laporan tersebut menyatakan senjata-senjata Assassin’s Mace milik PKT “akan mengizinkan pasukan berteknologi rendah dari PKT untuk mengalahkan pasukan teknologi tinggi AS dalam konflik lokal, menurut pernyataan-pernyataan politik ini. ”Ia mencatat bahwa PKT telah bereksperimen dengan “hulu ledak EMP” dan penggunaan dari senjata-senjata nuklir tersebut untuk serangan High Altitude Electromagnetic Pulse (HEMP) untuk menghancurkan infrastruktur elektronik.
Baik PKT maupun Amerika Serikat keduanya juga telah mengembangkan teknologi menggunakan senjata microwave dan EMP untuk menghancurkan teknologi di lokasi yang ditargetkan. Menurut Popular Science pada bulan Januari 2017, Northwest Institute of Nuclear Technology milik PKT telah mengerjakan teknologi tersebut selama lebih dari enam tahun.
Di Amerika Serikat, Boeing dan Laboratorium Riset Angkatan Udara AS (AFRL) Direktorat Energi Terpadu, telah mengembangkan senjata serupa yang dapat menghancurkan target elektronik dengan ketepatan yang cukup untuk menargetkan bangunan-bangunan khusus.
Menurut Bunker, serangan yang dinyatakan baru-baru ini terhadap pegawai pemerintah AS di Tiongkok harus dilihat di dalam konteks serangan serupa terhadap personel diplomatik AS di Havana, Kuba. Dia mengatakan teknologi sonik yang diduga digunakan dalam kedua insiden tersebut “menyoroti tajam atas kemungkinan keterlibatan layanan keamanan Tiongkok di dalam insiden-insiden ini yang memberikan efek-efek bio yang ‘serupa secara medis’ terhadap mereka [para korban].”
Dia mengatakan, dalam konteks tentang ketegangan perdagangan dan pertahanan antara Amerika Serikat dan Tiongkok, kemungkinan bahwa PKT dapat “secara sporadis melibatkan personel militer dan pemerintah AS” secara diam-diam berada di pinggiran sebagai sebuah komponen dari program keterlibatan aktif mengikuti para penyewa dengan tipe pemikiran Peperangan Tanpa Batas.” (ran)
Meneliti peradaban manusia kali ini, mungkin tidak ada satu kota pun yang bisa disamakan dengan Yerusalem, sepanjang tiga ribu tahun sejarah pembangunan kota ini, telah berkali-kali dihancurkan dan mengalami perang, namun tetap bisa berdiri lagi di lokasi semula. Yerusalem terletak di perbukitan dengan ketinggian 700 meter di atas permukaan laut, bersebelahan dengan tiga lembah dan dikitari oleh gunung yang lebih tinggi, menjadikan Yerusalem sebagai lokasi strategis yang mudah dipertahankan namun sulit diserang. Namun bukan karena letak geografisnya yang strategis, melainkan kekuatan spiritual yang membuat kota ini abadi, karena kota ini merupakan kota suci bagi tiga agama besar.
III. Hancur dan Dibangun Kembali: Tawanan Babilonia (607 SM) – Ekspansi Herodes ( Tahun 27)
Pertama Kali Hancurnya Negara
Raja Salomo yang terkenal sangat cerdik dan kaya raya pada dasarnya hanyalah manusia biasa, yang bisa berbuat salah dan juga akan mati. 40 tahun setelah naik tahta, Salomo meninggal dunia pada tahun 931 SM dan kerajaannya serta merta terpecah menjadi dua: 10 dari 12 klan memisahkan diri dan membangun “Kerajaan Israel” di sebelah utara; sedangkan 2 klan lainnya disebut sebagai “Kerajaan Yahudi”, yang tetap berdiam di ibukota Yerusalem, dan kekuasaan diteruskan oleh generasi penerus Raja Salomo.
Kerajaan Israel di utara bertahan selama 200 tahun lebih, dan pada tahun 722 SM dihancurkan oleh suku perang Assyur (Assyrian); Kerajaan Yahudi di selatan bertahan satu setengah abad lebih lama, pada akhirnya juga sulit membendung serangan kuat yang berasal dari wilayah kedua aliran sungai (Efrat dan Tigris).
