Home Blog Page 2111

Operasi SAR Longsor Brebes Dihentikan, 11 Tewas dan 7 Korban Hilang

Epochtimes.id- Operasi pencarian, penyelamatan dan evakuasi korban longsor di Desa Pasir Panjang Kecamatan Salem Kabupaten Brebes, Jawa Tengah dihentikan oleh Tim SAR gabungan.

Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan sesuai prosedur dalam pencarian korban bencana berlangsung selama 7 hari. Sebab lebih dari 7 hari korban hilang diperkirakan kondisinya sudah rusak dan dapat membahayakan petugas SAR.

“Dengan demikian korban longsor Brebes sampai dengan Rabu (28/2/2018) sebanyak 11 orang meninggal dunia, 7 orang hilang dan 4 orang masih dirawat di rumah sakit,” lanjut Sutopo.

Sebelumnya tujuh ahli waris korban bencana tanah longsor yang masih hilang di Desa Pasir Panjang, menyepakati pencarian berakhir pada Rabu (28/2/2018).

Kesepakatan tersebut diambil setelah mereka melakukan musyawarah tertutup dengan Basarnas, Dandim, Kapolres, BPBD dan Bupati Brebes, Rabu (27/2/2018) petang. Para ahli waris korban telah mengikhlaskan korban tidak ditemukan.

Sebanyak 400 personil dari TNI, Polri, Basarnas, BPBD, PMI, relawan dan beberapa unsur lain kembali ke tempat masing-masing pada Kamis (28/2/2018) siang.

Selanjutnya BPBD Kabupaten Brebes mengoordinir aparat, relawan dan masyarakat secara terbatas membersihkan material longsor yang membahayakan masyarakat.

Beratnya medan area longsor yang memiliki ketebalan hingga 20 meter dan luas serta faktor cuaca hujan menghambat pencarian korban longsor. Pencarian korban tidak optimal karena faktor alam.

Bencana di Wonosobo

Bencana longsor kembali terjadi di wilayah Jawa Tengah yaitu di Blok Lempang Dusun Reco Desa Reco Kecamatan Kertek Kabupaten Wonosobo pada 28/2/2018 pukul 08.45 Wib. Kejadian longsor terjadi pada saat cuaca cerah. Kebun berada pada lahan dengan kemiringan lereng cukup terjal dan tanaman semusim.

Saat itu, 2 orang petani bekerja di kebun sedang istirahat di perengan bawah pohon bambu. Tiba-tiba terdengar suara gemuruh. Mereka berusaha menyelamatkan diri. Satu orang  berhasil meloloskan diri (Arifin, 26) dan satu orang tertimbun longsor (Nugroho Harianto, 25).

Aparat dari BPBD, TNI, Polri, Muspika dibantu relawan dan masyarakat mengevakuasi korban. Pada pukul 14.00 Wib, korban berhasil dievakuasi dalam kondisi meninggal dunia. (asr)

Bagaimana Gadis Pembelot Korut Bisa Jadi Duri di Mata Kim Jong-un ?

oleh Xia Yu

Epochtimes.id- Yeonmi Park, adalah seorang gadis muda yang sopan, mungil, lembut, tapi ia juga menjadi duri di mata Kim Jong-un.

NBC pada 26 Februari melaporkan bahwa Yeonmi Park pada umur 13 tahun melarikan diri dari Korea Utara, pada tahun itu 2007, ia masuk wilayah Tiongkok melalui jalan kaki melintasi sungai Yalu yang sebagian airnya sedang membeku.

Ia mengatakan, di daratan Tiongkok ia mengalami serangan seksual (pemerkosaan) berulang kali oleh pelaku perdagangan manusia dan menyaksikan ibunya dipaksa menikahi dengan seorang petani Tiongkok setelah ia dijual.

Yeonmi Park kemudian berjalan kaki melewati Gurun Gobi menuju Mongolia dan akhirnya tiba di Korea Selatan. Saat ini, dia dijuluki sebagai Jamur Beracun dan Boneka Propaganda Hak Asasi Manusia oleh otoritas Kim Jong-un dalam propaganda pencucian otak.

Yeonmi menganggap juluk-julukan itu sebagai hal yang menyenangkan sepanjang itu memberikan ancaman bagi kekuasaan Kim Jong-un

Otoritas Korea Utara mencuci otak seluruh rakyatnya

Yenmi Park sekarang berusia 24 tahun, tinggal di Chicago dan sudah menikah dengan seorang warga Amerika Serikat. Ia baru menjadi seorang ibu dari bayi yang baru lahir. Kepada reporter NBC ia mengatakan, kampanye cuci otak menyusupi ke dalam setiap pelajaran di sekolah. Foto Kim Jong-il harus dimiliki dan dipasang di setiap rumah warga.

Yeonmi mengungkapkan, penerapan cuci otak ala Korea Utara membuat keraguan terhadap realita menjadi sesuatu hal yang tabu untuk dibayangkan.

Jika menyampaikan ketidakpuasan terhadap pemerintah, maka seluruh keluarga akan menanggung bahaya. “Saya tidak pernah belajar berpikir kritis” kenangnya.

Namun, film DVD asing seperti “Titanic” yang masuk Korea Utara melalui penyelundupan memungkinkan orang-orang Korea Utara untuk melihat bagaimana cara hidup orang-orang di dunia luar.

Awalnya, Yeonmi Park mengira film itu adalah film percintaan, bukan film yang isinya untuk mempercantik sebuah rezim. Karena dalam benaknya Amerika Serikat dan Jepang adalah musuh Korea Utara. Itu yang ia peroleh dari pendidikan selama ini di Korea Utara.

Dia memberitahu Yayasan Hak Asasi Manusia tentang organisasi “Pengganggu Korea Utara”. Organisasi tersebut membagikan kepada warga Korea Utara USB gratis yang dalamnya berisi film-film Hollywood, musik pop, opera sabun Korea Selatan melalui balon-balon udara yang diterbangkan.

Hingga tahun 2016, organisasi tersebut telah membagikan 10.000 buah USB dan memperkirakan setidaknya 1.1 juta penduduk Korea Utara bisa menyaksikan isi USB yang menyajikan hal-hal yang sulit mereka dapatkan.

Yenmi Park percaya bahwa informasi dari luar apakah itu melalui DVD selundupan , dapat mengubah cara berpikir rakyat Korea Utara yang selama ini terbelenggu. Ia mengatakan bahwa rakyat Korea Utara mendambakan pengetahuan.

Yeonmi Park didampingi ibunya menghadiri undangan konperensi pers asing di Hongkong pada 3 April 2017. Di sana ia memberikan pidato dan mengatakan bahwa sejak 2 tahun lalu, ia menjadi salah satu target pembunuhan rezim Kim Jong-un.

Perjalan sejak pelarian sampai Chicago yang penuh liku-liku dan kesulitan.

Yeonmi Park lahir di Hyesan si, sebuah kota dekat perbatasan dengan Tiongkok. Ayahnya adalah seorang pedagang komoditas buatan Tiongkok yang masuk Korea Utara melalui penyelundupan, termasuk pakaian jadi, rokok, gula dan beras. Lalu ia juga mengangkut emas curian ke Tiongkok untuk dijual. Karena itu ia ditangkap dan dijebloskan ke dalam tahanan atau lebih dikenal dengan istilah kamp kerja paksa.

Pelarian Yeonmi dari Korea Utara sampai ke Selatan penuh dengan kesulitan. Saat ia menggambarkan kesepakatannya dengan pedagang manusia mengatakan bahwa bila Jeonmi bersedia menjadi istri atau gundiknya, maka ia boleh bertemu dan berkumpul dengan kedua orangtuanya, atau kalau tidak bersedia maka ia akan dikirim kembali ke Korea Utara yang mungkin  akan dipenjara atau dieksekusi mati.

