EpochTimesId – Korban tewas teror penabrakan massal dengan mobil Van di Toronto, Kanada, dipastikan sebanyak sepuluh orang. Sementara 15 korban lainnya mengalami luka-luka.
Jumlah korban terkonfirmasi setelah pelaku teror dihadapkan ke pengadilan. Tersangka, Alek Minassian, adalah warga Richmond Hill berusia 25 tahun. Dia hadir dalam sidang perdana singkat di ruang sidang Toronto pada hari Selasa (24/4/2018) waktu setempat.
Sebelumnya dikabarkan, sebuah mobil van menghantam kerumunan orang di Toronto, Kanada, Senin (23/4/2018) waktu setempat. Ssebelumnya diperkirakan sebanyak sembilan orang menjadi korban tewas dalam serangan itu.
Polisi Toronto mengatakan bahwa korban yang dihantam langsung oleh mobil antara 8 hingga 10 orang. Penyerangan terjadi di sekitar kawasan Yonge Street di selatan Finch Avenue, seperti dikutip dari The Epoch Times.
Minassian langsung ditangkap oleh polisi tidak lama setelah kejadian. Pemerintah federal sejauh ini mengesampingkan keterkaitan tersangka dengan jaringan terorisme internasional.
Alek Minassian digelandang ke pengadilan dengan berpakaian jumpsuit putih. Ketika ditanya oleh wartawan, dia hanya berulangkali menjawab dengan menyebut namanya. Tersangka akan didakwa melakukan pembunuhan tingkat pertama terhadap 10 orang dan percobaan pembunuhan terhadap 13 orang lainnya.
Video Rekomendasi :
Profil Minassian di LinkedIn menyatakan bahwa dia terdaftar sebagai mahasiswa di Seneca College mulai tahun 2011 hingga tahun ini.
Sementara itu, Departemen Pertahanan Nasional Kanada menyatakan bahwa Tersangka sempat diterima menjadi anggota Pasukan Bersenjata Kanada (CAF) tahun lalu.
“Dia tidak menyelesaikan pelatihan perekrutannya dan meminta untuk dibebaskan secara sukarela dari CAF setelah 16 hari pelatihan perekrutan,” kata Jessica Lamirande, juru bicara Departemen Pertahanan Nasional.
Sebuah posting Facebook Minassian sesaat sebelum serangan mereferensi ‘tragedi Isla Vista 2014’ di California, Amerika Serikat. Dalam tragedi itu, seorang pria bersenjata menewaskan enam orang dan melukai beberapa lainnya, sebelum meembakkan senapan pada dirinya sendiri.
Dalam sebuah video sebelum serangan itu, pria bersenjata itu mengatakan alasannya melakukan penembakan adalah karena cintanya ditolak oleh seorang wanita.
Alexander Alexandrovitch, mengatakan di profil Facebooknya bahwa dia belajar di sekolah menengah yang sama dengan Minassian. Alexander menggambarkan tersangka sebagai, “Seseorang yang tidak stabil secara mental.”
“Dia dikenal mengeong seperti kucing dan mencoba menggigit orang,” tulisnya di Facebook.
Sementara itu, Perdana Menteri Kanada menyampaikan belasungkawa setelah serangan van tersebut. Justin Trudeau mengatakan dia akan mengunjungi kota itu, segera setelah memungkinkan.
Trudeau mengatakan bahwa aksi yang mematikan itu tidak memiliki kaitan yang jelas dengan serangan teroris.
Namun, dia menggambarkan serangan sebagai peristiwa mengerikan dan tidak masuk akal.
“Segenap warga Kanada berdiri bersama Toronto hari ini. Penyelidikan atas insiden ini masih berlangsung, dan tidak ada bukti yang menunjukkan ancaman terhadap elemen keamanan nasional untuk situasi ini,” ujar Trudeau. (The Epoch Times/waa)
Para jaksa Taiwan telah mengajukan tuntutan terhadap mantan karyawan pembuat chip terbesar di dunia, menuduh bahwa dia telah melakukan pencurian teknologi dengan tujuan menyediakannya untuk BUMN di daratan Tiongkok.
Kasus ini mengingatkan ambisi Tiongkok untuk mendapatkan teknologi semikonduktor dengan cara apa pun yang diperlukan. Chip sangat penting untuk membuat sebagian besar perangkat elektronik; rejim Tiongkok telah tertinggal dalam kemajuan teknologinya sendiri dan sangat bergantung pada chip impor asing. Ketika pemerintah AS baru-baru ini mengumumkan bahwa mereka akan melarang perusahaan-perusahaan Amerika untuk memasok komponen-komponen ke pembuat ponsel pintar Tiongkok, ZTE, ketergantungan perusahaan tersebut pada chip Amerika tak dapat ditutupi.
Sementara itu, rezim Tiongkok telah secara agresif mengarahkan perusahaan-perusahaan Tiongkok untuk berinvestasi atau mengakuisisi perusahaan semikonduktor asing untuk mendapatkan inovasi teknologi yang diinginkannya untuk kepentingan nasionalnya sendiri.
Menurut laporan oleh Kantor Berita Pusat Taiwan pada tanggal 18 April, jaksa Distrik Hsinchu menemukan bahwa pada bulan September 2017, seorang insinyur di Taiwan Semiconductor Manufacturing Company (TSMC), hanya diidentifikasi dengan nama keluarganya, Wu, telah menyalin dokumen yang berkaitan dengan teknologi 28-nanometer. Dia berencana untuk meninggalkan perusahaan pada bulan Desember, setelah itu dia akan membawa dokumen tersebut untuk pekerjaan barunya di China Resources, sebuah perusahaan milik negara, untuk mereproduksi teknologi eksklusif.
Seorang fotografer mengambil bidikan di samping logo Perusahaan Semikonduktor Manufaktur Taiwan (TSMC), selama pertemuan laporan triwulanan di Taipei pada 26 April 2007. (Sam Yeh / AFP / Getty Images)
China Resources adalah konglomerat di bawah arahan Dewan Negara Tiongkok. Salah satu dari anak perusahaannya, China Resources Semico, memproduksi chip dan merupakan pemasok untuk banyak produk-produk elektronik konsumen domestik.
Jaksa sedang menuntut Wu dengan tuduhan pencurian rahasia dagang dan pelanggaran kepercayaan.
Kasus serupa muncul pada Mei 2017, ketika seorang insinyur di TSMC bermarga Hsu juga membuat salinan dokumen yang berkaitan dengan teknologi yang sama. “Teknologi ini memiliki kinerja tinggi dan konsumsi daya yang rendah,” menurut laporan oleh Taipei Times.
Penuntut menemukan bahwa Hsu telah mengunjungi perusahaan teknologi Tiongkok, Shanghai Huali Microelectronics Corp, sebulan sebelum dia mengajukan surat pengunduran dirinya. Mereka menuduh bahwa Hsu telah menggunakan dokumen-dokumen itu sebagai pengungkit untuk mendapatkan pekerjaan di perusahaan Tiongkok tersebut. Setelah staf TSMC berhadapan dengan Hsu, dia mengakui pencurian itu dan staf TSMC menemukan kembali dokumen-dokumen tersebut.
Fenomena perusahaan Tiongkok memikat para pebakat teknologi Taiwan adalah masalah utama yang menjadi perhatian bagi perusahaan teknologi Taiwan.
CEO produsen chip asal Taiwan, Nanya Technology, Lee Pei-Ing, baru-baru ini membuat pernyataan di mana dia mengatakan bahwa teknologi DRAM milik perusahaan, yang digunakan dalam komputer-komputer dan server-server pribadi, sedang diburu oleh Tiongkok melalui mantan-mantan karyawan. Sekitar 50 mantan staf tidak tetap telah tertarik dengan posisi menguntungkan di Tiongkok, katanya, menurut laporan media Taiwan, United Daily News.
Pada Maret lalu, seorang pejabat senior di Departemen Perdagangan AS, Ian Steff, mengunjungi Taiwan untuk bertemu dengan ketua TSMC Morris Chang dan membahas cara-cara untuk berkolaborasi, menurut laporan Nikkei Asian Review, sebuah majalah Jepang.
Morris Chang, ketua TSMC, mendengarkan selama konferensi pemegang saham di Taipei pada 16 Januari 2014. (Sam Yeh / AFP / Getty Images)
Steff juga bertemu dengan para eksekutif industri chip lokal dan perwakilan-perwakilan pembuat chip Amerika lokal “untuk membahas berbagai topik mulai dari perlindungan kekayaan intelektual, rahasia dagang, hingga masalah keamanan informasi,” menurut laporan Nikkei, mengutip seorang eksekutif industri. Steff telah memberi tahu kelompok tersebut bahwa “Taiwan akan menjadi sekutu penting bagi AS untuk mengatasi masalah properti intelektual dengan Tiongkok,” menurut laporan tersebut.
Pencurian kekayaan intelektual Tiongkok (IP) adalah masalah utama yang Presiden AS Donald Trump cari untuk membuat tarif perdagangan baru-baru ini yang diberlakukan pada barang-barang impor Tiongkok.