Waktu itu di wilayah Asia Barat, kekuatan yang paling besar adalah Kerajaan Mesir dan Babilonia (Ibukota Babilonia berada pada 80 km sebelah selatan dari ibukota Irak sekarang, Baghdad).
Kedua negara kerap terlibat pertempuran akibat perebutan wilayah ataupun perebutan kekuasaan, dan negara kecil yang terjepit di antara keduanya harus memilih salah satunya untuk berpihak, lalu memberikan upeti agar selamat.
Kerajaan Yahudi yang selama ini menjadi negara yang diperbudak oleh Babilonia Baru, tidak pernah mau tunduk kepada orang lain.
Jadi setiap kali Babilonia Baru kalah perang, atau saat pasukan Mesir melancarkan serangan, orang-orang Yahudi akan memanfaatkan peluang itu untuk menentang Babilonia Baru, atau bergabung membantu Mesir untuk melawan Babilonia Baru.
Berulang kali dikhianati dan dilawan membuat Raja Babilonia Baru yakni Nebukadnezar II berang.
Tawanan Babilonia”, karya M. Gottlieb, tahun 1878. (public domain)
Raja yang terkenal dalam sejarah karena membangun Taman Gantung (The Hanging Garden) itu, pada dasarnya adalah seorang ahli kemiliteran yang hebat. Ia turun tangan memimpin sendiri pasukannya, dan dua kali merebut Yerusalem yakni pada tahun 607 SM dan tahun 588 SM, semua barang berharga dirampas, dan di tahun 586 SM tembok Yerusalem dirobohkan, Bait Suci Salomo dibakar juga istana di dalam kota dan juga kediaman penduduk, lalu semua tawanan perang termasuk raja dan puluhan warga kota diarak ke Babilonia dan dipenjara, Kerajaan Yahudi pun punah sejak saat itu.
Tawanan Babilonia dan Mesias
Setelah kehilangan negara dan kebebasannya, bangsa Yahudi terlunta-lunta di negeri orang, hidup sebagai budak dan narapidana, nasib mereka tidak berbeda dengan saat diperbudak di Mesir ratusan tahun sebelumnya.
Tragedi sejarah yang disebut ‘tawanan Babilonia’ ini berlangsung selama 70 tahun lamanya, di tengah penderitaannya mereka percaya Tuhan akan mengutus “Mesias” (Messiah, yang berarti Juru Selamat) untuk menyelamatkan mereka dan membawa mereka pulang ke Yerusalem untuk membangun kembali Bait Suci.
Keyakinan menantikan datangnya Mesias kemudian diwarisi oleh agama Kristen, dan menganggap Yesus adalah Mesias, namun orang Yahudi menyangkal hal ini.
Hingga saat ini mereka masih beranggapan Mesias akan datang ke dunia, dan sesuai dengan ramalan di Alkitab, bersiap-siap menyambut tibanya Mesias di “Bait Suci Ketiga” di Yerusalem.
Hari-hari sebagai tawanan berakhir sudah, karena kerajaan Babilonia Baru dimusnahkan oleh Kerajaan Persia yang lebih kuat yang muncul kemudian.
Raja Persia Cyrus Yang Agung membebaskan semua orang Yahudi yang ditawan oleh Babilonia, mengijinkan mereka pulang ke Yerusalem untuk membangun kotanya, dan mengembalikan barang-barang berharga yang dirampas dari Bait Suci Babilonia kepada orang Yahudi.
Model restorasi bait yang kedua. (Daniel Ventura / Wikimedia Commons)
Menurut catatan, benda-benda yang dikembalikan pada orang Yahudi mencapai 4500 buah, namun di dalamnya tidak terdapat “Tabut Perjanjian” yang paling penting, karena Tabut Perjanjian telah menghilang pada saat Yerusalem dirampok, dan hingga kini belum ditemukan.
Ramalan Kehancuran Negara dan Penyebabnya
Ini adalah sejarah yang terjadi pada abad ke 6 SM, namun sejak 200 tahun sebelumnya (sekitar tahun 732 SM) telah diramalkan oleh seorang nabi pertama Yahudi yaitu Yesaya (Jesaja), dan tercatat di dalam “Alkitab-Surat Yesaya”; seorang nabi lain meramalkan, orang Yahudi harus dihukum karena kejahatan yang dulu pernah dilakukannya, disiksa selama 70 tahun (“Alkitab-Surat Yeremia”).