Dia dipaksa menanggung penderitaan akibat pemerkosaan berulang-ulang dan dipaksa bekerja membantu penyelundupan penduduk. Dia berkata: “Saya tak lagi bisa percaya kepada sifat manusia”

Pada hari-hari berikutnya, pedagang manusia membeli ibu Yeonmi dan menyelundupkan ayahnya ke Tiongkok. Tapi beberapa minggu kemudian, ayahnya meninggal dunia karena kanker usus besar.

Suatu ketika, Yeonmi dan ibunya bertemu dengan seorang wanita asal Korea Utara, ia memberitahu mereka bahwa pemerintah Korea Selatan memberikan bukti diri sebagai pengungsi.

Suatu malam di bulan Maret 2009, dengan bantuan misionaris Kristen yang mengoperasikan “Kereta Transit Massal”, Yeonmi Park dan ibunya melintasi perbatasan antara Tiongkok dengan Mongolia dan melewati Gurun Gobi yang beku untuk mencapai Korea Selatan.

Trauma yang dialami selama bertahun-tahun oleh ibunya Yeonmi menjadikannya seorang yang harus selalu mengonsumsi obat.

Tahun 2014, Yeonmi berpidato di pertemuan puncak pemimpin muda di Dublin, Irlandia, ia kemudian mendapat banyak perhatian.

Setelah berada di Amerika Serikat, Yeonmi mulai menulis memoar dan mendaftarkan diri di School of General Studies di Universitas Columbia, yang merekrut siswa non-tradisional dan berfokus pada hak asasi manusia. Minggu lalu ia baru saja melahirkan anak dan sekarang sedang cuti belajar.

Ia berharap suatu hari nanti bisa kembali ke tempat ia dilahirkan. “Tidak ada yang abadi, dan saya yakin Korea Utara akan berubah sebelum saya meninggal dunia.” (Sinatra/asr)

Sumber : Epochtimes.com

Suara Hati Korban Bom Bali 1, Bergelut 15 Tahun Mengobati Diri Sendiri dan Menanti Harapan

0

Epochtimes.id- Chusnul Hotimah adalah salah seorang korban dari serangkaian pengeboman yang terjadi pada malam hari tanggal 12 Oktober 2002 silam. Cacat permanen menimpa dirinya kala malam laknat ketika itu banyak memakan korban yang membakar dirinya.

Dia berbicara tegar dan sesekali suaranya meredup. Dia berbicara lantang seterang-terangnya bak mentari menyinari bumi ketika mengungkap identitas dirinya.

“Saya korban bom Bali 1,” katanya ketika ditanya oleh moderator perihal dirinya dalam Silaturrahmi Kebangsaan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang diprakarsai oleh Badan Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT) di sebuah hotel di Jakarta Pusat, Rabu (28/02/2018).

Chusnul menceritakan hari demi hari yang dia lalui. Kejadian ketika itu bersamaan luka-luka yang membakar tubuhnya.

Pahit getir merupakan bagian terpisahkan dalam perjalanan menapaki perihnya kehidupan menafkahi anak-anak sebagai ibu tunggal di tengah kehidupannya yang terpuruk.

Namun, Chusnul masih berharap adanya karunia yang melimpahi dirinya  dengan dianugerahi pengobatan secara permanen tanpa dirinya bersusah mengongkosi upah perawatan yang harus dia penuhi.

“Yang cacat permanen seperti saya itu minta kepada Kemenkes agar tanggungan kesehatan kepada korban tanpa ada batasan waktu,” katanya.

Pengobatan dilakoni dengan jerih payah terhadap dirinya sendiri selama 15 tahun tanpa ada bantuan. Walaupun sejatinya dirinya adalah korban akibat ulah teroris, secara mandiri dia bergelut mengobati dirinya.

Chusnul pun turut memohon anak-anaknya kemudian diberikan kartu layanan kesehatan. Maksudnya, kartu kesehatan yang berfungsi tak hanya sepotong untuk dirinya semata wayang tapi dapat dinikmati oleh anak-anaknya.

“Untuk memberikan semacam kartu atau asuransi bukan sepotong, bukan hanya untuk saya, saya punya anak juga punya hak untuk mendapatkannya,” tuturnya.

Selama 15 tahun berlangsung mengobati dirinya, suatu ketika Chusnul berkirim surat selama dua bertahun-tahun untuk memohon kepada Presiden Jokowi agar dibantu dalam membiayai pengobatannya.   Hingga akhirnya harapan yang dinanti-nanti menjadi kenyataan.

“Selama 15 tahun saya pengobatan dengan biaya sendiri, alhamdulilah dengan ketekunan saya berkirim surat selamat dua bertahun, saya diberi Jokowi kartu KIS, saya terima bulan Juli tahun 2017,” ujarnya.

Namun tak dinyana, Kartu Indonesia Sehat (KIS) tak bisa dia gunakan untuk pengobatan terhadap dirinya. Hal yang menjadi alasan adalah bahwa dirinya  mengalami sakit kulit. Pihak rumah sakit menyarankan agar dirinya berobat ke layanan rumah kecantikan.

Oleh karena itu, tak pernah dia gunakan KIS semenjak dirinya dihadapkan dengan pembatasan tanggungan yang disampaikan oleh pihak rumah sakit dengan dalih bertujuan kosmetika, estetika.

Walau demikian, tetap masih ada harapan dalam hidupnya. Chusnul menerima buku hijau pengobatan dari Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK).

Namun demikian, ternyata tak sepenuhnya membantu keluarganya. Maksud hatinya baik, Chusnul tak menginginkan hanya dirinya semata wayang yang mendapatkan pengobatan. Dia bertanya-tanya tentang nasib anak-anaknya apalagi keluarganya kini sedang terpuruk.

“Saya single parent tiga anak dan pengobatan dan saya kontinyu pengobatan, kalau anak sakit lalu bagaimana, makanya semenjak kejadian bom, ekonomi saya terpuruk,” katanya.

Chusnul hanyalah salah satu dari 51 orang korban terorisme yang berbicara pada forum Silaturrahmi Kebangsaan Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan agenda pertemuan mantan narapidana teroris dengan korban.

Selain Kepala BNPT Suhardi Alius, turut hadir dalam acara puncak Menkopolhukam Wiranto. Sejumlah pejabat di Kabinet Kerja Jokowi yang hadir antara lain Menteri Sosial Idrus Marham, Menteri Tenaga Kerja Hanif Dakhiri dan Menteri Riset Teknologi dan Perguruan Tinggi M.Nasir.  (asr)

BNPT Pertemukan 124 Mantan Napi Teroris dengan Korban, Masih Ada Trauma Tak Beranjak ‘Pergi’

0

Epochtimes.id- Pemerintah Indonesia menggagas acara yang disebut pertama kali digelar di dunia yakni pertemuan antara mantan napi teroris dengan korban.

Kegiatan ini berdasarkan terobosan dari Badan Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT) dengan tema Silaturrahmi Kebangsaan Negara Kesatuan Republik Indonesia.  Digelar sejak Senin (26/02/2018) dan berakhir Rabu (28/02/2018) di sebuah hotel di Jakarta Pusat.

Acara satukan NKRI ini dihadiri sebanyak 124 mantan napi teroris dan 51 korban terorisme.

Eks narapidana terorisme yang hadir terdiri kasus bom Bali 2002, Poso, pelatihan teoris di Aceh hingga bom Kampung Melayu di Jakarta.

Tentu tak semua korban hadir, ini tak lain masih ada hal-hal trauma membekas dikarenakan yang menimpa korban.

“Pagi ini kita menggelar silaturahmi antara penyintas (korban teroris) yang dalam hal ini sudah bisa membuka diri karena tidak semua korban hilang traumanya. Kalau pelaku teror menyadari kesalahannya, ada semacam penyesalan,” kata Kepala BNPT, Komjen Suhardi Alius.

“Kita coba mengumpulkan semuanya sebagai rasa berbesar diri untuk melanjutkan kehidupan,  kita menghadirkan pelaku teror yang sudah mulai sadar, mereka menjadi duta-duta kita menyampaikan pesan anti radikal di kalangan potensial,” tambah mantan Kabareskrim Polri ini.