Menteri Urusan Perekonomian Taiwan, Shen Jong-chin, juga mengatakan kepada Nikkei Asian Review dalam sebuah wawancara Maret bahwa para pembuat chip Taiwan sangat prihatin dengan pencurian IP oleh pesaing Tiongkok mereka, terutama melalui transfer teknologi secara paksa ketika melakukan bisnis di Tiongkok. “Banyak pemilik bisnis sangat berhati-hati tentang hal ini dan dapat enggan untuk berinvestasi terlalu banyak di sana,” kata Shen kepada Nikkei Asian Review. (ran)
Oleh Fergus Hodgson, American Institute for Economic Research
Rezim komunis Tiongkok sedang memberi pinjaman dan berinvestasi besar-besaran di seluruh Amerika Latin, dan bukan untuk amal. Perlahan tapi pasti, strateginya menggerogoti kebijakan luar negeri AS yang mendominasi di wilayah tersebut.
Investasi asing dari Republik Rakyat Tiongkok tidak pernah merupakan suatu tindakan perusahaan kapitalis semata-mata atau tindakan tanpa pamrih. Sebaliknya, rezim totaliter tersebut sedang menjemput dimana Kuba yang totaliter berhenti dan memperluas lingkup pengaruhnya melalui perut negara-negara yang rentan, miskin, dan sering tidak menaruh curiga.
Motif tersembunyi rezim Tiongkok sangat terselubung dan terbukti keduanya di dalam struktur dan pemilihan lokasi perusahaan-perusahaan yang sedemikian rupa. Usaha-usaha tersebut memberi imbalan ideologi, anti teman-teman sekutu AS, memperkuat aliansi geopolitik, dan berfungsi sebagai platform untuk spionase. Kasus Venezuela adalah sebagai gambaran, karena negara sosialis itu adalah lubang hitam bagi investasi asing, namun Tiongkok terus menggelontorkan banyak miliaran dalam utang yang menguntungkan dan memungkinkan pembayaran bunga saja.
Sebagaimana dijelaskan dalam laporan terbaru dari Center for a Secure Free Society (SFS), berjudul “The Dragon and the Condor,” ancaman pengaruh imperialis dari Tiongkok tidak lagi menjadi topik akademis. Sebaliknya, itu telah tiba dan tumbuh secara mengerikan selama dekade terakhir.
Daftar proyek-proyek infrastruktur besar muncul dalam waktu dekat, terutama di Chili dan Nikaragua, siap untuk peralihan pengaruh Tiongkok dari “lunak” menjadi “keras,” seperti yang dilaporkan oleh National Endowment for Democracy. Tekanan menjadi lebih agresif dan didukung oleh ancaman-ancaman untuk ganjaran, sebuah tongkat sebagai pengganti sebuah wortel.
Lima Tahapan
Dalam laporannya, anggota SFS Ricardo Neeb dan Fernando Menéndez mengidentifikasi serangkaian kegiatan-kegiatan saat ini dan yang akan datang, dan mereka memasangkannya menjadi lima tahap, rencana jangka panjang dengan tujuh tujuan demi rezim Tiongkok. Langkah awal yang penting adalah pengembangan kemampuan intelijen, dan ini tumbuh dengan cepat dalam menghadapi sistem keamanan siber yang lemah di Amerika Latin.
Salah satu gejala dari prioritas intelijen tersebut adalah pengabdian investasi untuk sektor jasa dan infrastruktur, di mana rezim dapat memasukkan orang-orangnya, mengumpulkan pengetahuan, dan mendirikan jalan terlindung untuk berbagi informasi kembali ke Beijing. Contoh mencolok dari upaya untuk “merebut jaringan digital dan mendapatkan akses ke informasi yang menguntungkan secara politik dan komersial” adalah kabel serat optik bawah laut yang diusulkan untuk menghubungkan Tiongkok dan Chili, dimana melakukan sedikit ekonomi tetapi banyak untuk arti geopolitik.
Di bawah tujuan yang lebih luas untuk menantang kepemimpinan AS dan menyetel kembali geopolitik dunia, hasil-hasil setelah pencarian tersebut termasuk pemantauan terhadap lawan-lawan rezim, merongrong keberadaan Taiwan, perang siber, identifikasi peluang komersial, dan spionase perusahaan. Dua yang terakhir ini sangat penting karena, di dalam kata-kata Neeb dan Menéndez, “seringkali sulit untuk membedakan antara perusahaan yang dikendalikan negara dengan lembaga pemerintah RRT.”
Sarana Perlindungan untuk Negara
Ketika perusahaan bisnis adalah sarana-sarana perlindungan negara, seperti yang cenderung terjadi di Tiongkok, mereka secara alami menggunakan sumber daya masing-masing untuk saling menguntungkan. Di satu sisi, rezim Tiongkok akan menggunakan perusahaan-perusahaan tersebut sebagai kendaraan propaganda; di sisi lain, perusahaan-perusahaan ini akan mendapatkan pertolongan dari intelijen negara yang mengetahui rahasia para pesaing.
Pada 2012, misalnya, jurnalis Kanada Mark Bourrie melaporkan bahwa Kantor Berita Xinhua (corong Partai Komunis Tiongkok) menggunakannya untuk memantau lawan-lawan rezim di Kanada. Sebagai bukti tak terbantahkan lainnya di negara-negara Amerika telah menargetkan Peru pada 2012, ketika malware asal Tiongkok mencuri puluhan ribu cetak biru industri.
Kanal penghubung dua lautan yang telah diusulkan di Nikaragua, untuk bersaing dengan Terusan Panama, akan membawa kekuatan Tiongkok di wilayah ini ke tingkat yang baru. Meskipun proyek $50 miliar macet dalam perkelahian hukum atas masalah lingkungan dan properti, jika diselesaikan akan tepat di halaman belakang Amerika Serikat.
Diserahkan ke Sandinistas komunis oleh Presiden AS Jimmy Carter pada tahun 1970-an, yang pada saat itu Nikaragua masih memiliki pemimpin gerilya yang sama di pucuk pimpinan, Daniel Ortega. Dia telah mengirimkan kontrak tanpa tender kepada pengembang Tiongkok HKND, bersama otoritas selama 50 tahun atas pemeliharaan dan administrasi, dengan opsi untuk pembaruan. Para pengamat yang tajam telah menunjukkan adanya kemungkinan besar atas zona ekstrateritorial yang diatur oleh Tiongkok di Amerika Tengah.
Perkembangan ini harus menjadi peringatan tidak hanya bagi Amerika Serikat, tetapi bahkan lebih kepada negara-negara yang masuk ke dalam selimut tempat tidur bersama dengan rezim Tiongkok. Meskipun umpan awal mungkin menarik dan orang Tiongkok mungkin tidak mencari keuntungan finansial eksplisit, biaya bunga dalam hal otonomi, privasi, dan kemandirian akan menjadi berat. Anda dapat yakin komunis di Beijing tersebut bertekad untuk menguangkan investasi mereka, meskipun dalam mata uang geopolitik, dan mereka tidak akan mempromosikan demokrasi liberal dan pasar bebas. (ran)
Fergus Hodgson, yang berbasis di Guatemala City, adalah editor eksekutif Antigua Report. Ikuti dia di Twitter @FergHodgson
Hari Jumat (27/04/2018) Presiden Xi Jinping akan menemui Perdana Menteri India Narendra Modi di kota Wuhan, Tiongkok, dan kedua pemimpin tersebut masih akan bertemu lagi pada bulan Juni mendatang. Demikian pengumuman yang disampaikan bersama antara Menlu Tiongkok Wang Yi dan Menlu India Sushma Swaraj usai pertemuan.
Ini baru untuk pertama kalinya, pemimpin India mengunjungi Tiongkok secara intensif. Media India mengutip ucapan sumber melaporkan bahwa di Wuhan nanti, Modi dan Xi Jinping akan membahas isu perselisihan perbatasan antara kedua negara.
Apa sebenarnya yang sedang terjadi ? Bukankah media ‘Global Times’ sebelumnya mengatakan bahwa pemerintahan Modi tidak ingin dituding sebagai pemerintah yang memprovokasi perang Tiongkok – India ?” Bagaimana tiba-tiba tiupan angin berubah arah ?
Sebagaimana kita semua tahu, karena konfrontasi antara perbatasan Tiongkok dan India beberapa waktu lalu, media Partai Komunis Tiongkok telah menghembuskan sentimen nasional masyarakat.
Sekarang tiba-tiba kedua pemimpin bertemu 2 kali dalam tiga bulan. Bagaimana membuat para netizen Tiongkok dapat memahami masalah dan mengetahui hal yang terjadi ?
‘Global Times’ dalam sebuah artikelnya yang diterbitkan pada 23 April menyebutkan bahwa, PM. Modi adalah orang yang paling teguh dalam memegang prinsip imbal balik, Jadi ia bersedia mengunjungi Tiongkok berarti memiliki niat baik untuk mempererat persahabatan.
Tetapi Tiongkok komunis yang sering bertindak semaunya dengan alasan-alasan yang kalau perlu berubah-ubah, sekarang mereka akan menghadapi situasi bagaimana membuat dirinya tidak menjadi bahan cacian masyarakat ?
Tetapi pemerintahan komunis tidak peduli apakah Anda bisa atau tidak menerima. Itu bukan urusannya kecuali urusan Anda sendiri. Pokoknya, pemerintah Tiongkok sekarang butuh secepatnya memperbaiki hubungan diplomatik dengan India.
Mengapa ? Karena sekarang musuh pemerintah Tiongkok sudah berada di seluruh lini, semua negara di dunia sudah mulai waswas dengan pemerintah Tiongkok komunis.
Terutama soal perdagangan antara Tiongkok – AS, Media ‘Forbes’ dalam sebuah artikel yang dimuat situs mereka menyebutkan bahwa, jika saja Amerika Serikat memutuskan untuk memperluas embargo ilmiah dan teknologi sampai ke bidang lainnya, bahkan ke seluruh tubuh perusahaan Tiongkok, ini akan membuat perekonomian Tiongkok bertekuk lutut.
