Tiongkok Curi Teknologi Semikonduktor Melalui Karyawan Pembuat Chip Terbesar Taiwan

Para jaksa Taiwan telah mengajukan tuntutan terhadap mantan karyawan pembuat chip terbesar di dunia, menuduh bahwa dia telah melakukan pencurian teknologi dengan tujuan menyediakannya untuk BUMN di daratan Tiongkok.

Kasus ini mengingatkan ambisi Tiongkok untuk mendapatkan teknologi semikonduktor dengan cara apa pun yang diperlukan. Chip sangat penting untuk membuat sebagian besar perangkat elektronik; rejim Tiongkok telah tertinggal dalam kemajuan teknologinya sendiri dan sangat bergantung pada chip impor asing. Ketika pemerintah AS baru-baru ini mengumumkan bahwa mereka akan melarang perusahaan-perusahaan Amerika untuk memasok komponen-komponen ke pembuat ponsel pintar Tiongkok, ZTE, ketergantungan perusahaan tersebut pada chip Amerika tak dapat ditutupi.

Sementara itu, rezim Tiongkok telah secara agresif mengarahkan perusahaan-perusahaan Tiongkok untuk berinvestasi atau mengakuisisi perusahaan semikonduktor asing untuk mendapatkan inovasi teknologi yang diinginkannya untuk kepentingan nasionalnya sendiri.

Menurut laporan oleh Kantor Berita Pusat Taiwan pada tanggal 18 April, jaksa Distrik Hsinchu menemukan bahwa pada bulan September 2017, seorang insinyur di Taiwan Semiconductor Manufacturing Company (TSMC), hanya diidentifikasi dengan nama keluarganya, Wu, telah menyalin dokumen yang berkaitan dengan teknologi 28-nanometer. Dia berencana untuk meninggalkan perusahaan pada bulan Desember, setelah itu dia akan membawa dokumen tersebut untuk pekerjaan barunya di China Resources, sebuah perusahaan milik negara, untuk mereproduksi teknologi eksklusif.

kasus pencurian teknologi chip
Seorang fotografer mengambil bidikan di samping logo Perusahaan Semikonduktor Manufaktur Taiwan (TSMC), selama pertemuan laporan triwulanan di Taipei pada 26 April 2007. (Sam Yeh / AFP / Getty Images)

China Resources adalah konglomerat di bawah arahan Dewan Negara Tiongkok. Salah satu dari anak perusahaannya, China Resources Semico, memproduksi chip dan merupakan pemasok untuk banyak produk-produk elektronik konsumen domestik.

Jaksa sedang menuntut Wu dengan tuduhan pencurian rahasia dagang dan pelanggaran kepercayaan.

Kasus serupa muncul pada Mei 2017, ketika seorang insinyur di TSMC bermarga Hsu juga membuat salinan dokumen yang berkaitan dengan teknologi yang sama. “Teknologi ini memiliki kinerja tinggi dan konsumsi daya yang rendah,” menurut laporan oleh Taipei Times.

Penuntut menemukan bahwa Hsu telah mengunjungi perusahaan teknologi Tiongkok, Shanghai Huali Microelectronics Corp, sebulan sebelum dia mengajukan surat pengunduran dirinya. Mereka menuduh bahwa Hsu telah menggunakan dokumen-dokumen itu sebagai pengungkit untuk mendapatkan pekerjaan di perusahaan Tiongkok tersebut. Setelah staf TSMC berhadapan dengan Hsu, dia mengakui pencurian itu dan staf TSMC menemukan kembali dokumen-dokumen tersebut.

Fenomena perusahaan Tiongkok memikat para pebakat teknologi Taiwan adalah masalah utama yang menjadi perhatian bagi perusahaan teknologi Taiwan.

CEO produsen chip asal Taiwan, Nanya Technology, Lee Pei-Ing, baru-baru ini membuat pernyataan di mana dia mengatakan bahwa teknologi DRAM milik perusahaan, yang digunakan dalam komputer-komputer dan server-server pribadi, sedang diburu oleh Tiongkok melalui mantan-mantan karyawan. Sekitar 50 mantan staf tidak tetap telah tertarik dengan posisi menguntungkan di Tiongkok, katanya, menurut laporan media Taiwan, United Daily News.

Pada Maret lalu, seorang pejabat senior di Departemen Perdagangan AS, Ian Steff, mengunjungi Taiwan untuk bertemu dengan ketua TSMC Morris Chang dan membahas cara-cara untuk berkolaborasi, menurut laporan Nikkei Asian Review, sebuah majalah Jepang.

kasus pencurian teknologi chip
Morris Chang, ketua TSMC, mendengarkan selama konferensi pemegang saham di Taipei pada 16 Januari 2014. (Sam Yeh / AFP / Getty Images)

Steff juga bertemu dengan para eksekutif industri chip lokal dan perwakilan-perwakilan pembuat chip Amerika lokal “untuk membahas berbagai topik mulai dari perlindungan kekayaan intelektual, rahasia dagang, hingga masalah keamanan informasi,” menurut laporan Nikkei, mengutip seorang eksekutif industri. Steff telah memberi tahu kelompok tersebut bahwa “Taiwan akan menjadi sekutu penting bagi AS untuk mengatasi masalah properti intelektual dengan Tiongkok,” menurut laporan tersebut.

Pencurian kekayaan intelektual Tiongkok (IP) adalah masalah utama yang Presiden AS Donald Trump cari untuk membuat tarif perdagangan baru-baru ini yang diberlakukan pada barang-barang impor Tiongkok.

Menteri Urusan Perekonomian Taiwan, Shen Jong-chin, juga mengatakan kepada Nikkei Asian Review dalam sebuah wawancara Maret bahwa para pembuat chip Taiwan sangat prihatin dengan pencurian IP oleh pesaing Tiongkok mereka, terutama melalui transfer teknologi secara paksa ketika melakukan bisnis di Tiongkok. “Banyak pemilik bisnis sangat berhati-hati tentang hal ini dan dapat enggan untuk berinvestasi terlalu banyak di sana,” kata Shen kepada Nikkei Asian Review. (ran)

Li Jing berkontribusi pada laporan ini.

ErabaruNews