Bangsa Yahudi akan mengalami kehancuran negara, karena moral masyarakat pada masa itu sudah sangat buruk, melenceng jauh dari kriteria yang ditetapkan Tuhan bagi manusia.
Israel dan Yahudi tidak dihancurkan bersamaan, karena memberi kesempatan untuk bertobat bagi orang yang beruntung tetap hidup, hanya sangat disayangkan manusia selalu tidak bisa mengambil hikmah dari sejarah, sehingga tragedi di dalam ramalan itu pun akhirnya menjadi takdir yang tak terhindarkan.
Negara musuh yang membuat Kerajaan Yahudi runtuh hanyalah alat yang ada di tangan Tuhan, hanya sebagai perantara untuk merampungkan pengaturan Tuhan.
Tuhan bisa membuatnya kuat sampai mampu menghancurkan Yahudi, juga bisa membuatnya runtuh dalam sekejap mata.
Dikarenakan mereka memainkan peran penyerang, saat menjalankan misi itu mereka terlalu berlebihan, terlalu kejam memperlakukan lawan yang kalah perang, maka dari itu tidak bisa bertahan lama. Assyur yang menghancurkan Israel dihancurkan oleh Babilonia, dan Babilonia Baru yang menghancurkan Yahudi dihancurkan oleh Persia. (SUD/WHS/asr)
Oleh James Jay Carafano, Layanan Intelijen Geopolitik
Pada tahun 2017, rejim Tiongkok merilis dokumen berjudul “Vision for Maritime Cooperation Under the Belt and Road Initiative”. Ini termasuk ide untuk hubungan Arktik antara Tiongkok dan Eropa Barat, melengkapi rencana lain rezim untuk membangun infrastruktur dan rute perdagangan yang menghubungkan negara dengan Asia Tengah, Timur Tengah, dan Eropa.
Ambisi-ambisi Tiongkok dikembangkan lebih lanjut dalam laporan resmi yang dirilis Januari ini, yang menekankan pentingnya pengembangan ekonomi dan ilmiah dalam strategi Arktik. Dan sementara ada kepentingan global dalam investasi Tiongkok di bidang infrastruktur, ada juga kekhawatiran yang sedang berkembang.
Para pemain lain prihatin tentang niat strategis Beijing dan apakah rencana-rencana tersebut akan direalisasikan dan memberikan manfaat ekonomi dan strategis yang signifikan untuk Tiongkok atau lainnya. Namun demikian, negara-negara Arktik memperhitungkan kebijakan Tiongkok dalam skema mereka sendiri untuk perkembangan masa depan di wilayah tersebut.
Penambahan rute utara yang besar pada inisiatif One Belt, One Road (OBOR) Tiongkok telah mendorong beberapa penilaian tentang niat Beijing dan prospeknya untuk berhasil mengembangkan jalur Arktik yang didominasi Tiongkok.
Misalnya, Heather Conley baru-baru ini menulis laporan tentang masalah ini untuk Pusat Kajian Strategis dan Internasional, sebuah lembaga riset yang berkantor pusat di Washington. Laporan tersebut menyimpulkan bahwa Tiongkok, yang sekarang menggambarkan dirinya sebagai “kekuatan mendekati Arktik,” akan berkontribusi pada pengembangan kawasan tersebut.
Di antara pengaruh-pengaruh positif, ia mengutip, adalah investasi Tiongkok di wilayah tersebut dalam kemitraan dengan setidaknya enam negara, termasuk Amerika Serikat. Pada 2017, misalnya, Tiongkok menandatangani perjanjian untuk berinvestasi dalam produksi LNG Alaska.
Bahaya Tiongkok?
Namun, yang lain khawatir bahwa pengaruh Tiongkok tidak jinak. Seperti halnya pengembangan rute lain di OBOR, kekhawatiran termasuk kemungkinan “perangkap utang,” seperti halnya dengan Sri Lanka, yang harus mengubah kontrol pelabuhan strategis kepada perusahaan milik negara Tiongkok setelah mengumpulkan lebih dari $1 miliar dalam utang pinjaman.