Konfrontasi antar pasukan penjaga perbatasan Tiongkok dan India belum mendapatkan penyelesaian yang baik hingga sekarang. (Diptendu Dutta/AFP/Getty Images)
Artikel ini menyebutkan bahwa meskipun ini sulit dibayangkan, tetapi tidak berarti mustahil.
Beijing sebenarnya sudah berada dalam situasi berbahaya. Pada saat ini, sudah bukan waktunya bagi Tiongkok untuk membuat godaan atau memancing emosi India. Dengan kata lain, Beijing sekarang harus berbaik dengan India dan perlu segera menghentikan konfrontasi yang pernah terjadi pada pasukan penjaga perbatasan.
Menlu Wang Yi dalam pertemuannya dengan Menlu India Sushma Swaraj menekankan pentingnya mekanisme WTO. Namun, kita semua tahu bahwa sejak Tiongkok masuk WTO peraturan perdagangan dunia telah berulang kali dilanggar oleh Tiongkok, menyebabkan organisasi tersebut kehilangan tanggung jawab dan kewajibannya.
Wang Yi sekarang menekankan pentingnya WTO. Menurut analisis media ‘India Times’ bahwa, ucapan Wang Yi itu secara langsung atau tidak menyiratkan tentang sanksi perdagangan pemerintahan Trump terhadap Tiongkok dikeluarkan karena Tiongkok melanggar aturan WTO.
Tujuan Beijing memperbaiki hubungannya dengan India tak lain adalah untuk mendapatkan dukungan atau bantuan Modi untuk menghadapi sanksi perdagangan AS.
Dipikir analisis media India lebih masuk akal. Namun, jika Modi mengunjungi Tiongkok, menurut prosedur diplomatik normal, Xi Jinping sewajarnya bertemu dengan Modi di Beijing, Mengapa ia memilih Wuhan ? Reuters dalam artikelnya menyebutkan bahwa ini adalah rasa hormat yang jarang ditampilkan oleh Xi Jinping kecuali kali ini untuk PM. Modi.
Mengapa ? Karena pertemuan puncak umumnya lebih serius dan khidmat. Memilih bertemu di luar ibukota akan sedikit melemahkan dan tampak lebih informal. Tetapi media India percaya bahwa pertemuan di Wuhan akan membuat Xi Jinping dan Modi lebih bebas, relatih santai untuk bertukar pikiran tentang hubungan bilateral, terutama menyangkut beberapa isu sulit.
Selain itu, jika Modi pergi ke Beijing, publik India mungkin akan cenderung berpikir bahwa Modi mungkin ke Beijing untuk membuat konsesi. Dengan memilih bertemu di Wuhan suara kritikan dalam negeri India mungkin bisa berkurang.
Analisis ‘India Times’ mengungkapkan, dengan bertemu di Wuhan, maka kedua belah pihak terhindar dari formalisasi sebuah pertemuan kenegaraan. Di sisi lain, itu juga dapat mengesampingkan tekanan politik yang tidak perlu di negara mereka masing-masing.
Dalam sudut pandang ‘India Times’ bahwa kunjungan Modi ke Tiongkok saat ini sama pentingnya dengan kunjungan PM. Rajiv Gandhi tahun 1988 yang kemudian berhasil menjalin kembali hubungan diplomatik yang telah terputus karena perang antar kedua negara tersebut pada tahun 1962.
CNN juga menerbitkan sebuah artikel yang mengatakan bahwa di bawah latar belakang pencairan hubungan Tiongkok – India yang terjadi saat ini, kepala negara tersebut mengadakan pertemuan.
Artikel itu mengutip ucapan Manoj Joshi, seorang peneliti di Observer Research Foundation, India yang mengemukakan bahwa hubungan diplomatik antara Tiongkok dengan India sekarang berada dalam situasi dilematis. Joshi percaya bahwa Tiongkok komunis berharap dengan memperbaiki hubungan bilateral dengan India dapat mencegah India kembali memihak Amerika.
Sejak Trump menjabat sebagai Presiden Amerika Serikat, istilah kawasan Asia Pasifik telah berubah dan sekarang telah menjadi kawasan Indo-Pasifik.
Beberapa analis percaya bahwa ini adalah upaya Trump untuk menambahkan wilayah Samudra Hindia dan India yang masih berselisih dengan RRT sehingga cakupan geografis menjadi lebih luas untuk memperkuat sistem pengawasan dan keseimbangan dalam menghadapi Tiongkok.
Selain itu, masih ada alasan lain yang menjadi faktor pendorong Modi berkunjung ke Wuhan yaitu masalah perbatasan. Seperti yang kita ketahui, perbatasan antara kedua negara telah tertunda penyelesaiannya sejak konfrontasi.
Tahun lalu, kedua pihak menarik pasukan dari garis depan perbatasan karena cuaca yang sangat dingin. Sedangkan sekarang cuaca telah semakin menghangat, apakah akan muncul ketegangan lagi ? Oleh karena itu, kedua pihak ingin menyelesaikan masalah yang ada sebelum musim panas tiba, agar bentrokan di masa lalu tidak terjadi lagi.
Meskipun Xi Jinping dan Mode pernah bertemu dalam pertemuan puncak BRICS, tetapi karena kedua kepala negara sedang tidak berada di dalam negeri, khawatir perintah kurang didengar. Pada saat itu, Tiongkok sedang berada dalam situasi politik yang tidak menguntungkan jika pecah perang dengan India. (Sinatra/asr)
Pada bulan Februari, Departemen Kehakiman menuduh 13 orang Rusia dengan tuduhan mencuri identitas warga AS dan menyebarkan “berita palsu” dengan maksud untuk menumbangkan pemilihan presiden AS terakhir. Kasus ini masih berlangsung, dan mungkin melakukannya selama bertahun-tahun. Sementara itu, para peneliti UCR telah membangun solusi berbasis teknologi untuk penyebaran informasi palsu yang berbahaya.
Laboratorium Multi-Aspect Data Lab milik UCR, yang dipimpin oleh Evangelos E. Papalexakis, asisten profesor di Departemen Ilmu Komputer dan Teknik, sedang mengembangkan teknik sains data baru untuk mengatasi berbagai masalah dalam analisis jaringan sosial, dengan pendanaan dari Naval Sea Systems Command, Naval Engineering Education Consortium, the National Science Foundation, dan Adobe.
Para peneliti tersebut sedang membangun algoritme untuk membedakan pola yang menunjukkan “berita palsu”. Melalui ekstrapolasi dan perintah yang dimasukkan ke dalam sistem-sistem pengelolaan konten milik para penayang, item-item ini kemudian dapat dihapus sebelum ditayangkan dan menyebabkan malapetaka.
Secara krusial, perhitungan UCR tersebut dapat merekam “jejak” dari posting tersebut untuk mendukung penuntutan.
Makalah akademis terbaru Papalexakis tentang pekerjaan ini, “Unsupervised Content-Based Identification of Fake News Articles with Tensor Decomposition Ensembles” (Identifikasi Berbasis Konten Tanpa Pengawasan dari Artikel-artikel Berita Palsu dengan Ansambel Penguraian Tensor), ditulis bersama dengan asisten peneliti yang telah lulus, Seyed Mehdi Hosseini Motlagh, telah dipresentasikan dan memenangkan “penghargaan makalah terbaik” di MIS2 terbaru: Misinformation and Misbehavior Mining di Web workshop, bagian dari WSDM 2018 (Konferensi Internasional ke-11 ACM di Web Search and Data Mining).
“Penelitian-penelitian sebelumnya telah memberikan wawasan yang berguna tentang penyebaran artikel di jejaring sosial. Namun, deteksi didasarkan semata-mata pada cara-cara berbahaya dari artikel-artikel berita palsu tersebut ‘menginfeksi’ sejumlah pengguna media sosial sebelum terdeteksi,” kata Papalexakis.
“Sebaliknya, pekerjaan kami bertujuan untuk mendeteksi secara dini artikel-artikel tersebut, terutama dalam kasus-kasus di mana kita tidak memiliki pengetahuan eksternal mengenai validitas dan kejujuran dari setiap artikel tersebut.”
Pemantauan jaringan manusia bergantung pada kombinasi akal sehat dan pengalaman untuk mengetahui apakah sesuatu itu sah. Misalnya, para moderator memeriksa apakah informasi utama semua dalam HURUF BESAR (kode budaya digital untuk “berteriak”), menggunakan kata kunci bahasa kejahatan kebencian yang terkenal, dan mencari ketidakcukupan sumber terverifikasi untuk pernyataan-pernyataan palsu.
Tetapi, bagaimana Anda mengajarkan komputer bahwa atribut-atribut triangulasi ini sering menunjukkan “berita palsu”?
Pemahaman berbasis mesin sangat bergantung pada konsep-konsep matematika, sehingga Papalexakis dan para penelitinya menggunakan apa yang disebut “Data Multi Aspek.” Sederhananya, gambar kelompok sosial di mana setiap orang di dalam interaksi memiliki banyak cara untuk terhubung (yaitu telepon, teks , video, pesan instan, posting media sosial).
Laboratorium Data Multi Aspek kemudian mencatat, memeriksa, mengkategorikan, dan memodelkan semua masukan ini, berdasarkan apa yang dikenal sebagai “penguraian tensor.” Sebuah “tensor” dalam ilmu data berarti struktur multidimensi, seperti sebuah kubus.