Acara satukan NKRI ini dihadiri sebanyak 124 mantan napi teroris dan 51 korban terorisme di Jakarta Rabu 28 Februari 2018 (Foto : M.Asari/Epochtimes.id)

Adanya acara ini Suhardi berharap teror tak akan terjadi lagi. Apa yang sebelumnya terjadi diharapkan merupakan yang terakhir dan tak terulang kembali.

“Dalam forum ini, adalah untuk melihat suatu pesan damai yang dari sisi penyintas tentu akan menyampaikan bahwa ‘cukup kami saja jangan ada lagi korban’ karena ternyata korban dari teror itu teman-teman sendiri dari sisi pelaku teror menyadari kesalahannya dengan permintaan penyesalan,” katanya.

Suhardi berharap hingga akhirnya diharapkan nantinya pesan perdamaian tersampaikan secara menyeluruh.

“Mudah-mudahan ke depan suasana ini menjadi embrio pertama pesan supaya kali yang dilakukan oleh negara sehingga ke depan ini bisa menjadi pesan tebar kedamaian bagi semaunya sehingga tidak terjadi lagi kekerasan dan teror-teror dan semua pihak dapat bertanggung-jawab,” katanya.

Korban JW Marriot

Korban bom JW Marriott, Agus Swarsih (40) mengakui dirinya masih trauma dengan kejadian tragis dan memilukan yang dia alami. Ini tak lain ketika hati dan jiwanya runtuh berkeping-keping ketika bom ‘berhantu’ telah menyaru ‘kematian’ semua orang-orang termasuk dirinya ketika itu.

Namun semua itu, bisa dia lalui dengan kekuatan dan keteguhan dirinya yang masih terisa. Meskipun semua ingatan yang dia alami belum hilang ketika bersua dengan pelaku. Dia masih mengingat dengan jelas apa yang dia alami ketika itu.

Agus kini dengan mantap menatap dan mengokohkan ketegaran hatinya. Dia terharu kala para pelaku teror meminta maaf.

Dia menuturkan dirinya memaafkan apa yang terjadi. Dia tak mengucapkan terbesit adanya dendam, marah dan murka untuk membalas semua apa yang telah dia alami.

Acara satukan NKRI ini dihadiri sebanyak 124 mantan napi teroris dan 51 korban terorisme di Jakarta Rabu 28 Februari 2018 (Foto : M.Asari/Epochtimes.id)

“Kayak tadi pas baca doa dan mantan pelaku minta maaf ya terenyuh saya, terharu juga, mau tidak mau apapun itu saya manusia, dia manusia, Saya memaafkan. Tuhan aja maha pemaaf saya juga harus maafkan,” ujarnya.

Agus sebelumnya menuturkan pernah terucap pada lidahnya agar tak dipertemukan dengan pelaku, ini tak lain amarah masih membekas pada dirinya. Namun dia kini sudah melewatkan apa yang menimpa terhadap dirinya.

“Saat itu saya pikir sudah banyak korban orang meninggal, buat saya dia mati aja belum cukup, yang ada panas terus di hati,” ungkapnya.

Wiranto Janji Penuhi Hak Korban

Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Wiranto berkata, pertemuan yang digelar kali bukan yang terakhir. Nantinya, aka nada pertemuan lebih lanjut para korban aksi teror dengan lebih banyak melibatkan sejumlah korban.

Wiranto menuturkan pertemuan kali ini merupakan pertemuan perdana dan terbaru. Bahkan pertemuan ini belum pernah sebelumnya termasuk di bagian seluruh dunia. Wiranto tak membantah adanya korban yang tak hadir pada pertemuan perdana  digelar kali ini.

“Mungkin yang diundang tak hadir,ingin wait and see, tunggu apa sih yang akan terjadi di sana,  sesuatu yang baru terkadang tak semuanya setuju dan hadir, melakukan suatu langkah-langkah yang lebih pasti,’ ujar mantan Panglima ABRI ini.

Menurut Wiranto dirinya optimis selanjutnya ada pertemuan lanjutan antara mantan pelaku teorisme dan korban. Nantinya dengan harapan pihak yang hadir bisa lebih besar lagi termasuk warga asing.

Acara satukan NKRI ini dihadiri sebanyak 124 mantan napi teroris dan 51 korban terorisme di Jakarta Rabu 28 Februari 2018 (Foto : M.Asari/Epochtimes.id)

Bagi korban, pemerintah pastinya mengkoordinasikan  antara lembaga terkait yang dicurahkan termasuk korban. Wiranto menuturkan kehadiran dirinya mencatat semua masukan termasuk bentuk bantuan berupa  lapangan pekerjaan, pelatihan serta fasilitas kesehatan.

“Tadi kita catat dan semuanya akan kita bicarakan menteri terkait, tak ada masalah saya kira itu menunukkan musyawarah mufakat sesuatu yang fositif karena ini budaya kita,” tegasnya.

Pada kesempatan itu, Wiranto mengungkapkan banyak hati benci, dendam,  marah kecewa, masyarakat yang termarjinalkan ini membuat aksi teror.  Menurut Wiranto, cara untuk menanggulangi hati yang menyebabkan teror itu obatnya adalah sabar, sadar, dan memaafkan.

“Obatnya adalah sabar, sadar, dan memaafkan. Hari ini kita melaksanakan kesadaran dan pemaafan,” kata Wiranto. (asr)

Para Pengacara Berusaha Menangkap Para Pembunuh Dibalik Panen Organ Tiongkok

1

Sebuah yayasan hukum berbasis di Washington telah meminta mereka yang dicurigai terlibat dalam praktekk-prakte transplantasi yang brutal dan kejam di Tiongkok untuk dimintai pertanggungjawaban.

Dipimpin oleh sekelompok pengacara profil tinggi, Yayasan Hukum Hak Asasi Manusia, Human Rights Law Foundation (HRLW), yang berfokus pada Tiongkok telah mengeluarkan sebuah pernyataan yang menjelaskan mengapa tindakan melawan pejabat Tiongkok diperlukan dengan terlebih dahulu menjelaskan apa yang telah terjadi di Tiongkok.

“Sejak tahun 2000, Republik Rakyat Tiongkok telah melakukan upaya yang dipimpin negara untuk melakukan industrialisasi sistem pengadaan dan transplantasi organ,” kata pernyataan yang dikeluarkan pada 10 Februari.

HRLW meneruskan untuk menjelaskan lingkup industrialisasi medis semacam itu.

“Ini telah melibatkan berbagai upaya intensif untuk memodernisasi sistem transplantasinya, memberikan pelatihan klinis kepada para dokter dan perawat, mengembangkan industri imunosupresan domestik, dan terlibat dalam sains dasar serta penelitian dan pengembangan transplantasi organ,

“Ini bersamaan dengan perluasan besar-besaran dalam jumlah operasi transplantasi yang dilakukan.”

International Coalition to End Transplant Abuse in China (ETAC), Koalisi Internasional untuk Mengakhiri Pelanggaran Transplantasi di Tiongkok, adalah sebuah koalisi para pengacara, akademisi, ahli etika, profesional medis, periset dan advokat hak asasi manusia yang didedikasikan untuk mengakhiri pengambilan organ paksa brutal di Tiongkok. Untuk membantu hari ini: https: //t.co/AAdMqFpoAH pic.twitter.com/is5ucPxR5B

– DAFOH (@DAFOH_org) 22 Februari 2018

Pernyataan tersebut menunjukkan mengapa hal ini merupakan permasalahn yang mengkhawatirkan.

“Semua upaya ini dilakukan selama periode dimana Tiongkok hampir tidak memiliki donor sukarela, dan jumlah donor hidup terkait yang langka. Jadi, satu-satunya sumber organ selama periode tersebut adalah para tahanan,” kata pernyataan tersebut.

“Pada tahun 2005 dan 2006, setelah bertahun-tahun menyangkal, para pejabat Tiongkok mengklaim bahwa antrian para narapidana terhukum mati adalah pasokan utama donor untuk jumlah transplantasi yang sangat besar tersebut yang telah terjadi.”