Ketakutan-ketakutan lainnya termasuk meningkatnya pengaruh politik Tiongkok dan perambahan strategis. Tahun lalu, misalnya, pemerintah Denmark membeli kembali pangkalan militer yang ditutup di Greenland yang telah dijual kepada pembeli swasta, karena takut rezim Tiongkok mungkin mencoba untuk membeli fasilitas tersebut.
Permintaan Beijing untuk peran yang lebih menonjol dalam pemerintahan Arktik juga telah mengganggu keseimbangan goyah di antara negara-negara di kawasan tersebut.
Jalur maritim Tiongkok melalui Arktik dapat menghubungkan Tiongkok dengan Eropa Barat (Sumber: macpixxel untuk GIS)
Kerja sama kutub sebagian besar telah diarahkan melalui Dewan Arktik. Sejauh ini, organisasi tersebut, yang tidak berurusan dengan masalah keamanan, telah berhasil menyeimbangkan kepentingan-kepentinga para anggotanya.
Khususnya, keseriusan dengan Rusia atas isu-isu seperti Ukraina dan Suriah tidak menyakiti kerja sama Arktik tersebut. Tiongkok yang lebih tegas memperkenalkan dinamika yang baru dan berpotensi mendestabilisasi. Saat ini, Tiongkok memiliki status sebagai pengamat di dewan tersebut.
Potensi Arktik
Saat ini, ada terlalu sedikit aktivitas untuk mengevaluasi dampak “Jalur Sutra Artik” atau niat jangka panjang yang sesungguhnya dari Tiongkok. Pada 2016, misalnya, hanya ada 19 penyeberangan kutub komersial. Pada tahun yang sama, lebih dari 75.000 kapal komersial transit Selat Malaka antara Malaysia dan Indonesia.
Namun demikian, prospek perkembangan ekonomi di Arktik terus meningkat. Finlandia dan Norwegia sedang mempertimbangkan membangun jalur kereta api Arktik antara pelabuhan bebas es Norwegia di Kirkenes dengan kota Rovaniemi di Finlandia.
Kereta api dapat menghubungkan proyek pembangunan utara-selatan di bawah Inisiatif Tiga Laut (sebuah forum negara-negara antara Laut Adriatik, Hitam, dan Laut Baltik), menciptakan koridor baru untuk energi, pembangunan ekonomi, dan perdagangan melalui Eropa Tengah. Koridor ini dapat terhubung ke pusat rute Arktik Tiongkok.
Amerika Serikat, Kanada, dan negara-negara Nordik telah menanggapi potensi pengembangan Tiongkok di Arktik tersebut dengan mencampur keterbukaan untuk investasi dengan kewaspadaan terhadap persembahan pengaruh strategis Beijing yang tidak semestinya. Bahkan Rusia, yang juga bermitra dengan Tiongkok dalam proyek-proyek Arktik, telah menunjukkan ketidaknyamanan karena melihat dominasinya sebagai kekuatan kutub telah dimanfaatkan atau dipudarkan oleh Tiongkok.
Tanggapan Barat
Barat tidak menawarkan tanggapan yang jelas terhadap investasi Tiongkok di wilayah-wilayah kutub dan permintaan Beijing untuk memainkan peran yang lebih besar dalam pemerintahan Arktik tersebut. Namun, ada tanda-tanda perubahan, karena ada kekhawatiran tentang dampak ketidakstabilannya pada tatanan global.
Elemen yang paling signifikan sedang berubahnya sikap-sikap ke arah Tiongkok di Eropa Barat. Bahkan ketika Beijing berusaha memperluas hubungan komersial dan investasi, pemerintah-pemerintah semakin waspada terhadap pengaruh Tiongkok.
Hal ini sebagian tercermin dari minat Eropa yang meningkat dalam melembagakan proses serupa dengan yang digunakan oleh Komite Investasi Asing di Amerika Serikat (CFIUS). Pemerintah-pemerintah negara Nordik (yang menempati wilayah Eropa Timur dan Atlantik Utara) adalah yang paling skeptis tentang Tiongkok.
Bahkan perwakilan-perwakilan Uni Eropa, dalam percakapan-percakapan pribadi, mendesak agar lebih banyak pertimbangan dan penaksiran tentang tujuan-tujuan jangka panjang Tiongkok menembus Atlantik. Sebaliknya, Kerajaan Inggris berdiri sendiri di antara negara-negara besar Eropa dalam keengganannya untuk melepaskan anggapan bahwa kebangkitan Tiongkok akan menjadi pengaruh yang ramah di benua tersebut.