Semua multi aspek tersebut secara digital ditangkap sebagai kubus multidimensi sehingga sistem tersebut dapat menyelidiki dan “memahami” apa yang sebenarnya terjadi, dan apakah berita itu palsu atau tidak.
“Teknik penguraian tensor yang kami kembangkan mampu menangkap pola bernuansa yang berhasil mengidentifikasi berbagai kategori berita palsu, tanpa menggunakan pengetahuan eksternal tentang validitas artikel khusus apapun.” Papalexakis mengatakan.
Dengan memanfaatkan keragaman dari semua aspek data tersebut, sistem UCR memberikan hasil yang lebih akurat daripada penelitian yang dipublikasikan sebelumnya di bidang ini. Dalam makalah mereka, para penulis tersebut menggambarkan bagaimana mereka mengkompilasi algoritma mereka, kemudian mempublikasikan hasil-hasil dari banyak bagian percobaan, menunjukkan bahwa algoritma yang telah disodorkan teridentifikasi hingga 80 persen berita palsu.
Industri telah mencatat. Papalexakis mengatakan dia secara aktif mengejar kolaborasi dengan raksasa-raksasa teknologi besar. (ran)
Disediakan oleh: University of California – Riverside
Epochtimes.id- Puluhan jenazah, termasuk jihadis dan warga sipil, telah ditemukan di kuburan massal di bekas markas kelompok Daesh atau ISIS di Raqqa, Suriah.
Seorang diungkapkan oleh pejabat lokal pada Sabtu lalu seperti dilansir dari Arabnews.com, Selasa (24/04/2018).
Penduduk di bekas “ibu kota” de facto kelompok ISIS di Suriah utara, Raqqa melihat para jihadis diusir oleh Pasukan Demokrat Suriah yang didukung AS pada Oktober 2017.
Hampir 50 mayat telah ditemukan dari kuburan massal, yang berkapasitas hingga 200 mayat. Laporan ini diungkap oleh Abdallah Al-Eriane, seorang pejabat senior dengan Dewan Sipil Raqqa sekarang memerintah di kota itu.
Kuburan massal terletak di bawah lapangan sepakbola, dekat dengan rumah sakit tempat para jihadis menggali sebelum diusir dari kota.
“Itu rupanya satu-satunya tempat yang tersedia untuk pemakaman, yang dilakukan dengan tergesa-gesa. Para jihadis bersembunyi di rumah sakit, ”kata pejabat itu,
Dia menambahkan bahwa beberapa jasad ditandai dengan nom de guerre dari jihadis sementara warga sipil hanya memiliki nama pertama.
Selama beberapa bulan terakhir, Suriah dan Irak telah menemukan kuburan massal di daerah-daerah yang sebelumnya dijadikan markas oleh para jihadis.
Pasukan Suriah menemukan kuburan massal berisi sisa-sisa lebih dari 30 orang yang dibunuh oleh Daesh di provinsi Raqqa pada bulan Februari.
Temuan ini mengikuti dua temuan serupa lainnya oleh tentara Suriah.
Kelompok Daesh, yang memproklamirkan “kekhalifahan” atas wilayah-wilayah Suriah dan Irak pada 2014, kini telah kehilangan hampir semua wilayah yang pernah mereka dikuasai.
Kelompok ini bertanggung jawab atas beberapa kekejaman selama masa terornya, termasuk eksekusi massal dan pemenggalan kepala. (asr)
Erabaru Video Story – Banyak orang yang sering merasa bahwa Tuhan dan dunia sangat tidak adil ketika apa yang mereka harapkan tidak tercapai. Padahal mereka sudah melakukan usaha maksimal untuk mengejar impian tersebut.
Jika anda mengalaminya, maka sebaiknya anda menyimak terlebih dahulu video ini, sebelum mengeluh. Bahkan bisa jadi, anda akan bersyukur terhadap apa yang sudah anda miliki.
Video Erabaru Story kali ini mengisahkan betapa banyaknya orang-orang di luaran sana, yang memiliki keterbatasan fisik. Namun, mereka tidak berhenti dan patah semangat untuk terus berusaha.
Kekurangan yang mereka miliki, dalam video ini nampak tidak menghambat mereka untuk mencoba melakukan sesuatu. Para penyandang disabilitas justru menikmati usaha mereka, layaknya seseorang yang normal.
Lihatlah! Mereka terlihat sangat cekatan bekerja pada bidang konstruksi. Bidak itu tidak dapat dipungkiri membutuhkan kondisi fisik yang maksimal. Namun, mereka mampu melakukannya.
Pekerja konstruksi disabilitas.
Mereka bahkan tidak dibantu oleh pekerja yang lain. Bahkan, ketika mereka harus merasakan rasa sakit ekstra jika dibandingkan rekan-rekan kerja yang normal.
Syukurnya, masih ada orang-orang yang memberi kesempatan kepada mereka untuk bekerja. Karena kesempatan ini jugalah yang membuat mereka menjadi terlatih dan terbiasa.
Jadi, jika suatu saat anda hendak menyerah, ingatlah dan renungkanlah! Anda mungkin memiliki kehidupan yang jauh lebih baik daripada mereka! Anda mungkin memiliki modal yang lebih baik, untuk terus berusaha.
Jadi, janganlah berhenti berusaha walau hasilnya belum seperti yang anda harapkan.
Selamat Berusaha!
(Erabaru Video Story/waa)
Sudah 20 tahun sejak Tiongkok mengadopsi kebijakan ‘one country, two systems’ (OCTS) dengan Hong Kong. Namun, sejauh ini telah terjadi perjalanan yang bergelombang. Ada beberapa masalah sosial dan sipil yang tidak terpecahkan, dan penduduk Hong Kong telah terbagi menjadi dua kelompok: pro-demokrasi, terdiri dari kaum muda yang idealis dan dipengaruhi Barat, dan pro-kemapanan, yang terdiri dari lanjut usia dan mereka yang berusaha mempertahankan sistem politik “stabil” yang sudah mapan. Perdebatan baru-baru ini mengenai masalah ini telah membawa dua pertanyaan penting: Apakah OCTS telah dijalankan di Hong Kong, dan apakah itu akan pernah dijalankan di Taiwan?
Apakah OCTS bekerja di Hong Kong?
Dalam 10 tahun terakhir, ada perubahan signifikan dalam pendekatan Beijing terhadap Hong Kong. Tiongkok telah menjadi lebih tegas dalam kehadirannya di Hong Kong. Ini juga telah mengirimkan isyarat bahwa pemerintah Tiongkok akan menghapus pengaturan bersama tentang satu negara dua sistem tersebut jika mereka merasa bahwa satu negara bisa dirugikan oleh sentimen kemerdekaan yang tumbuh di Hong Kong.
Anggota Partai Demokrat Lee Wing-tat, yang telah vokal tentang posisinya pada penguasa komunis di Beijing, menyatakan bahwa para pejabat Tiongkok:
“Sebenarnya mengganggu nilai-nilai inti Hong Kong, tentang kebebasan, sistem pengadilan, dan juga tentang apakah kita [Hong Kong] menikmati hak untuk memilih pemerintah kita sendiri. Ada begitu banyak janji di masa lalu, dan Anda dapat mengatakan bahwa sebagian besar atau semuanya telah rusak dalam 20 tahun terakhir.”
Perbedaan antara Tiongkok dan Hong Kong dapat secara mencolok ditunjukkan oleh penerapan kebebasan berekspresi sederhana dalam “sistem” individual. Menurut hukum dasar Hong Kong, warga Hong Kong memiliki kebebasan penuh untuk mengekspresikan diri. Di sisi lain, pemerintah Tiongkok secara ketat mengatur dan memonitor kritik publik dan bahkan opini publik.
Joshua Wong (kanan) dengan aktivis mahasiswa lainnya selama protes pro-demokrasi di Hong Kong. (Courtesy of Voice of America)
Perdebatan tentang hak asasi mahasiswa untuk mengekspresikan diri dengan slogan-slogan kemerdekaan untuk Hong Kong dan langkah-langkah universitas Tiongkok mengutuk mereka telah menciptakan kehebohan, menyoroti bahwa orang-orang di Hong Kong lebih memilih sistem mereka daripada Tiongkok.
Sejak amendemen yang diusulkan Tiongkok untuk Pasal 23 pada tahun 2003 dan kontrolnya atas proses pemilihan Hong Kong, Tiongkok telah kehilangan kepercayaan dari orang-orang di Hong Kong. Akibatnya, sejak saat itu, ia telah mencoba mengubah kesan orang-orang daratan Tiongkok terhadap Hong Kong, yang secara signifikan berdampak pada opini OCTS keduanya berakhir. Orang-orang Hong Kong juga merasa bahwa Tiongkok lebih berfokus pada satu negara, dan mempertanyakan kejujuran dan kredibilitas Tiongkok untuk mempertahankan akhir dari kesepakatan mereka tersebut.
Menuju Taiwan
Pada akhir tahun lalu, Presiden Xi Jinping mengulangi gagasan bahwa Tiongkok dan Taiwan dapat bersatu di bawah kebijakan OCTS. Namun, Ma Ying-jeou, presiden Taiwan, telah terang-terangan membantah kemungkinan itu, menyatakan bahwa langkah semacam itu akan mengorbankan kedaulatan dan kebebasan Taiwan. Taiwan juga memperhatikan kejadian-kejadian di Hong Kong dan dengan terang-terangan lebih memilih untuk tetap menjauhi Tiongkok.