HRLW menjelaskan mengapa para tahanan terpidana mati dapat dijadikan  sumber organ transplantasi.

“Namun selama periode yang sama, tahun 2000 sampai sekarang, jumlah tahanan kriminal yang dijatuhi hukuman mati di Tiongkok telah mengalami penurunan yang stabil. Sementara itu, jumlah para tahanan hati nurani dalam tahanan, termasuk para praktisi disiplin spiritual yang dianiaya Falun Gong, serta Muslim Uighur, tumbuh dengan cepat,” kata pernyataan tersebut.

“Ada bukti signifikan yang menunjukkan bahwa para tahanan ini menjadi andalan utama badan-badan donor yang mendorong perkembangan transplantasi organ Tiongkok yang pesat di Tiongkok.”

Berikut adalah mantan anggota parlemen Kanada David Kilgour sedang berbicara tentang bentuk-bentuk bukti tentang pengambilan organ di Tiongkok dalam video yang diterbitkan oleh End Organ Pillaging:

Bukti tersebut dipaparkan dalam laporan “Bloody Harvest / The Slaughter: An Update yang terbit pada 2016, yang mengatakan bahwa diperkirakan sekitar 60.000 sampai 100.000 transplantasi dilakukan setiap tahun di Tiongkok. Sasaran utama pengambilan organ tersebut, kata laporan tersebut, adalah orang Tiongkok yang mengikuti latihan meditasi Falun Gong. Sedikitnya, orang Uyghur, orang Tibet, dan pilih House Christians juga telah dibunuh untuk mendapatkan organ transplantasi, kata laporan tersebut.

Bukti tersebut termasuk mencatat penerimaan telepon dari dokter-dokter Tiongkok, tes darah tahanan politik dalam tahanan, ancaman-ancaman dan pengakuan-pengakuan dari para penjaga penjara yang menyinggung praktek ini, keterlibatan ahli bedah transplantasi di dalam menjalankan anti Falun Gong, dan keterlibatan para pejabat keamanan anti Falun Gong di dalam pekerjaan transplantasi organ,” kata HRLW.

“Pembunuhan di luar hukum adalah kejahatan terhadap kemanusiaan, pelanggaran menurut hukum internasional, dan pembatalan konstitusi dan undang-undang hukum pidana milik Tiongkok sendiri,” kata pernyataan tersebut.

“Bagaimanapun pengambilan organ hidup, membunuh orang yang tidak bersalah demi bagian-bagian tubuh mereka, adalah sesuatu yang tidak pernah mungkin saya ingin miliki … https://t.co/rtyewb5vnM

– OrganHarvestingTruth (@OrganHarvesting) 15 Februari 2018

“Yayasan Hukum Hak Asasi Manusia meminta para pelaku kejahatan ini, pembunuhan di luar hukum terhadap warga Tiongkok yang tidak bersalah untuk tujuan pengadaan organ, dikenai sanksi pidana dan pidana internasional, dan terlibat dalam upaya untuk mendokumentasikan kegiatan pelanggaran-pelanggaran hak asasi manusia tersebut dan membantu upaya global untuk membawa mereka ke pengadilan.”

Di antara kasus-kasus proses pengadilan (litigasi) yang melibatkan HRLW adalah yang melawan Cisco Systems karena membangun sistem penyensoran “Golden Shield” tersebut untuk pemerintah komunis Tiongkok yang berkuasa dan untuk mengajukan kasus yang berhasil baik di Spanyol melawan pemimpin Partai Komunis masa lalu Jiang Zemin dan pejabat partai top lainnya yang terlibat dalam penganiayaan Falun Gong. (ran)

Berikut episode China Uncensored untuk informasi lebih lanjut terkait pengambilan organ di Tiongkok:

Rekomendasi video:

https://www.youtube.com/watch?v=0x2fRjqhmTA&t=27s

ErabaruNews

Ibu Paruh Baya di Tiongkok Gendong Putra Remaja yang Lumpuh Pergi Sekolah

0

EpochTimesId – Liburan musim dingin telah berakhir pada 27 Februari 2018. SMA Donglan County, Guangxi memulai kembali pelajaran. Hari ini ibu bertubuh kurus bernama Huang Miexian kembali muncul di tangga menuju kelas di lantai dua.

Dia datang untuk menggendong putranya, Huang Bihua pergi sekolah. Kedua kaki anaknya lumpuh sejak kecil. Setelah mendudukkan putranya di atas bangku, Huang Miexian pun berbalik meninggalkan kelas.

Setiap hari sang Ibu menggendong putranya itu pergi dan pulang dari SMA yang terletak di pegunungan. Dia harus bolak-balik ke sekolah sekitar enam kali sehari.

Kebiasaan itu dilakukan dari hari ke hari, bulan ke bulan dan tahun ke tahun. Dia tidak peduli cuaca panas maupun hujan.

Menurut laporan media daratan, putra Huang Miexian yang lumpuh itu kini berusia 17 tahun. Seperti orang-orang sekampung yang tinggal di daerah pegunungan, keluarga Huang Bihua juga miskin dan hidupnya sangat sulit.

Pada saat ia masih duduk di kelas dua sekolah dasar Huang Bihua merasakan kakinya berat dan sulit diangkat. Kelainan itu berlanjut sampai akhirnya dia kehilangan rasa pada kedua kakinya.

Ayahnya membawanya ke beberapa rumah sakit, namun dokter hanya mampu menggelengkan kepala. Mereka mengatakan bahwa kakinya yang lumpuh itu sulit bisa pulih kembali.

Sejak itu Huang Bihua sudah tidak mampu pergi dan pulang sekolah sendirian. Setiap hari hanya berbaring di atas ranjang dan tidak berbicara dengan siapapun.

Keluarganya miskin, kesehatan ayah Huang Bihua juga buruk. Kini ditambah lagi dengan anaknya yang lumpuh, menyebabkan tekanan berat pada pasangan itu. Mereka sering diam-diam menyeka air mata dan berpikir bagaimana kelak anaknya bisa hidup jika kedua orangtua telah tiada.

Oleh karena itu mereka berharap, dengan membantu anaknya menimba ilmu pengetahuan, maka jalan keluar terbuka bagi anaknya yang lumpuh. Dan Huang Bihua pun mematuhi nasihat orang tuanya.

Setelah 3 tahun putus sekolah, Huang Bihua kembali duduk di bangku sebuah sekolah dasar di kampung yang berbeda sejak tahun 2011. Untuk memudahkan antar jemput, pasangan Huang Miexian meninggalkan rumah dan mencari pondokan di samping pabrik batu bata tempat mereka bekerja, letak pabrik tidak jauh dari sekolahan.

Pasangan itu secara bergantian membawa anak mereka ke sekolah setiap pagi, lalu berangkat bekerja. Setelah jam sekolah usai, salah satu dari mereka datang untuk menjemput pulang Huang Bihua.

Bekerja di pabrik batu bata melelahkan. Huang Bihua kepada Xinhua net mengatakan, “Satu buah batu bata semen berberat 50 pon, setelah selesai, batu bata itu disusun dalam tumpukan.”
“Setelah itu dilakukan upah baru bisa dihitung. Sehari paling-paling hanya bisa menghasilkan upah 20-30 Yuan. Agar saya bisa sekolah, mereka bersikeras untuk tinggal di pabrik batu bata,” tuturnya.

Pada saat itu, ayah Huang menderita penyakit sirosis hati. Dia sering memegang dadanya tanpa berkata-kata.

Pada tahun 2012, kakak sulung Huang Bihua diterima kuliah di perguruan tinggi. Ini seharusnya adalah hal yang membahagiakan, tetapi tidak begitu bagi keluarga miskin ini.

Tahun 2014, Huang Bihua naik ke kelas sekolah menengah. Agar bisa terus menyekolahkan Bihua, orangtua kembali membawa keluarga pindah ke rumah sewaan yang sederhana dan kecil di dekat sekolahan.