Kanada, kekuatan Arktik utama, mengambil peran dan pengaruhnya di kawasan tersebut secara serius. Namun, ia belum menunjukkan perhatian yang signifikan atas aktivitas kutub Tiongkok. Kanada mengklaim kedaulatan atas rute-rute pelayaran yang telah diusulkan yang disebutkan dalam laporan resmi tahun 2018 dari Beijing.
Peran Amerika Serikat akan bermain sangat penting tetapi tidak jelas. Tahun lalu, Washington menyelesaikan masa jabatannya sebagai ketua Dewan Arktik. Kepemimpinan AS, pada saat itu, ragu-ragu.
Baru-baru ini menyelesaikan kerangka kerja Indo-Pasifik yang membahas keseluruhan OBOR. Namun, ada banyak hal yang harus diselesaikan pemerintah tersebut saat ini.
Ada perubahan signifikan dalam tim keamanan nasional, sementara beberapa prioritas jangka pendek akan menuntut perhatian Dewan Keamanan Nasional, terutama Korea Utara dan KTT NATO bulan Juli. Sepertinya kita tidak akan melihat respon AS yang menentukan terhadap usulan jalur Arktik dari Tiongkok dalam waktu dekat, meskipun itu dapat dikemas menjadi transaksi potensial dalam perdagangan.
Tanpa Kepemimpinan, Tanpa Tekanan
Dalam waktu dekat, skenario yang paling mungkin adalah bahwa Barat akan gagal untuk membuat tanggapan terkoordinasi terhadap Jalur Sutra Arktik Tiongkok. Amerika Serikat tidak akan memberikan kepemimpinan yang tegas, dan juga tidak akan ada negara-negara Arktik lainnya yang sepenuhnya mendamaikan keinginan mereka terhadap kepentingan-kepentingan investasi-investasi komersial Tiongkok dan keamanan nasional mereka.
Di sisi lain, Tiongkok tidak mungkin membuat terobosan signifikan dengan memainkan peran yang lebih menonjol di Dewan Arktik atau mempengaruhi perilaku negara-negara Nordik, seperti Islandia, Rusia, atau Kanada. Bagaimanapun, akan ada kemungkinan upaya sedikit demi sedikit yang membayangi respon keamanan nasional yang lebih terstruktur, termasuk perluasan proses seperti CFIUS di Eropa.
Amerika Serikat kemungkinan akan mengubah Rencana Komando Bersatu (Unified Command Plan), menggeser tanggung jawab koordinasi utama ke Komando Eropa AS untuk lebih menyelaraskan kebijakan keamanan Arktik dengan sekutu NATO.
Kanada tidak diragukan lagi akan terus menolak NATO menangani Arktik sebagai masalah keamanan. Jika dan ketika Tiongkok membuat langkah-langkah pasti di kawasan tersebut, sikap ini akan berubah, seperti juga prioritas Arktik di mata negara-negara Barat. (ran)
Dr. James Jay Carafano adalah wakil presiden untuk studi kebijakan luar negeri dan pertahanan di Heritage Foundation dan direktur di Kathryn and Shelby Cullom Davis Institute for International Studies. Ia juga ahli untuk Layanan Intelijen Global (Global Intelligence Services). Artikel ini pertama kali diterbitkan oleh GIS Online.
Sejak bulan Maret lalu Amerika Serikat memberlakukan Taiwan Travel Act yang oleh Tiongkok dianggap sebagai pengkhianatan AS terhadap prinsip Satu Tiongkok, hubungan kedua negara makin memburuk.
Menghadapi titik balik bersejarah hubungan antara Tiongkok dengan Amerika Serikat yang kian nyata sekarang, Tiongkok meningkatkan hubungan dan memperkuat kerjasama dengan Jepang, Afrika dan negara-negara lainnya.
oleh Qi Xianyu – EpochWeekly
Di balik Perdana Menteri Tiongkok berkunjung ke Jepang dalam 8 tahun terakhir
Pada hari kedua Xi Jinping bertemua Kim Jong-un, yakni 8 Mei Perdana Menteri Tiongkok Li Keqiang tiba di Jepang untuk kunjungan kenegaraan selama 4 hari, sekaligus menghadiri pertemuan ketujuh dari para pemimpin Jepang, Tiongkok dan Korea Selatan. Ini merupakan kunjungan pertama Perdana Menteri Tiongkok ke Jepang sejak 8 ahun terakhir.