Tidak seperti Hong Kong, Taiwan adalah negara yang berhasil maju yang telah membentuk otonomi, demokrasi, dan kemandiriannya sendiri. Balai Peringatan Chiang Kai-shek. (Gambar: AngMoKio via flickr CC BY-SA 3.0)
Orang-orang Taiwan juga mengidentifikasi diri mereka sebagai orang Taiwan dan bukan orang Tiongkok. Mereka tidak menerima sistem politik Tiongkok, dan lebih suka hidup dalam masyarakat liberal demokratis. Peristiwa baru-baru ini tentang keterlibatan Tiongkok dalam proses pemilihan Hong Kong telah disorotkan kepada Taiwan bahwa demokrasi mereka akan terancam di bawah OCTS, terutama karena Tiongkok lebih berfokus pada satu negara dibanding pada dua sistem tersebut.
OCTS tentu saja mengalami masa sulit di Hong Kong saat ini; bagaimanapun, sangat jelas bahwa sistem ini tidak memiliki peluang di Taiwan karena orang-orang mengendalikan hak kebebasan mereka dengan baik dan tidak ragu untuk menggunakannya. Pemerintah Taiwan juga tidak mendukung Tiongkok, dan tidak akan pernah mendorong diskusi semacam itu di antara keduanya.
Pertanyaannya kemudian adalah apakah Tiongkok akan memaksa untuk membawa Taiwan di bawah pemerintahannya? (ran)
EpochTimesId – Tarif hukuman atas produk baja dan almunium impor asal Tiongkok dinaikkan oleh pemerintah Amerika Serikat yang dipimpin Donald Trump. Selain itu Amerika juga berencana untuk menaikkan bea terhadap sejumlah komoditas lainnya dari Tiongkok, yang mencapai puluhan miliar Dolar AS.
Namun perusahaan Tiongkok ternyata sudah sejak lama menghindari pengenaan pajak negara Barat. Cara-cara mereka menghindari pajak dan bea cukai kini diungkap media asing.
Cara curang itu termasuk pengalihan destinasi pengiriman, mengubah lokasi asal dan harga barang.
Menipu bea cukai melalui pelabuhan terbesar di Yunani
Reuters mengutip ucapan sejumlah pejabat Eropa pada 20 April 2018 melaporkan bahwa Uni Eropa dan pemerintah Italia sedang mendalami kasus pelanggaran yang dilakukan kelompok kriminal asal Tiongkok.
Mereka menipu pajak impor atas barang berskala besar produk Tiongkok yang masuk ke Yunani melalui pelabuhan laut terbesar negara itu, Piraeus.
Fabio Botto, pejabat investigasi khusus dari Kantor Pusat Anti-Penipuan Italia kepada Reuters mengatakan, kelompok kriminal asal Tiongkok mencoba memasukkan sejumlah komoditas asal Tiongkok melalui pelabuhan Piraeus. Penipuan itu dilakukan untuk menghindari pajak impor dan PPN.
“Tindakan tersebut menyebabkan pemerintah Italia kehilangan pendapatan dari pajak yang mencapai jutaan EURO. Meskipun angka pastinya belum diperoleh karena penyelidikan belum berakhir,” tutur Fabio.
Fabio mengatakan, barang-barang impor yang dimasukkan oleh kelompok mafia tersebut biasanya adalah pakaian dan sepatu merk palsu. Mereka juga melaporkan kepada bea cukai Uni Eropa dengan nilai yang jauh di bawah harga untuk menghindari tarif.
Selain itu kelompok tersebut juga menggunakan perusahaan fiktif sebagai importir barang demi menghindari PPN.
Kantor Anti-Penipuan Eropa (European Anti-Fraud Office/OLAF) membenarkan bahwa pihaknya sedang melakukan penyelidikan bersama dengan pihak berwenang Italia. Penyelidikan itu tentang kasus penipuan, tetapi tidak memberikan rincian karena masalah itu diklasifikasikan sebagai rahasia.
Sebelumnya, ketika Eropa sibuk dengan langkah-langkah penghematan terhadap Yunani, investor Tiongkok berbondong-bondong masuk ke negera tersebut untuk menanamkan modal.
Sejak tahun 2016, China Ocean Shipping Group telah menjadi pemegang saham mayoritas dari pelabuhan laut Piraeus, Yunani.
Pelabuhan Piraeus, Yunani disebut-sebut oleh Tiongkok sebagai mutiara dalam proyek Inisiatif ‘Satu Sabuk Satu Jalan’ (One Road One Belt/OBOR). Pemerintah Tiongkok berharap melalui pelabuhan tersebut dapat membuka Jalur Sutra baru ke Eropa.
Infiltrasi juga meluas sampai ke ranah politik. Pada Juni tahun lalu, Athena bahkan mencegah Uni Eropa untuk mengecam catatan hak asasi manusia di Tiongkok.
Re-ekspor lewat Malaysia, India dan negara lainnya untuk penghindaran pajak Pada 22 April. New York Times juga mengungkap kasus sebuah perusahaan logistik asal Zhejiang yakni Zhejiang Sai Ta (Foto : SETTLE LOGISTIC).
Epoch Times menemukan bahwa di situs web perusahaan ini, mereka secara gamblang memperkenalkan bagaimana perusahaan menghindari pajak Barat atas komoditas ekspor. Produk dikirim dengan melalui pelabuhan transit, seperti Malaysia, Thailand, Taiwan, Indonesia, dan India.
Lembaran situs web Zhejiang Sai Ta yang mengambil contoh pelabuhan Malaysia sebagai lokasi transit kargo ekspor asal Tiongkok, memberikan gambaran 4 macam keuntungan yang dapat diperoleh eksportir, yakni :
Pertama, perusahaan Zhejian Sai Ta memiliki pabrik legal di Malaysia yang terkait dengan produk re-ekspor. Sehingga eksportir dapat memperoleh dokumen dan sertifikat asli asal barang yang disiapkan perusahaan (Zhejiang Sai Ta, Malaysia).
Kedua, jika menghadapi investigasi CHECK BACK di pelabuhan destinasi, perusahaan Zhejiang Sai Ta berjanji akan menanggung dan melakukan peyesuaian-penyesuaian yang dibutuhkan. Namun karena memiliki ‘dokumen dan sertifikat asli’, perusahaan dapat terhindar dari masalah dan lolos penyelidikan.
Dengan transit lewat pelabuhan Malaysia, sebagai contoh eksportir dapat memperoleh 4 macam keuntungan. (Foto : Zhejiang Sai Ta)
Keuntungan lainnya, termasuk bahwa perusahaan memiliki tim agen luar negeri dan cabang perusahaan sendiri di Malaysia. Hal itu untuk memastikan pengiriman komoditas tepat waktu dan menjamin proses dokumen re-ekspor yang dibutuhkan pelanggan.
Dengan mengambil re-ekspor melalui India sebagai contoh, perusahaan memberikan gambaran bahwa pemeriksaan komoditas yang diekspor dari beberapa pelabuhan seperti Malaysia semakin ketat oleh bea cukai Uni Eropa. Sehingga, untuk mendapatkan layanan yang lebih baik dari perusahaan, Zhejiang Sai Ta juga memperkenalkan pelabuhan laut India sebagai transit barang yang telah digunakan oleh perusahaan selama 2 tahun.
Perusahaan itu mengatakan bahwa Eropa tidak akan melakukan penyelidikan ganda pada komoditas yang diekspor dari India. Sehingga hal itu menjadi salah satu alasan utama mengapa mereka memilih India.
Jaringan perusahaan pialang ekspor yang berkembang
Zhejiang Sai Ta hanyalah salah satu bagian kecil dari sejumlah bisnis makelar ekspor yang ilegal.
New York Times melaporkan bahwa perusahaan ekspedisi Tiongkok, Han Cheng dalam promosi perusahaannya juga mengaku dapat membantu produsen untuk menghindari pembebanan tarif atas barang yang diekspor ke Amerika Serikat.
Dalam penjelasan yang dipublikasikan lewat siitus web perusahaan, mereka telah menekankan bahwa produsen harus menghindari penggunaan label Made in China di setiap produknya.
Menurut laporan itu, jaringan perusahaan pialang ekspor Tiongkok yang bertujuan untuk menghindari tarif impor negara Barat dengan menggunakan pelabuhan transit barang di negara lain sangat luas dan berkembang.
Situs web perusahaan mengklaim bahwa pihaknya telah berhasil mengekspor produk baja, aluminium foil, garmen, panel surya, dan bahkan wastafel stainless-steel ke Amerika Serikat dan Eropa dengan menghindari tarif yang tinggi.
Banyak perusahaan pialang ekspor mencoba menggunakan nasionalisme untuk membungkus diri agar tidak dikritik pemerintah Tiongkok.
Shenzhen Gaoyi International Freight Forwarding Co, Ltd dalam situsnya menyebutkan bahwa pihaknya berhasil mendobrak hambatan perdagangan dan anti-dumping. Keberhasilan itu membuat produk Tiongkok berhasil memasuki pasar internasional.
Iklan Han Cheng, Guangzhou menyebutkan, “Transit pelabuhan dan re-ekspor adalah satu-satunya cara untuk menghindari pengenaan tarif impor tinggi dan pembatasannya.”
Video Rekomendasi :
Presiden Trump pada bulan lalu memberlakukan tarif pada hampir semua produk baja dan aluminium yang diimpor. Namun, dengan alasan pemindahan muatan dia kemudian mengecualikan beberapa negara.