Saat itu, ayah Bihua sudah tak kuat lagi untuk bekerja mencari nafkah kecuali menggendong putranya pulang pergi sekolah. Ibunya bekerja serabutan dikampung dekat lokasi pertanian.

Di saat Bihua duduk di kelas 3 SMP, ayahnya meninggal dunia akibat penyakit kanker hati yang dideritanya.

Dengan meninggalnya sang ayah, Huang Miexian yang badannya kurus terpaksa sendirian menanggung beban hidup. Dia menggendong putranya pulang pergi ke sekolah.

Untuk bertahan hidup, Hua Miexian sering memungut botol-botol plastik bekas kemasan air minum. Terkadang, dia memungut beberapa barang kebutuhan sehari-hari yang masih bisa dipakai.

Tahun 2017, Huang Bihua menyelesaikan ujian SMP dengan hasil yang bagus. Nilai rapornya sangat menunjang sehingga dia diterima di SMA terbaik di kotanya.

Namun, karena masalah jarak mobilitas dan biaya besar Bihua terpaksa memutuskan untuk tidak melanjutkan studi di Kota. Dia akhirnya memutuskan melanjutkan SMA di desa.

Huang Miexian pernah berkata, anaknya sudah dewasa, entah berapa lama dia masih mampu menggendong Bihua bepergian. “Tapi, jika dia bisa diterima kuliah, saya akan berusaha untuk menggendongnya.” (ET/Sinatra/waa)

Petinju Eropa Meregang Nyawa Usai Menang Angka

0

EpochTimesId – Seorang petinju di Eropa, Scott Westgarth, berhasil memenangkan pertarungan 10 ronde yang melelahkan, baru-baru ini. Namun, kemenangan pada kelas ‘berat-ringan’ pada sebuah turnamen tinju di Inggris itu harus dibayar mahal.

Petinju berusia 31 tahun itu tumbang di belakang panggung usai memenangkan pertandingan, seperti dikutip The Epoch Times dari MailOnline, Rabu (28/2/2018). Dimana dia berhasil menang angka atas petinju lainnya, Des Spelman dalam pertarungan babak penyisihan untuk memperebutkan gelar persatuan tinju Inggris, Sabtu, 24 Februari 2018 lalu.

Selama wawancara usai pertarungan, Westgarth sudah menunjukkan tanda-tanda bahwa ada sesuatu yang salah dengan dirinya. Foto dari sesi tanya jawab muncul di media sosial, yang menunjukkan bahwa Westgarth memegangi kepalanya dan meringis.

Menurut Metro, Westgarth menuju ke belakang panggung dan mengeluhkan kondisi kepalanya. Dia kemudian dibawa ke rumah sakit oleh paramedis turnamen.

Namun, nyawanya gagal diselamatkan. Westgarth meninggal dunia karena dugaan pendarahan pada otak.

Promotor Westgarth, Stefy Bull, telah mengkonfirmasi bahwa petinju tersebut meninggal dunia pada hari Minggu (25/2/2018) waktu setempat. Dia mempublikasikan pernyataan penghormatan pada hari Senin (26/2/2018).

“Tuhan memberkati Scott Westgarth. Untuk mempromosikan pertunjukan tinju dan seorang pemuda yang melakukan pekerjaan yang dia cintai, telah kehilangan nyawanya, saya tidak memiliki kata-kata,” tulis Bull.

“RIP (Rest in Peace/istirahat dengan tenang) doa kami dari keluarga dan tim Anda, ini adalah hari-hari tersulit yang harus saya hadapi.”

Mantan pemain sepak bola, Curtis Woodhouse seharusnya menjalani pertandingan utama pada pertandingan tersebut. Namun, pertarungan utama dibatalkan setelah Westgarth ambruk.

Woodhouse pun memposting penghormatan untuk Westgarth.

https://twitter.com/curtiswoodhous8/status/968029404331958272

Setelahnya, banyak penghormatan yang disampaikan via sosial media. Pernyataan duka cita dan penghormatan kepada almarhum disampaikan oleh para pelaku dan pecinta olahraga tinju di Inggris.

Pertarungan terakhir Westgarth diadakan di The Dome, di Doncaster, South Yorkshire. Selain pertarungan utama, laga tambahan lainnya juga dibatalkan setelah tragedi tersebut. (Tom Ozimek/The Epoch Times/waa)

Xi Jinping Dirikan Komisi Pemberantasan Korupsi untuk Perluas Jangkauan

0

EpochTimesId – Rezim Xi Jinping akan mendirikan sebuah komisi dengan tujuan memperluas target pemberantasan. Dia menargetkan pemberantasan korupsi di Tiongkok meluas hingga lima kali lebih besar dari hasil penindakan saat ini.

Kampanye anti-korupsi Xi Jinping selama 5 tahun berkuasa telah berhasil menyeret 1,5 juta pejabat Komunis ke depan meja hijau, seperti dikutip EpochTimes group dari NBC.

Komisi akan segera beroperasi di Kota Beijing dan 2 provinsi yang telah ditetapkan sebagai lokasi proyek percontohan. Komisi itu didirikan dengan target yang diperluas, mengawasi hingga seluruh karyawan di seluruh negeri termasuk perusahaan BUMN, lembaga pendidikan, instansi medis dan lembaga lainnya.

Langkah baru tersebut akan membuat pejabat pemerintahan Beijing yang berjumlah sekitar 1 juta orang berada dalam pengawasan ketat. Sebelumnya pengawasan, lembaga pemberantasan korupsi hanya mampu menjangkau sekitar 210.000 orang pejabat, di Ibukota yang kini memiliki 21 juta populasi.

Kongres Nasional Rakyat (NPC) pada awal bulan Maret diharapkan dapat menyetujui pembentukan komisi tersebut. Komisi Inspeksi Disiplin Kota Beijing dan Komisi Pemberantasan Korupsi Kota Beijing akan berkantor di gedung yang sama. Lebih dari 770 orang staf yang dipindahkan dari berbagai departemen lain akan memperkuat lembaga baru tersebut.

Zhang Shuofu, sekretaris Komisi Inspeksi Disiplin pada Komite Partai Kota Beijing mengatakan penyalahgunaan kekuasaan dan penyimpangan banyak dilakukan demi keuntungan pribadi dan pemborosan aset negara.

“Semua penyimpangan tersebut akan menjadi target pemberantasan,” ujar Shuofu, yang juga merangkap sebagai Direktur Komisi Pengawas Kota Beijing.

Reuters melaporkan, dalam menghadapi kasus-kasus serius, komisi tersebut dapat menempatkan tersangka tetap berada dalam jabatannya selama 3-6 bulan untuk membantu penyelidikan. Waktu selama membantu penyelidikan tersebut nantinya dapat dikonversikan untuk mengurangi masa tahanan.

Sistem tersebut beroperasi di luar proses hukum pidana yang berlaku di Tiongkok. Oleh karena itu mendapat kritikan dari sejumlah pakar hukum.

Pemimpin Tiongkok Xi Jinping pada sesi pembukaan Kongres Nasional ke-19, di Beijing, Tiongkok, pada 18 Oktober 2017. (Foto oleh Lintao Zhang / Getty Images)

Xi Jinping bulan Oktober tahun lalu mengumumkan akan menggunakan sistem penahanan baru untuk menggantikan dual-sistem (hukuman untuk terdakwa) sebelumnya. Kelompok hak asasi manusia mengkritik sistem ganda sebagai tindakan di luar yudisial, kurangnya pengawasan, membiarkan penyiksaan. Mereka khawatir pemaksaan pengakuan tersangka dengan kekerasan terus terjadi.

Beberapa aktivis hak dan ahli hukum khawatir, bahwa sistem penahanan yang baru hanya akan memperluas praktik penyimpangan sebelumnya dengan kedok legitimasi. (Qin Yufei/ET/Sinatra/waa)

Rezim Tiongkok Gunakan ‘Data Besar’ Pengawasan untuk Menahan Warga Xinjiang

0

BEIJING – Pihak berwenang Tiongkok di wilayah barat Xinjiang menahan para tersangka yang telah ditandai oleh perangkat lunak prediktif yang menggabungkan data tentang segala hal mulai dari rekaman kamera keamanan hingga catatan kesehatan dan perbankan, kata kelompok penelitian dan advokasi yang berbasis di AS, Human Rights Watch (HRW), pada hari Selasa.