Para analis percaya bahwa Tiongkok terpaksa harus meningkatkan hubungan dengan pihak Jepang karena mereka sudah berada di bawah tekanan eksternal.
Li Keqiang tiba di Jepang pada 8 Mei sore, keesokan harinya ia bertemu dengan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe. Presiden Korea Selatan Moon Jae-in dalam KTT 3 negara yang diadakan di Jepang. Ini adalah pertemuan 3 negara pertama sejak tahun 2015 dan merupakan ketiga kalinya Jepang menjadi tuan rumah KTT.
Sebelumnya, akibat Korea Selatan menempatkan sistem anti-rudal AS THAAD untuk menanggapi ancaman peluncuran rudal Korea Utara dan uji coba nuklir. Pemerintah Tiongkok membatalkan KTT itu.
Ini adalah kunjungan Perdana Menteri Tiongkok ke Jepang untuk pertama kalinya sejak memburuknya hubungan dengan Jepang pada tahun 2012. Kunjungan terakhir dilakukan oleh Perdana Menteri Wen Jiabao pada bulan Mei 2010.
Hubungan Tiongkok – Jepang memburuk dengan cepat dan kunjungan tingkat tinggi terjadi stagnan sejak Jepang memberlakukan ‘nasionalisasi’ Kepulauan Diaoyu pada tahun 2012.
Namun sekarang, dengan meningkatnya ketegangan perdagangan Tiongkok – AS, kontradiksi antara Tiongkok dengan negara-negara Barat terus berkembang, seperti ketegangan hubungan dengan AS, Australia. Belakangan ini, kunjungan para pejabat senior Tiongkok ke Jepang kian meningkat frekuensinya.
Hanya pada 15 April satu hari saja, otoritas Beijing mengutus beberapa rombongan untuk mengunjungi Jepang, termasuk rombongan Menlu. Wang Yi, tim Menkeu. Liu Kun dan tim Merperdag Zhong Shan, serta rombongan 25 orang perwira militer Tiongkok yang dipimpin oleh Mayor Jenderal Ci Guowei.
Epochtimes.id- Laporan BMKG menyebutkan wilayah Sumba Barat, Bima, Sumbawa, dan Mataram diguncang gempabumi tektonik, Selasa (29/05/2018) pukul 02:25:26 WIB.
Hasil analisis BMKG menunjukkan bahwa informasi awak gempabumi ini berkekuatan M=5,6 selanjutnya dimutakhirkan menjadi M=5,3.
Episenter terletak pada koordinat 9,39 LS dan 118,45 BT tepatnya di laut pada jarak 57 km arah barat Kota Waikahaka, Kabupaten Sumba Baratdaya, Propinsi Nusa Tenggara Timur pada kedalaman 20 km.
Plt. Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG, Rachmat Triyono mengatakan dampak gempabumi yang digambarkan oleh Peta tingkat guncangan (shakemap) BMKG dan laporan masyarakat menunjukkan guncangan dirasakan di Sumba Barat dan Sumba Baratdaya dalam skala intensitas III-IV MMI sementara di Bima, Sumbawa, Mataram dalam III MMI.
Dia menambahkan, jika ditinjau dari kedalaman hiposenternya, gempabumi yang terjadi merupakan jenis gempabumi dangkal akibat aktivitas penyesaran di dasar laut.
“Hal Ini sesuai dengan hasil analisis BMKG yang menunjukkan bahwa gempabumi di lokasi tersebut dibangkitkan oleh aktivitas sesar mendatar (strike slip fault),” kata Rachmat dalam rilis tertulis BMKG.
Hingga pukul 03:20 WIB, hasil monitoring BMKG belum menunjukkan adanya aktivitas gempabumi susulan (aftershock). Kepada masyarakat diimbau agar tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenaranya. (asr)
EpochTimesId – Presiden Amerika Serikat, Donald Trump mengatakan, Minggu (27/5/2018) lalu bahwa Presiden Barack Obama tidak mengambil tindakan ketika Rusia mencampuri Pemilihan Presiden. Obama tidak menghalangi campur tangan Rusia dalam pemilu 2016 yang dituding untuk mengamankan kemenangan bagi Hillary Clinton.