Trump percaya bahwa ekspor produk baja Tiongkok ke Amerika Serikat jauh melebihi jumlah yang ditunjukkan oleh data perdagangan. Dan hanya 2 persen produk baja impor yang dilaporkan media itu yang berasal dari Tiongkok.
Padahal banyak produk baja yang masuk ke AS itu pengirimannya dilakukan dari pelabuhan transit.
New York Times melaporkan bahwa transshipment dapat menjadi konten utama dari semua negosiasi antara Tiongkok dengan Amerika Serikat dalam penyelesaian sengketa perdagangan.
Masalah ini juga dapat menjadi bahan bahasan negara-negara Uni Eropa, dan juga Korea Selatan. Demikian juga Kanada dan negara mitra dagang AS lainnya yang berusaha memperpanjang kebijakan pembebasan tarif pemerintahan Trump.
Pemerintah negara-negara ini mungkin perlu waspada untuk memastikan bahwa pelabuhan mereka tidak menjadi lokasi transit yang akan menyulut kemarahan Washington.
Perdana Menteri Kanada, Justin Trudeau pada 27 Maret 2018 mengumumkan bahwa Kanada akan menerapkan serangkaian tindakan pengaturan untuk mencegah transhipment. (Xie Fei/ET/Sinatra/waa)
Epochtimes.id- Pemerintah Kota (Pemko) Banjarmasin, Kalimantan Selatan sangat serius mewujudkan Banjarmasin Kota Layak Anak tanpa iklan promosi dan sponsor rokok.
Keseriusan ditunjukkan dengan penertiban sejumlah reklame rokok di wilayah kota Banjarmasin oleh Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Banjarmasin sejak tanggal 21 April 2018.
Reklame rokok yang ditertibkan mencakup baliho dan billboard yang terpasang di jalan protokol dan jalan lingkungan, serta spanduk rokok yang bertebaran di depan warung dan toko.
Satpol PP menurunkan spanduk-spanduk rokok dan menutupi baliho atau billboard rokok dengan kain putih.
Menurut Iwan Fitriady, Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) kota Banjarmasin, Pemkot menargetkan bisa membersihkan 590 titik spanduk dan reklame di 45 titik jalan di seluruh wilayah Banjarmasin. Pembersihan akan dilakukan secara bertahap oleh Satpol PP Banjarmasin.
Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Banjarmasin sejak tanggal 21 April 2018. (Foto : Istimewa)
Iwan menambahkan, langkah cepat Pemko Banjarmasin membersihkan reklame rokok didorong temuan hasil monitoring iklan, promosi dan sponsor rokok di 10 kota yang dirilis Lentera Anak Januari lalu.
Monitoring yang dilakukan 170 anak anggota Forum Anak pada periode Mei-Juni 2017 menemukan 2.868 iklan, promosi dan sponsor rokok di 10 kota/kabupaten, yakni Banjarmasin, Batu, Bekasi, Tangerang Selatan, Kupang, Lampung, Mataram, Pasaman Barat, Pekanbaru, dan Semarang. Ke-170 anggota Forum Anak menemukan iklan promosi dan sponsor rokok selama mereka berkegiatan di luar dan di ruang publik.
“Dari 10 kota yang dimonitor, Banjarmasin menempati peringkat kedua terbanyak iklan rokok yaitu 590 iklan rokok,” kata Iwan.
Padahal Banjarmasin sudah memiliki Peraturan Walikota (Perwali) No 23 tahun 2016 tetang larangan iklan rokok di jalan protokol dan kawasan pendidikan.
Pembersihan iklan rokok di jalan protokol seharusnya dapat dilakukan berdasarkan Perwali tersebut. Namun dalam prakteknya, perlu koordinasi antara Satpol PP dengan SKPD terkait, sebagai penguat pelaksanaan penertiban iklan rokok ini.
Karena itu, ketika Januari lalu Lentera Anak merilis hasil monitoring Forum Anak (FA), khususnya FA Banjarmasin tentang temuan 590 reklame rokok di kota berjuluk Seribu Sungai ini, mendorong Pemko Banjarmasin memperkuat penertiban iklan rokok.
Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Banjarmasin sejak tanggal 21 April 2018. (Foto : Istimewa)
“Bahkan saya mendapat kabar bahwa Perwali akan direvisi untuk mengakomodir beberapa kendala di lapangan sehingga memperkuat penertiban iklan rokok di kota Banjarmasin,” tambah Iwan.
Lebih lanjut, Iwan menjelaskan, komitmen Pemko Banjarmasin untuk membersihkan iklan rokok bertujuan untuk melindungi anak dari paparan iklan rokok.
Sebelumnya, beberapa studi membuktikan bahwa iklan, promosi dan sponsor rokok mempengaruhi anak dan remaja untuk mencoba konsumsi rokok.
Diantaranya, Studi Uhamka dan Komnas PA 2007 menyebutkan 48% remaja berpendapat iklan rokok mempengaruhi untuk mulai merokok. Dan Studi Surgeon General tahun 2009 menyimpulkan iklan rokok mendorong perokok meningkatkan konsumsinya dan mendorong anak mencoba merokok.
Iwan menambahkan, penertiban iklan rokok menjadi sangat penting untuk menekan pertumbuhan perokok pemula di Banjarmasin.
“Iklan rokok berpotensi mendorong anak merokok. Sehingga pelarangan iklan rokok harus secara tegas dilakukan Pemko Banjarmasin untuk melindungi anak-anak di kota kami dari target pemasaran industri rokok. Sekaligus, sebagai dukungan untuk mewujudkan Banjarmasin Kota Layak Anak,” tegas Iwan.
Lisda Sundari selaku Ketua Lentera Anak, sangat mengapresiasi langkah nyata Pemko Banjarmasin menertibkan iklan rokok untuk melindungi anak dari target pemasaran industri rokok.
Menurut dia, anak Indonesia sejak usia belia sudah menjadi target industri rokok karena mereka mendapat paparan iklan, promosi dan sponsor rokok. Industri rokok secara sengaja menempatkan iklan, promosi dan sponsor rokok di jalan menuju sekolah, pusat perbelanjaan, taman, tempat wisata, tempat ibadah, olahraga dan lainnya di mana anak-anak berkegiatan, sehingga mereka terpapar. Kondisi ini menjadikan anak sangat rentan menjadi perokok pemula.
Tidak heran, tambah Lisda, jumlah perokok anak terus meningkat dari tahun ke tahun. Riset Kesehatan Dasar 2013 menunjukkan hampir 16,4 juta perokok mulai merokok sebelum usia 19. Kecenderungan mulai merokok kian bergeser ke usia lebih muda, yaitu kelompok usia 10-14 tahun, dimana hanya dalam waktu kurang dari 20 tahun, trennya meningkat 2 kali lipat.
Karena itu Lentera Anak sangat mendukung komitmen Pemko Banjarmasin mewujudkan KLA tanpa iklan, promosi dan sponsor rokok. “Untuk menjadi Kota Layak Anak, salah satu indikator yang harus dipenuhi adalah indikator klaster III tentang Kesehatan Dasar dan Kesejahteraan, yaitu adanya Kawasan Tanpa Rokok dan tidak boleh ada iklan, promosi dan sponsor rokok.
“Sehingga, kami mendorong Pemko Banjarmasin membuat regulasi yang lebih kuat terkait pelarangan iklan, promosi dan sponsor rokok ini, untuk melindungi anak dari segala hal yang buruk. Anak adalah asset bangsa ini. Tugas kita bersama menjadikan anak Indonesia sehat, agar kelak mereka tumbuh menjadi generasi muda yang cerdas, kreatif dan produktif,” tegas Lisda dalam siaran persnya.
Sementara itu, Ketua Forum Anak Kota Banjarmasin, Muhammad Fahmy Rheza, mengaku sangat senang dengan komitmen Pemko membersihkan iklan rokok untuk melindungi anak.
“Kami sangat senang, karena penertiban iklan rokok ini menjadi bukti bahwa pemerintah kota Banjarmasin sangat peduli terhadap masa depan generasi muda,” tegas Rheza.
Rheza bersama Forum Anak Banjarmasin pada Mei-Juni 2017 melakukan monitoring di seluruh wilayah kotanya. “Kami menemukan sebanyak 590 iklan, promosi dan sponsor rokok, terdiri dari 57% iklan, 42% promosi dan 1% sponsor, dalam berbagai bentuk media promosi seperti spanduk, billboard, neonbox, stiker dan poster,” kata Rheza.
Forum Anak Banjarmasin Maret lalu juga mementaskan wayang FCTC untuk mendukung Banjarmasin Kota Layak Anak (KLA).
“Target menjadi KLA masih terganjal keberadaan iklan rokok yang bertebaran di kota ini. Namun, sikap tegas Pemko dengan menertibkan iklan rokok sejak 21 April lalu, telah menjadi bukti keseriusan Banjarmasin untuk menjadi Kota Layak Anak,” tegas Rheza. (asr)
EpochTimesId – Hakim pada Pengadilan Belgia menjatuhkan hukuman terhadap Salah Abdeslam, tersangka utama yang selamat dalam serangan ISIS pada 2015 di Paris, Perancis, Senin (23/4/2018) waktu Eropa. Terdakwa dijatuhi hukuman 20 tahun penjara, dalam kasus baku tembak dengan polisi di Brussels pada tahun 2016.
Terdakwa dijatuhi hukuman bersama koleganya, Sofien Ayari. Terdakwa kedua juga divonis hukuman 20 tahun penjara untuk kasus percobaan pembunuhan dan teror, seperti dikutip The Epoch Times dari Reuters.