Sebuah cabang perusahaan BUMN Tiongkok, China Electronics Technology Group, mengumumkan pada tahun 2016 bahwa mereka akan mulai bekerja dengan pihak berwenang Xinjiang untuk memerangi ekstremisme dengan mengumpulkan data tentang perilaku para warga negara dan memberikan tanda yang tidak biasa untuk para pihak berwenang.

Beberapa orang yang ditargetkan oleh sistem tersebut telah ditahan atau dikirim ke “pusat pendidikan politik” sebagai bagian dari kampanye keamanan wilayah tersebut, menurut laporan HRW, yang mengutip pengumuman resmi dan dua sumber tak dikenal yang telah melihat program tersebut beroperasi.

“Untuk pertama kalinya, kami dapat menunjukkan bahwa penggunaan data besar dan pemolisian prediktif pemerintahan Tiongkok tersebut tidak hanya secara terang-terangan melanggar hak privasi, namun juga memungkinkan pejabat untuk secara sewenang-wenang menahan orang,” kata Maya Wang, seorang peneliti HRW yang berbasis di Hong Kong. .

Reuters tidak dapat secara independen memverifikasi klaim HRW. Baik pihak berwenang Xinjiang maupun Kementerian Keamanan Publik Tiongkok tidak menanggapi permintaan untuk memberikan komentar.

Desain perangkat lunak keamanan prediktif serupa juga diluncurkan di wilayah lain di Tiongkok namun pengawasan lebih mengganggu di wilayah Xinjiang dan ada sedikit perlindungan bagi tersangka karena kekhawatiran pihak berwenang mengenai kerusuhan, katanya.

Gelombang kekerasan telah mengguncang Xinjiang dalam beberapa tahun terakhir. Ketegangan antara orang-orang Han dan sebagian besar Muslim Uyghur yang menyebut wilayah tersebut rumah, bersamaan dengan kekerasan tangan besi, telah menyebabkan kerusuhan dan demonstrasi.

Wang mengatakan bahwa meski tidak jelas apakah sistem tersebut secara eksplisit menargetkan orang Uyghur, program tersebut telah mengumpulkan informasi tentang praktek keagamaan penduduk dan perjalanan ke luar negeri.

Integrated Joint Operations Platform” (Platform Operasi Gabungan Bersama) tersebut menandai orang-orang untuk kepentingan polisi untuk diselidiki dengan memproses sejumlah besar informasi atau melakukan operasi dengan sangat kompleksitas data dari kamera CCTV, cek kartu identitas, dan koneksi WiFi telepon dan komputer, selain catatan kesehatan, perbankan, dan hukum.

Polisi kemudian diharapkan menindaklanjutinya dengan tindakan termasuk kunjungan tatap muka dalam satu hari, menurut laporan media pemerintah. Algoritma yang tepat untuk pembobotan berbagai faktor tersebut tidak jelas. (ran)

Dilaporkan oleh Christian Shepherd. Annie Wu dari The Epoch Times memberikan kontribusi untuk laporan ini.

ErabaruNews

Gedung Putih Klaim Hemat 18 Triliun untuk Pesawat Kepresidenan Baru

0

EpochTimesId – Presiden Amerika Serikat, Donald Trump membuat kesepakatan baru dengan Boeing untuk pengadaan jet kepresidenan atau Air Force One baru. Gedung putih mengklaim, kontrak baru membuat pemerintah menghemat uang pajak lebih dari 1,4 miliar dolar AS atau 18 trilun rupiah lebih, Selasa (27/2/2018) waktu setempat.

“Presiden Trump telah mencapai kesepakatan informal dengan Boeing mengenai kontrak harga tetap untuk Program pengadaan Air Force One yang baru,” kata Wakil Sekretaris Pers Gedung Putih, Hogan Gidley kepada Fox News. “Berkat negosiasi presiden, kontrak akan menghemat uang pembayar pajak lebih dari 1,4 miliar dolar AS.”

Trump bertemu dengan CEO Boeing Dennis Muilenburg di Gedung Putih pada hari Selasa. Mereka bertemu untuk menyelesaikan negosiasi yang kompleks antara Angkatan Udara dan Boeing, menurut tiga sumber yang berbicara dengan menteri pertahanan.

President Donald Trump turun dari Air Force One di Pittsburgh International Airport, Coraopolis, 18 Januari 2018. (Samira Bouaou/The Epoch Times)

Trump dan Muilenburg mengunci kesepakatan senilai 3,9 miliar dolar untuk modifikasi ekstensif pada pesawat Boeing 747-8 yang mencakup ruang konferensi, kantor kepresidenan, dan sebuah suite komunikasi militer yang memungkinkan Trump tetap memegang kendali saat dalam perjalanan dan, bila perlu, meluncurkan senjata nuklir

“Boeing bangga membangun generasi berikutnya Angkatan Udara Satu, yang memberi Presiden Amerika Serikat dengan Gedung Putih yang terbang dengan nilai luar biasa bagi pembayar pajak,” kata Boeing dalam sebuah pernyataan, menurut Fox News. “Presiden Trump menegosiasikan kesepakatan baik atas nama rakyat Amerika.”


Air Force One di Pittsburgh International Airport, 18 Januari 2018. (Samira Bouaou/The Epoch Times)

Trump membuat kontrak pengadaan Air Force One jadi sorotan nasional sebelum dia dilantik menjadi Presiden. Dia berkicau di twitter bahwa biaya yang diajukan ‘tidak terkendali’.

“Batalkan pesanan,” tulis Trump pada 6 Desember 2016.

Trump bertemu dengan CEO Boeing beberapa kali sejak tweet tersebut. Presiden mengunjungi pabrik Boeing di South Carolina pada bulan Februari 2017, beberapa saat setelah menjabat.

Hal yang menonjol dalam negosiasi adalah permintaan dari Angkatan Udara untuk kontrak harga tetap. Boeing sebelumnya telah kehilangan 2 miliar dolar, setelah biaya produksi mendekati kontrak harga tetap.

Kerugian itu terjadi dalam kontrak pengadaan Boeing dengan Angkatan Udara untuk sebuah kapal tanker pengisian bahan bakar udara.

Trump juga kabarnya menyelamatkan uang pembayar pajak saat Angkatan Udara membeli pesawat yang akan dikonversi dari Boeing pada Agustus tahun lalu. Jumlah yang dihemat oleh Trump tidak dipublikasikan.

Boeing diduga meminta Angkatan Udara agar tidak mengungkapkan harganya, karena pesawat tersebut masih dijual di pasar komersial.

Air Force One adalah ‘pesawat tempur kontrol lalu lintas udara’, sebuah pesawat kepresidenan sekaligus pesawat komando perang. Gagasan membuat sebuah pesawat militer untuk membawa presiden muncul pada tahun 1943.

Ketika itu pejabat khawatir untuk mengangkut presiden dengan sebuah maskapai penerbangan komersial.

Jet presiden saat ini dimodifikasi dari Boeing 747-200, yang secara resmi disebut VC-25. Dibandingkan versi yang tidak dimodifikasi, pesawat kepresidenan memiliki loader bagasi mandiri, tangga depan dan belakang dan kemampuan untuk pengisian bahan bakar ketika pesawat sedang mengudara. (Ivan Pentchoukov/NTD.tv/waa)

Juara Dunia Bertahan MotoGP Perpanjang Kontrak dengan Honda

0

ErabaruNews – Juara Dunia MotoGP 2017, Marc Marquez memperpanjang kontrak dengan Honda. Marquez meneken kontrak baru berdurasi dua tahun, sehingga akan membuatnya potensial bertahan hingga akhir musim 2020.