“Mengapa Presiden Obama tidak melakukan sesuatu yang disebut Russian Meddling ketika dia diberitahu tentang hal itu oleh FBI sebelum Pemilihan Umum?” Tulis Trump di Twitter.
“Karena dia pikir Crooked Hillary akan menang, dan dia tidak ingin membuat gerobak apel menjadi marah! Dia yang bertanggung jawab, bukan aku, dan (Obama) tidak melakukan apa-apa.”
Pesan teks antara pejabat senior FBI, Peter Strzok dan Lisa Page menunjukkan bahwa Gedung Putih ketika dipimpin Obama bersekongkol dengan CIA, FBI, dan Senat Demokrat pada tahap awal penyelidikan terhadap dugaan dugaan tim kampanye Trump terkait dengan Rusia. Investigasi tentang bagaimana penyelidikan ditangani mengungkapkan bahwa pemerintahan Obama menggunakan penyadapan, membuka rahasia, perintah pengadilan rahasia, dan setidaknya satu mata-mata untuk memantau dan menginfiltrasi tim kampanye Trump.
Di tengah operasi kontra intelijen yang luas, pemerintahan Obama tidak pernah memberitahu kandidat Presiden Trump bahwa tim kampanyenya adalah sasaran campur tangan asing. Departemen Kehakiman mengumumkan pekan lalu bahwa pihaknya sedang menyelidiki apakah ada orang di pemerintahan Obama yang terlibat dalam menginfiltrasi tim kampanye Trump untuk ‘tujuan yang tidak pantas’.
Investigasi tentang bagaimana penyelidikan penggunaan server email pribadi Hillary Clinton yang ditangani juga berada di bawah pengawasan. Teks-teks Page-Strzok menunjukkan bahwa Obama ingin “mengetahui segalanya” tentang penyelidikan.
Awal bulan ini, pengawas Departemen Kehakiman, Michael Horowitz, menyerahkan laporan rancangan “yang sangat panjang dan menyeluruh” tentang penanganan penyelidikan surat elektronik Clinton. Laporan itu diperkirakan akan mengarah ke setidaknya satu rujukan untuk penuntutan pidana, sumber yang akrab dengan temuan itu mengatakan kepada koresponden keamanan nasional, Sara Carter.
Asal-usul penyelidikan Rusia kini tengah dicermati karena setidaknya satu mata-mata FBI menyusup ke dalam tim kampanye Trump lebih awal dari, atau mendahului penyelidikan resmi terkait dugaan intervensi Rusia pada 31 Juli 2016. Departemen Kehakiman (DOJ) telah menghalangi permintaan Kongres dan Gedung Putih untuk mempelajari lebih lanjut tentang mata-mata dan asal mula penyelidikan.
DOJ mempresentasikan setidaknya beberapa dokumen yang berkaitan dengan mata-mata kepada anggota Kongres dan pejabat dari Departemen Kehakiman dan FBI pada 24 Mei.
Pengacara presiden, Rudy Giuliani, mengatakan kepada Fox News pada hari Minggu bahwa presiden akan menolak panggilan dari Penasihat Khusus Robert Mueller. Kecuali jika rincian tentang mata-mata dan asal-usul penyelidikan Rusia kepada tim Trump diungkap.
“Jika mereka tidak menunjukkan kepada kita dokumen-dokumen ini, baik, kita hanya harus mengatakan tidak,” ujar Giuliani kepada Fox.
“Kami lebih yakin, seperti yang kita lihat, bahwa ini adalah penyelidikan yang curang,” pengacara itu mengatakan kepada CNN dalam kesempatan terpisah.
“Sekarang kita memiliki benda ‘Spygate’ baru yang dilemparkan di atasnya, di atas pertanyaan yang sudah sangat sah.”
Sampai saat ini, tujuh pejabat pemerintahan Obama yang memainkan peran dalam operasi pengawasan pada tim kampanye Trump telah dirujuk untuk penyelidikan kriminal. (Ivan Pentchoukov/The Epoch Times/waa)