Pengacara para terdakwa berpendapat bahwa Abdeslam, yang berusia 28, seharusnya dibebaskan. Sebab, ada kesalahan prosedural dalam berkas dakwaan.
Hukuman yang dijatuhkan kepada para terdakwa sesuai dengan surat dakwaan. Jaksa mendakwa para teroris itu melakukan percobaan pembunuhan dalam peristiwa penembakan Brussels pada Maret 2016, beberapa hari sebelum mereka berhasil ditangkap.
Salah Abdeslam adalah teroris keturunan Maroko-Perancis kelahiran Belgia. Dia berperan vital dalam serangan teror berskala besar di Paris, Prancis, pada 13 November 2015.
Teror Prancis 2015 sendiri menewaskan 130 orang tewas dan sedikitnya 350 korban lainnya terluka. Abdeslam berperan sebagai penyewa mobil dan pengantar gerombolan teroris ke teater Bataclan di Paris.
Serangan teror Paris 2015 terungkap sebagai serangan teroris terencana. Selain bom bunuh diri, teroris juga melakukan dan penyanderaan. Lokasi teror adalah beberapa titik di Kota Paris dan Saint-Denis.
Jumlah total aksi teror tersebar di sembilan titik. Sebanyak enam teror adalah penembakan massal dan tiga bom bunuh diri terpisah.
Para tersangka yang selamat hanya dua orang. Sementara para teroris lainnya bunuh diri dan ditembak mati oleh Polisi.
Dua tersangka yang selamat baru bisa ditangkap setelah empat bulan melarikan diri. Mereka digerebek di wilayah Molenbeek, Brussels, pada 18 Maret 2016. (Reuters/The Epoch Times/waa)
EpochTimesId – Seorang nenek dari Wigan, Inggris, Denise Gallagher, belajar membaca dan menulis 50 tahun usai usia sekolah. Dia belajar membaca pada usia 57 tahun.
Gallagher yang bekerja sebagai asisten katering, didiagnosis menderita disleksia oleh dokter. Dia baru mengetahui penyakit yang dideritanya itu pada usia 21.
Membaca tidak pernah mudah baginya sejak kecil. Ketika masih anak-anak, dia bahkan selalu diejek dan disebut ‘bodoh’. Karena itulah dia enggan bersekolah.
Namun, dia menyembunyikan rahasia bahwa dia kesulitan membaca sejak kecil. Dia bahkan sengaja berbuat jahat di kelas, sehingga dia bisa dikeluarkan dari sekolah.
Disleksia sendiri merupakah sebuah gangguan dalam perkembangan kemampuan baca-tulis. Kelainan itu, umumnya dialami anak-anak usia 7 hingga 8 tahun.
Dia sering melihat huruf terbalik satu sama lain. Dia juga akan menulis terbalik, sehingga dibutuhkan cermin utnuk membaca tulisannya.
Video Rekomendasi :
Setelah beranjak dewasa, Gallagher selalu menolak makan di restoran. Sebab, dia tidak bisa membaca menu. Gallagher juga tidak dapat pergi berbelanja, dan membaca suratnya sendiri.
“Dan sekarang ini jauh lebih buruk karena semuanya adalah email atau online, Anda tidak dapat berbicara kepada orang lain untuk meminta bantuan,” kata Gallagher.
Baru-baru ini, dia kembali semangat untuk belajar membaca dan menulis. Cucunya menjadi motivasi terbesarnya, selain keinginan untuk membaca email dan situs informasi di internet ponsel.
“Saya punya 2 cucu dan saya hanya ingin membaca ‘cerita sebelum tidur’, untuk mereka,” katanya.
Setahun yang lalu, Gallagher berhasil memiliki kemampuan membaca layaknya anak usia 5 dan 6 tahun untuk standar pendidikan di Inggris.
Dan, dia sekarang bisa membaca selayaknya anak usia 8 tahun.
“Butuh waktu 50 tahun bagi saya untuk melakukannya, tetapi itu sepadan,” kata Gallagher. (The Epoch Times/waa)
Sembilan belas tahun yang lalu pada tanggal 25 April, lebih dari 10.000 praktisi Falun Gong berkumpul di Beijing untuk satu tujuan: untuk menuntut kebebasan berkeyakinan.
Sedikit dari mereka tidak tahu bahwa aksi damai mereka akan berlanjut hampir dua dekade kemudian, di seluruh penjuru dunia.
Falun Gong, juga dikenal sebagai Falun Dafa, adalah latihan meditasi spiritual yang berakar pada prinsip-prinsip moral tentang sejati, baik, dan sabar. Diperkenalkan di Tiongkok pada tahun 1992, manfaatnya bagi kesehatan fisik dan mental menyebar dari mulut ke mulut, dan pada tahun 1999, ada hingga 100 juta warga ikut berlatih, menurut beberapa media Barat yang mengutip ungkapan para pejabat Tiongkok.
Namun karena khawatir bahwa popularitas Falun Gong akan merusak otoritas Partai, maka pemimpin Partai Komunis Tiongkok, Jiang Zemin, bertekad untuk menghapus latihan tersebut dari Tiongkok.
Praktisi Falun Gong melakukan tarian naga tradisional Tiongkok pada pawai di Flushing, Queens untuk mengenang permohonan damai 25 April 1999. (Larry Dai / The Epoch Times)
Beberapa hari menjelang permohonan publik terbesar di Beijing sejak demonstrasi-demonstrasi pro-demokrasi Lapangan Tiananmen, sebuah artikel yang diterbitkan di sebuah majalah di sekitar Kota Tianjin berisi komentar memfitnah tentang Falun Gong. Ketika para praktisi di Tianjin mengajukan banding ke otoritas lokal untuk menarik kembali artikel tersebut, mereka ditahan dan dipukuli.
Otoritas Tianjin memberi tahu para praktisi bahwa masalah ini hanya dapat diselesaikan oleh pemerintah pusat.
Berita tersebut menyebar dengan cepat di kalangan praktisi. Pada tanggal 25 April, para praktisi dari seluruh negeri tiba di Kantor Pengaduan Pusat di Beijing, sebuah badan yang mendengar keluhan publik.
Praktisi Falun Gong saat pawai 22 April 2018 di Flushing, Queens untuk memperingati ulang tahun ke 19 sebuah seruan damai oleh praktisi di daratan Tiongkok pada 25 April 1999. (Larry Dai / The Epoch Times)
Pada hari itu, beberapa praktisi Falun Gong bertemu dengan Perdana Menteri Zhu Rongji dan bernegosiasi untuk membebaskan para praktisi Tianjin tersebut.
Mereka yang telah berkumpul hanya beberapa langkah dari Zhongnanhai, kompleks kepemimpinan Partai Komunis, pergi diam-diam setelah mendengar kabar baik tersebut, sambil memastikan bahwa puing-puing atau sampah di tanah sekitar mereka telah dibersihkan.
Foto diambil ketika praktisi Falun Gong berkumpul di dekat Zhongnanhai untuk mengajukan permohonan damai atas kebebasan berkeyakinan mereka, pada tanggal 25 April 1999. (Foto milik Minghui.org)
Mereka tidak tahu bahwa dalam waktu beberapa bulan, pada 20 Juli, Jiang akan memulai melakukan penganiayaan skala nasional terhadap praktisi Falun Gong, memobilisasi aparat keamanan negara untuk menangkap dan menahan para praktisi.
Lebih dari 4.000 orang dikonfirmasi telah meninggal akibat penyiksaan dan pelecehan saat dalam tahanan, meskipun jumlah sebenarnya diyakini jauh lebih tinggi, dikarenakan kesulitan mendapatkan informasi dari Tiongkok, menurut Pusat Informasi Falun Dafa, kantor pers kelompok tersebut. Selain itu, sejumlah besar praktisi telah dibunuh untuk diambil organnya, yang digunakan dalam industri transplantasi organ Tiongkok, menurut para peneliti independen.
Meningkatkan Kesadaran
Sejak 1999, jutaan praktisi Falun Gong di seluruh dunia telah meningkatkan kesadaran kepada para warga dan pemerintah tentang penindasan kekerasan terhadap Falun Gong di Tiongkok tersebut.
Zhao Yufeng adalah salah satu dari beberapa praktisi Falun Gong yang ikut ambil bagian dalam seruan bersejarah 25 April tersebut. Dia telah melakukan perjalanan menuju ke Amerika Serikat.
Pada 22 April, dia dan ratusan praktisi dari daerah New York dan New Jersey berkumpul di Flushing, Queens untuk pawai dan rapat umum dalam memperingati peristiwa 25 April tersebut. Pada malam hari, para praktisi Falun Gong berpartisipasi dalam nyala lilin di depan konsulat Tiongkok untuk mengingat mereka yang telah kehilangan nyawa dalam membela kebebasan berkeyakinan mereka.
Marching Band Tianguo, terdiri dari praktisi Falun Gong, pada pawai hari Minggu. (Larry Dai / The Epoch Times)
Zhao, seorang warga Beijing pada saat itu, teringat bahwa ketika dia turun dari bus dan berjalan menuju kantor banding, sudah ada barisan antrian dan barisan antrian praktisi Falun Gong yang berdiri di Jalan Fuyou, dengan tenang berdiri atau duduk di tanah sambil membaca buku ajaran Falun Gong, “Zhuan Falun.” Mereka berkumpul dan memastikan untuk memberikan ruang bagi lalu lintas pejalan kaki dan jalur khusus untuk orang buta.