Pebalap 25 tahun ini melakukan debutnya di kelas utama bersama Repsol Honda pada 2013. Ia merupakan pebalap termuda sepanjang sejarah yang berhasil menggondol empat gelar juara dunia MotoGP, termasuk pada musim 2017.

“Saya senang bisa terus balapan untuk tim pabrikan Honda di kelas MotoGP. Saya bangga berpacu sebagai anggota keluarga Honda, dan saya menghargai bagaimana Honda dan tim selalu melakukan yang terbaik untuk memberi saya semua yang saya butuhkan,” ujar Marquez, seperti dikutip dari Craz.Net, Rabu (28/2/2018).

‘Baby Alien’ pun senang dengan penandatanganan kontrak baru ini. Dia mengucapkan terima kasih kepada semua orang di barisan Tim Honda yang telah memberi dukungan. Sebab, dengan adanya kontrak ini dia bisa fokus bersiap menghadapi musim baru.

“Dua tes resmi pertama berjalan dengan baik dan, dengan kontrak saya diperbaharui, saya dapat fokus pada balapan di musim baru. Saya akan terus menikmati balap, berbagi kegembiraan saya dengan semua orang dan melakukan yang terbaik untuk mencapai tujuan bersama,” sambung Marquez.

Sementara itu, Presiden Honda Racing Team (HRC) Yoshishige Nomura juga mengaku sangat senang bahwa Marc Márquez akan terus menunggangi Honda. Sebab, Márquez menurutnya telah secara konsisten memberikan upaya terbaik dan juga gelar juara untuk Honda.

“Kami dapat mengumumkan perpanjangan kontrak jauh lebih awal, karena kami saling percaya. Selain itu, juga karena hasrat kami untuk balapan sama-sama besar,” ujar Nomura.

Sebelum turun di nomor utaram MotoGP, pebalap Spanyol itu juga sempat memenangi kejuaraan 125cc pada 2010 dan gelar Moto2 pada 2012.

Rekan satu negara Marquez, Maverick Vinales, juga dikabarkan akan meneken perpanjangan kontrak dengan Yamaha bulan depan. Peringkat tiga klasemen akhir musim 2017 itu juga diisukan akan bertahan selama dua tahun di Yamaha.

Seri pertama MotoGP 2018 akan digelar pada 18 Maret 2018. Qatar akan menjadi tuan rumah seri pembuka itu. (waa)

Che Guevara, Idola Magis yang Tidak Heroik (2)

0

Para Pengikutnya Sempat Mengacaukan Dunia

Dorong Revolusi dan Gelombang Teror Internasional

 Akibat propaganda masif oleh media massa, jerih payah Che Guevara yang ‘tulus dan tanpa pamrih’ sempat ‘menyentuh hati’ banyak orang. Lewat tewasnya Guevara, pemikiran paham komunis dikobarkan, mempercepat meletusnya revolusi anarkis di Amerika Latin dan negara ketiga lainnya. Terutama di akhir tahun 60an, di mata kaum muda di Timur Tengah dan negara Barat, ia adalah simbol revolusi yang dijadikan idola dan merupakan sinonim bagi idealisme politik sayap kiri. Kaum muda yang radikal membabi buta ramai-ramai bangkit menirunya.

Organisasi Teror Bermunculan

Pada akhir era 60an ketika pemikiran sayap kiri merajalela di seluruh dunia, berawal dari gerakan pelajar tahun 1968 dan kaum radikal yang bertransformasi menjadi organisasi teroris mulai bermunculan.

Organisasi ini antara lain Red Brigade (BR) dari Italia yang sempat menghebohkan, juga Red Army Faction (RAF) dari Jerman Barat, Japan Red Army (JRA) Tentara Merah Jepang.

Organisasi-organisasi ini telah melakukan serangkaian serangan teror di tahun 70an, mereka berpandangan puncak revolusi dunia telah tiba, ini adalah cara terbaik mewujudkan idealisme revolusi secepat mungkin.

Dengan segala cara mereka menciptakan kasus menghebohkan, memicu kegemparan, menjadi berita utama di surat kabar, unjuk pamer kekuatan dan kejahatan anti-kemanusiaan yang diperbuat sungguh mengerikan.

Tentara Merah Jepang adalah tipikal gerakan terorisme yang bertransformasi dari gerakan pelajar “anti-Amerika dan anti-imperialisme”.  Setelah diredam di dalam negeri, Tentara merah pemuja Mao itu telah beralih ke jalur internasional yang lebih luas jangkauannya daripada Guevara.

Di Timur Tengah, Asia Tenggara dan Eropa, mereka telah aktif selama hampir 30 tahun, mereka mahir membajak pesawat, menyerang kantor kedubes, menyandera warga asing untuk ditukar dengan rekan mereka yang ditawan atau meminta uang tebusan.

Sukses JRA di luar negeri yang paling berhasil adalah pembantaian di Bandara Lod Israel bulan Mei 1972 yang menyebabkan 24 orang tewas dan 80 orang luka-luka, JRA pun melonjak menempati posisi sebagai salah satu dari tiga besar organisasi teroris dunia saat itu.

Pasukan merah Italia (BR) berpedoman pada teori pusat gerilya Marxisme, Mao dan Che Guevara, dan berikrar akan menggulingkan paham kapitalisme dengan cara yang paling berdarah.  Mereka menggelar perang gerilya di kota, sempat suatu waktu menembaki lutut para pejabat pemerintah membuat mereka selamanya tidak bisa berdiri lagi — karena “cacatnya para pejabat melambangkan lumpuhnya instansi kekuasaan”.

Beberapa kali mereka menyandera politisi kaum konservatif dan taipan bisnis, tahun 1978 menyandera dan membunuh mantan PM Italia Aldo Moro, gerakan anarkis BR itu telah menggemparkan seluruh dunia.

Tentara Merah Jerman Barat (RAF) mayoritas anggotanya adalah mahasiswa dari keluarga kaya dan kaum intelek, mereka mengkultuskan Lenin, Mao Zedong dan Guevara serta meniru kelompok gerilya anti-imperialisme Amerika Selatan.

Mereka bercita-cita membangun masyarakat sederajat yang tidak ada eksploitasi, cara yang mereka tempuh adalah merampok bank, serangan bom, pembakaran dan pembunuhan dan lain-lain, juga bekerjasama dengan organisasi pembebasan Palestina (PLO) di luar negeri, polisi rahasia Jerman Timur diam-diam juga membantu generasi kedua dari organisasi ini.

RAF paling merajalela adalah pada tahun 1977 yakni aksi sandera dan pembunuhan yang dikenal “Autumn in Deutschland” yang masih menyisakan kengerian bagi warga Jerman hingga saat ini.

Selain PKT, Uni Soviet, Jerman Timur, Kuba dan lain-lain baik secara diam-diam maupun terang-terangan telah membantu kaum militant dan teroris anti pemerintah di sejumlah negara tersebut, era tahun 60 sampai 80-an juga merupakan masa dimana teror anarkis paling merajalela.

Kelompok gerilya yang bermunculan di berbagai penjuru Amerika Latin mayoritas menapak jalan kegagalan Guevara. Metode perang di masa akhir seperti penyanderaan, perampokan, peledakan dan lain-lain sangat mirip dengan aktivitas terorisme. Di atas tanah yang kenyang dengan api peperangan dan pertumpahan darah ini telah banyak korban berjatuhan. Antara tahun 1960-1996, perang sipil di Guatemala saja telah menewaskan sebanyak 200.000 jiwa.

Teori pusat gerilya ala Guevara adalah kelompok militan kecil yang terbentuk dari sedikit orang yang melakukan pengrusakan dengan serangan mendadak dan lain sebagainya dengan strategi ‘pukul lalu lari’, menghancurkan sistem yang ada sampai merebut kekuasaan dengan kekerasan.

Daya tariknya adalah tidak membutuhkan prosedur pelan yang bertele-tele dan berkepanjangan, secara tak terduga menyerang tiba-tiba, perlahan metode ini digunakan oleh kaum muda dalam organisasi teroris. Itu adalah era yang penuh dengan ilusi kemenangan cepat dan keji.

