Dengan semakin banyak bukti tentang praktik pengambilan organ tubuh negara di Tiongkok, masyarakat dunia menyerukan agar cahaya segera ditumpahkan.
Doctors Against Forced Organ Harvesting (DAFOH), sebuah organisasi yang didedikasikan untuk meningkatkan kesadaran tentang fenomena tersebut, baru-baru ini mengumumkan bahwa pada tahun lalu, telah mengumpulkan 245.000 tanda tangan dari orang-orang di seluruh dunia yang meminta Komisioner Tinggi Hak Asasi Manusia untuk membantu mengakhiri praktek tersebut di Tiongkok, di mana penganut praktik spiritual Falun Gong adalah korban utama pengambilan organ.
Petisi tersebut diluncurkan lebih dari lima tahun yang lalu. Sejak itu telah mengumpulkan lebih dari 2,7 juta tanda tangan dari lebih dari 50 negara dan lima benua, menurut direktur eksekutif DAFOH, Dr. Torsten Trey.
Dari 1 Oktober tahun lalu, jumlah tanda tangan terbanyak dikumpulkan berasal dari Eropa, lebih dari 151.000, termasuk Inggris, Ukraina, Prancis, Jerman, Swedia, Spanyol, Rumania, dan banyak lagi.
Lebih dari 32.000 tanda tangan dikumpulkan di Amerika Latin, sementara Amerika Serikat mengumpulkan 6.079 tanda tangan. 2.320 orang Australia menandatangani petisi juga. Online, lebih dari 22.000 orang mengajukan namanya ke petisi tersebut.
Trey mengatakan bahwa petisi tersebut mengirimkan sebuah pesan yang kuat kepada PBB “Permohonan ini muncul seperti sebuah panggung untuk menghubungkan semua suara keprihatinan yang selama ini tidak pernah terdengar,” katanya melalui sebuah wawancara email.
Trey mendesak PBB untuk memberi perhatian serius terhadap kekejaman ini. “PBB telah mengorganisir inspeksi dan investigasi di wilayah lain di dunia, bahkan dengan sedikit perhatian atau kurang jumlah bukti, namun berkaitan dengan Tiongkok, PBB gagal melihat masalah ini.”
Dalam beberapa tahun terakhir, penelitian independen dan laporan Epoch Times sendiri telah mengungkapkan bagaimana industri transplantasi di Tiongkok melejit setelah Jiang melancarkan penganiayaan Falun Gong secara nasional, dengan banyak praktisinya ditangkap dan dijatuhi hukuman penjara.
Petisi tersebut meminta komisioner PBB untuk meminta Tiongkok mengakhiri praktik pengambilan organ paksa tersebut, menyelidiki individu yang melakukan pengambilan organ secara paksa, dan “mengakhiri penganiayaan brutal terhadap Falun Gong, yang merupakan akar penyebab pengambilan organ paksa dari Falun Gong praktisi. “
Falun Gong, juga dikenal sebagai Falun Dafa, adalah praktik perbaikan diri tradisional berdasarkan prinsip inti dari sejati, baik, dan sabar. Manfaatnya terhadap kesehatan fisik dan mental menyebabkan popularitasnya, dengan lebih dari 70 juta praktisi pada tahun 1999, menurut sebuah survei kenegaraan. Praktisi mengatakan jumlahnya mencapai lebih dari 100 juta.
Rezim Tiongkok menganggap kehadiran Falun Gong sebagai ancaman terhadap kekuasaan otoriternya dan memulai sebuah kampanye untuk memberantas praktik tersebut pada tahun 1999. Sejak saat itu, “jutaan orang yang berlatih Falun Gong telah menjalani sesi pemenjaraan yang tidak sah, penyucian otak, dan penyiksaan,” menurut Pusat Informasi Falun Dafa.
Banyak praktisi Falun Gong melaporkan bahwa mereka diberi pemeriksaan fisik dan tes darah saat berada dalam tahanan, sebuah prosedur yang akan menyaringnya untuk kecocokan operasi transplantasi organ. Menurut para peneliti, praktisi Falun Gong adalah sumber organ terbesar.
Sebuah laporan baru-baru ini yang diterbitkan oleh peneliti David Matas, David Kilgour, dan Ethan Gutmann memperkirakan bahwa Tiongkok melakukan 60.000 sampai 100.000 transplantasi per tahun.
Film dokumenter pemenang penghargaan Peabody, “Bloody Harvest,” menjelaskan bahwa pemindahan organ dilakukan sementara jantung korban masih berdetak, mengakibatkan korban meninggal akibat kehilangan darah dan trauma berikutnya. Metode ini memungkinkan organ untuk tetap berada dalam kondisi optimal untuk operasi transplantasi.
Pemerintah di seluruh dunia mulai meningkatkan kekhawatiran tentang sistem transplantasi organ Tiongkok. Pada tahun 2016, Dewan Perwakilan Rakyat Amerika Serikat dengan suara bulat mengeluarkan Resolusi 343 yang mengecam praktik pengambilan organ Tiongkok.
Parlemen Eropa juga mengeluarkan sebuah deklarasi, meminta para pemimpin politik Eropa untuk membantu menghentikannya.
April ini, parlemen provinsi Wina menjadi ibukota Eropa pertama yang mengecam rezim Tiongkok karena kejahatan pengambilan organ tubuh yang dilakukannya. (ran)