“Itu adalah suasana yang sangat damai,” kata Zhao. “Pikiran kami sederhana dan murni. Kami hanya ingin memberi tahu pemerintah bahwa mereka telah keliru, bahwa praktisi Falun Gong adalah orang baik yang tidak melakukan perbuatan buruk.”
Zhao mulai berlatih Falun Gong pada Mei 1996; segera setelahnya, penyakit kronisnya seperti hepatitis C dan artritis telah hilang. Dia juga tidak mudah marah lagi. Zhao mengatakan bahwa yang dia rasakan menarik adalah ingin melakukan hal-hal yang benar, untuk mempertahankan latihan setiap harinya yang mengubah dirinya menjadi orang yang lebih baik. “Propaganda [negara] di TV semuanya salah,” katanya. “Saya pikir, mungkin pemerintah salah paham [tentang apa latihan ini].”
Sejak penganiayaan pada tahun 1999, Zhao dilecehkan oleh polisi dan dipaksa masuk ke pusat penahanan dan pusat pencucian otak yang dimaksudkan untuk secara psikologis memaksa para praktisi Falun Gong melepaskan keyakinan mereka yang ingin menjadi orang baik.
Pada pertemuan bersama hari Minggu tersebut, Zhao merasakan luapan perasaan yang bercampur aduk. Adegan dari hari yang menentukan itu muncul kembali dalam ingatannya. “Di Tiongkok, para praktisi Falun Gong mempertaruhkan hidup mereka untuk mengatakan kebenaran [tentang penganiayaan],” kata Zhao. Di sini, di Amerika, dia bisa berlatih dengan bebas dan memberi tahu orang lain tentang Falun Gong dengan bebas. Itu adalah realitas yang benar-benar berbeda.
Praktisi Falun Gong memainkan genderang pinggang tradisional Tiongkok, pada pawai hari Minggu. (Larry Dai / The Epoch Times)
“Saya hidup dalam teror terus-menerus. Polisi bisa datang kapan saja dan melecehkan saya, mengajukan pertanyaan, meminta saya menandatangani surat yang isinya untuk berjanji bahwa saya akan menghentikan latihan tersebut. Tekanan psikologis sangat besar,” katanya.
Dia berharap lebih banyak orang akan mengetahui tentang penganiayaan di Tiongkok dan membantu mengakhirinya. “Sudah terlalu lama,” katanya.
Tokoh masyarakat seperti Senator Negara Bagian New York, Tony Avella, dan pemimpin distrik Queens, Martha Vasquez, juga telah menghadiri rapat umum Flushing untuk memberikan dukungan kepada Falun Gong hampir dua dekade protes terhadap penganiayaan di Tiongkok.
Li Taiping (nama samaran), seorang pengacara hak asasi manusia yang telah membantu membela praktisi Falun Gong di Tiongkok, juga menghadiri pawai hari Minggu tersebut. Dia sangat gembira karena dapat menyaksikan begitu banyak praktisi secara terbuka mengekspresikan keyakinan mereka. “Ini tidak terbayangkan di Tiongkok,” katanya. “Saya berharap suatu hari nanti, adegan ini dapat terjadi di daratan.” (ran)
EpochTimesId – Menteri Keuangan Amerika Serikat, Steven Terner Mnuchin mengatakan bahwa dia sedang mempertimbangkan untuk mengunjungi Tiongkok, Sabtu (21/4/2018). Media mengatakan bahwa langkah ini mungkin dapat membantu meredakan ketegangan perdagangan yang sedang terjadi antara dua negara dengan ekonomi terbesar di dunia.
Kementerian Perdagangan Tiongkok dalam pernyataannya pada hari Minggu (22/4/2018) menyebutkan bahwa pemerintah Tiongkok akan menyambut baik kunjungan pejabat AS.
Reuters melaporkan, Amerika Serikat bermaksud untuk memungut tarif impor tambahan sebesar 50 miliar Dolar AS. Langkah itu untuk memaksa pihak Tiongkok menghentikan pencurian hak kekayaan intelektual dari perusahaan AS.
Pada 4 April, Trump juga menginstruksikan perwakilan dagang AS untuk mempertimbangkan pengenaan tarif impor komoditas Tiongkok. Langkah itu sebagai denda terhadap pelanggaran ‘Special 301 Report’ yang nilainya mencapai 100 miliar Dollar AS.
Hasil analisa Reuters adalah daftar komoditas Tiongkok yang akan dipublikasikan pemerintah AS itu termasuk berbagai jenis produk konsumen. Diantaranya adalah seperti ponsel pintar, komputer, mainan, pakaian, alas kaki, dan furnitur.
Menteri Keuangan Mnuchin dalam siaran pers saat mengikuti pertemuan musim semi Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia (World Bank) pada hari Sabtu mengatakan bahwa ia sedang mempertimbangkan sebuah kunjungan ke Tiongkok.
“Saya masih tanpa komentar tentang waktu kunjungan. Saya juga belum memiliki urusan spesifik, tetapi sebuah perjalanan (ke Tiongkok) sedang dipertimbangkan,” kata Mnuchin.
Video Rekomendasi :
Sang mentri juga mengatakan, saat dalam pertemuan IMF dan Bank Dunia, ia bertemu dengan Gubernur Bank Sentral Tiongkok yang baru Yi Gang. Mereka sempat berbincang-bincang soal potensi membuka pasar ke lebih banyak perusahaan asing.
Selama pertemuan pada hari Jumat, Mnuchin mengungkapkan bahwa praktik perdagangan yang tidak adil telah menghambat pertumbuhan ekonomi AS dan global. Hal itu juga masih akan terus melemahkan ekonomi global.
Mnuchin menghimbau agar IMF melakukan lebih banyak upaya untuk membantu mengatasi ketidakseimbangan ekonomi global.
Mnuchin juga mendesak IMF untuk bersuara lebih keras atas isu ‘ketidakseimbangan eksternal’. IMF diharapkan memberikan rekomendasi yang jelas kepada negara-negara dengan surplus eksternal yang besar untuk mendukung pertumbuhan global yang lebih seimbang.
“Memastikan kebebasan perdagangan, keadilan dan saling menguntungkan akan meningkatkan perdagangan global dan mendukung pertumbuhan yang lebih kuat, lebih berkelanjutan,” kata Mnuchin.
Kementerian Perdagangan Tiongkok pada hari Minggu mengatakan bahwa Tiongkok telah menerima informasi bahwa ada pejabat Amerika Serikat yang akan datang berkunjung ke Beijing. “Untuk membahas masalah ekonomi dan perdagangan, kami menyambut baik kedatangannya,” tulis Kementerian Perdagangan Tiongkok.
Menkeu Mnuchin sedang dalam pembicaraan untuk menyelesaikan sengketa perdagangan dengan pihak Tiongkok dan sudah membuat beberapa kemajuan. Dia menolak untuk mengomentari seberapa jauh perkembangan pembicaraan kedua pihak akan dapat menyelesaikan sengketa perdagangan yang ada.
Tetapi Mnuchin bersikap optimis, AS dan Tiongkok akan dapat menyelesaikan sengketa perdagangan dengan Beijing untuk meredakan ketegangan antara dua negara ekonomi terbesar dunia ini. (Zhang Ting/ET/Sinatra/waa)
EpochTimesId – Sosok aktor film laga Dwayne Johnson adalah tentang menyebarkan hal-hal positif. Dia sering mengekspresikan niat baik dan sentimen yang optimis di media sosial.
Namun, bahkan dengan standar pribadinya apa yang dia berikan untuk gadis SMA asal Minnesota, Amerika Serikat bagi sebagian orang adalah diluar logika.
Katie Kelzenberg mengirim pesan kepada ‘The Rock’ dengan mengundangnya ke pesta prom atau pesta kelulusan-nya. Johnson tidak bisa datang, dan tidak ingin mengecewakan Kelzenberg.
Johnson pun merekam pesan Instagram khusus hanya untuk Katie.
Dalam pesannya, Johnson mengatakan bahwa dia akan menyewakan sebuah bioskop di kota Katie. Sehingga, dia dan teman-temannya dapat menonton film barunya, ‘Rampage’.
Di luar itu, Johnson juga mengirim pesan pribadi lain ke Kelzenberg yang diputar melalui speaker sekolah.
Johnson kemudian menulis pesan yang dia sampaikan di speaker sekolah pada Instagram yang menyertai video.
“Ini adalah ucapan pagi kejutan saya kepada siswa dari Stillwater Area High School di Minnesota, ketika saya menelpon gadis muda yang sangat istimewa yang meminta saya datang ke prom-nya, Nona Katie Kelzenberg yang luar biasa.
“Saya tidak bisa menghadiri ‘prom-nya’ karena saya akan (ada) di produksi (Shoting), tetapi sebagai hadiah kejutan saya memesan teater lokal pada akhir pekan ini sehingga dia dapat membawa 232 sahabat terbaiknya untuk menonton pemutaran khusus ‘Rampage’.”
“Saya adalah pria beruntung yang beruntung memiliki penggemar yang luar biasa seperti Katie, dan momen seperti ini akan selalu menjadi bagian terbaik dan paling keren dari pekerjaan saya. Reaksi dirinya ketika dia mendengar saya menyebut namanya, adalah segalanya (bagi saya)!”
Oh, dan Jhonson juga berjanji akan membayar semua popcorn, permen, dan minuman soda, sebanyak yang dapat dimakan dan diminum oleh ratusan anak SMA tersebut!
(John Smithies/Epoch Times/waa)