“Jalan Terang (Shining Path)” adalah kelompok gerilya beraliran Mao Zedong yang ekstrim kiri dari Peru, juga organisasi teror yang paling besar di Amerika Selatan. Hanya di semester pertama tahun 1992 saja, kelompok itu telah melakukan hampir 700 kali peristiwa anarkis, yang menewaskan lebih dari 4.000 orang. Tanggal 17 Desember 1996 malam hari, sekelompok teroris dalam “Gerakan Revolusioner Tupac Amaru” berhasil menduduki Kedubes Jepang di Peru dan menyandera lebih 400 orang, mereka menyebut dirinya berpedoman pada ‘paham Marxisme dan paham Guevara’.

Carlos the Jackal yang berasal dari Venezuela antara tahun 70-80 lalu telah merencanakan dan melakukan banyak kasus teror.

Selama itu ia terus berhubungan dengan PLO, badan intelijen Suriah, pejabat Hungaria, kaum pelajar radikal Amerika Latin, anggota Tentara Merah Jepang, polisi rahasia Jerman Timur, KGB Uni Soviet, penguasa rezim Sudan, dan banyak pemerintah serta organisasi lain yang sealiran, merambah ke Eropa, Asia, dan Afrika, ia adalah teroris nomor wahid sebelum adanya Bin Laden.

Tahun 1966 di usia 17 tahun “The Jackal” pernah berlatih perang gerilya di “Kamp Matanzas” yang bernaung di panji bawah Badan Intelijen Kuba, tempat itu merupakan pangkalan Guevara melatih para mahasiswa radikal berbagai Negara untuk melakukan gerakan menggulingkan rezim.

Meskipun waktu itu Guevara bergerilya di negeri orang, namun Guevara selalu menjadi idola yang dipuja oleh “The Jackal”. Ia juga suka mengenakan topi baret dan memelihara jenggot, dan dalam hal penampilan sengaja menjadi semirip mungkin dengan Guevara idolanya. (SUD/WHS/asr)

Sumber : Epochtimes.com

Bersambung

Baca Juga : Che Guevara, Idola Magis yang Tidak Heroik (1)

Tersorot Kamera, Dua Penyiar Berita Televisi di Pakistan Bertengkar Ketika Hendak Siaran

0

Epochtimes.id- Dua orang penyiar berita televisi dari Pakistan tersorot kamera karena terlibat pertengkaran verbal dengan rekannya. Video perkelahian ini menjadi viral di media sosial.

Penyiar yang dilaporkan berasal dari saluran berita di Lahore, Pakistan yang bernama City 42, terlihat di kamera bertengkar. Dia mengadu kepada kru produksi tentang perilaku orang lain.

Tak jelas kapan kejadiannya. Namun demikian, media lokal dailypakistan.com.pk mempublikasikan berita ini, Senin (26/02/2018).

“Bagaimana saya bisa melangsungkan buletin berita dengannya,” ucap laki-laki itu dalam bahasa Urdu saat video dimulai. “Dia bilang jangan bicara padaku.”

“Saya sedang berbicara tentang nada Anda,” jawab penyiar berita wanita. “Bicaralah padaku dengan hormat.”

“Bagaimana saya tidak menghiraukan Anda?” tanya pria itu sambil kehilangan kesabaran pada saat ini.

“Beritahu dia untuk melihat apa yang dia katakan,” kata pria itu dengan marah.

“Apakah semua ini tercatat?”

“Tidak ada habisnya amarahnya,” keluhnya saat video berakhir.

Video dari berbagai versi beredar secara online dan dibagikan ribuan kali.

Sejumlah laporan media setempat menyayangkan insiden yang semestinya tak perlu terjadi.

Laporan dailypakistan.com.pk menyebutkan kejadian tersebut tidak menarik.

Namun demikian, sejumlah warganet di Pakistan optimis kedua penyiar tersebut akan kembali bersahabat seperti semula.

Warganet bahkan optimis mereka berdua akan duduk bersama di meja makan.

“Sering terjadi di antara rekan kerja. Saya yakin mereka makan siang atau makan malam segera setelah ini,” komentar seseorang yang optimis.

“Dan kemudian mereka hidup bahagia selamanya,” tulis komentar warga lainnya. (asr)

Sumber : Dailypakistan/New Delhi TV

Sniper Taliban Ini Memilih Bergabung Proses Perdamaian Serta Menyesali Perbuatannya

0

Epochtimes.id- Seorang sniper Taliban yang menargetkan personil polisi dan tentara serta anti pemerintah di distrik Sayed Abad, Provinsi Wardak, Afghanistan telah bergabung dalam proses perdamaian.

Melansir dari Media Afghanistan, Tolonews.com, laporan ini disampaikan oleh polisi Wardak, Senin (26/02/2018).

Polisi Wardak mengatakan sosok yang bergabung adalah Faridullah, seorang sniper Taliban yang merupakan bagian dari kelompok Mawlawi Habibullrahman.

Polisi setempat mengatakan pria tersebut terlibat dalam kegiatan anti-pemerintah di daerah Dar-e-Tangi di distrik Sayed Abad dan kini bergabung dalam proses perdamaian.

“Faridullah, putra Amruddin, seorang penduduk distrik Sayed Abad, salah satu penembak jitu Taliban yang bekerja untuk kelompok Mawlawi Habibullrahman untungnya meletakkan senjatanya dan bergabung dalam proses perdamaian,” kata Fahim Qaim, kepala polisi Wardak.

Sementara itu, Faridullah mengatakan bahwa dia menyesali perbuatannya.

“Nama saya Faridullah, saya adalah penduduk distrik Sayed Abad dan saya bekerja untuk kelompok Mawlawi Habibullrahman selama hampir tiga bulan dan selama waktu itu kami menargetkan polisi dan tentara dan saya ingin menghentikan kejahatan ini karena itu saya melakukan kontak dengan kepala polisi dan bergabung dalam proses perdamaian, “kata Faridullah.

Taliban belum berkomentar mengenai insiden tersebut. (asr)

Gua Bawah Laut Terbesar di Dunia Ditemukan di Meksiko

0

Sebuah kelompok eksplorasi di Meksiko telah menemukan gua bawah laut terbesar di dunia.

Setelah 10 bulan melakukan eksplorasi bawah air, sebuah kelompok bernama Gran Acuífero Maya telah menemukan bahwa dua gua terendam terbesar di dunia (dikenal dengan Sac Actun dan Dos Ojos) sebenarnya terhubung.

Setelah penemuan ini, kedua gua tersebut sekarang akan dianggap satu dan dikenal sebagai el Sistema Sac Actun, berukuran panjang sekitar 215 mil.

“Gua besar ini merupakan situs arkeologi terendam yang paling penting di dunia, karena memiliki lebih dari seratus konteks arkeologi, di antaranya adalah bukti para pemukim pertama di Amerika, juga fauna yang telah punah dan tentu saja dari budaya Maya,” kata Guillermo de Anda, direktur proyek tersebut, menurut National Geographic.

Air telah mengawetkan banyak peninggalan dari ribuan tahun yang lalu di gua-gua tersebut, termasuk sisa-sisa manusia setidaknya berumur 9.000 tahun dan sisa-sisa hewan dari Zaman Es terakhir, The Telegraph melaporkan. Ada sisa-sisa peninggalan dari budaya Maya.

Gua-gua tersebut menjadi terendam oleh banjir saat air naik lebih dari 320 kaki (sekitar 98 meter) setelah Zaman Es terakhir berakhir diperkirakan 11.700 tahun yang lalu.

Langkah selanjutnya untuk Gran Acuífero Maya adalah mencoba menemukan hubungan hubungan antara Sac Actun dan system-sistem gua besar lainnya di kota Tulum, seperti Sistem Ox Bel Ha sejauh 167 mil (sekitar 269 kilommeter) dan Sistem Koal Baal sejauh 57 mil (sekitar 92 kilometer). (ran)

Berikut videonya:

ErabaruNews