Bagaimana Gadis Pembelot Korut Bisa Jadi Duri di Mata Kim Jong-un ?

oleh Xia Yu

Epochtimes.id- Yeonmi Park, adalah seorang gadis muda yang sopan, mungil, lembut, tapi ia juga menjadi duri di mata Kim Jong-un.

NBC pada 26 Februari melaporkan bahwa Yeonmi Park pada umur 13 tahun melarikan diri dari Korea Utara, pada tahun itu 2007, ia masuk wilayah Tiongkok melalui jalan kaki melintasi sungai Yalu yang sebagian airnya sedang membeku.

Ia mengatakan, di daratan Tiongkok ia mengalami serangan seksual (pemerkosaan) berulang kali oleh pelaku perdagangan manusia dan menyaksikan ibunya dipaksa menikahi dengan seorang petani Tiongkok setelah ia dijual.

Yeonmi Park kemudian berjalan kaki melewati Gurun Gobi menuju Mongolia dan akhirnya tiba di Korea Selatan. Saat ini, dia dijuluki sebagai Jamur Beracun dan Boneka Propaganda Hak Asasi Manusia oleh otoritas Kim Jong-un dalam propaganda pencucian otak.

Yeonmi menganggap juluk-julukan itu sebagai hal yang menyenangkan sepanjang itu memberikan ancaman bagi kekuasaan Kim Jong-un

Otoritas Korea Utara mencuci otak seluruh rakyatnya

Yenmi Park sekarang berusia 24 tahun, tinggal di Chicago dan sudah menikah dengan seorang warga Amerika Serikat. Ia baru menjadi seorang ibu dari bayi yang baru lahir. Kepada reporter NBC ia mengatakan, kampanye cuci otak menyusupi ke dalam setiap pelajaran di sekolah. Foto Kim Jong-il harus dimiliki dan dipasang di setiap rumah warga.

Yeonmi mengungkapkan, penerapan cuci otak ala Korea Utara membuat keraguan terhadap realita menjadi sesuatu hal yang tabu untuk dibayangkan.

Jika menyampaikan ketidakpuasan terhadap pemerintah, maka seluruh keluarga akan menanggung bahaya. “Saya tidak pernah belajar berpikir kritis” kenangnya.

Namun, film DVD asing seperti “Titanic” yang masuk Korea Utara melalui penyelundupan memungkinkan orang-orang Korea Utara untuk melihat bagaimana cara hidup orang-orang di dunia luar.

Awalnya, Yeonmi Park mengira film itu adalah film percintaan, bukan film yang isinya untuk mempercantik sebuah rezim. Karena dalam benaknya Amerika Serikat dan Jepang adalah musuh Korea Utara. Itu yang ia peroleh dari pendidikan selama ini di Korea Utara.

Dia memberitahu Yayasan Hak Asasi Manusia tentang organisasi “Pengganggu Korea Utara”. Organisasi tersebut membagikan kepada warga Korea Utara USB gratis yang dalamnya berisi film-film Hollywood, musik pop, opera sabun Korea Selatan melalui balon-balon udara yang diterbangkan.

Hingga tahun 2016, organisasi tersebut telah membagikan 10.000 buah USB dan memperkirakan setidaknya 1.1 juta penduduk Korea Utara bisa menyaksikan isi USB yang menyajikan hal-hal yang sulit mereka dapatkan.

Yenmi Park percaya bahwa informasi dari luar apakah itu melalui DVD selundupan , dapat mengubah cara berpikir rakyat Korea Utara yang selama ini terbelenggu. Ia mengatakan bahwa rakyat Korea Utara mendambakan pengetahuan.

Yeonmi Park didampingi ibunya menghadiri undangan konperensi pers asing di Hongkong pada 3 April 2017. Di sana ia memberikan pidato dan mengatakan bahwa sejak 2 tahun lalu, ia menjadi salah satu target pembunuhan rezim Kim Jong-un.

Perjalan sejak pelarian sampai Chicago yang penuh liku-liku dan kesulitan.

Yeonmi Park lahir di Hyesan si, sebuah kota dekat perbatasan dengan Tiongkok. Ayahnya adalah seorang pedagang komoditas buatan Tiongkok yang masuk Korea Utara melalui penyelundupan, termasuk pakaian jadi, rokok, gula dan beras. Lalu ia juga mengangkut emas curian ke Tiongkok untuk dijual. Karena itu ia ditangkap dan dijebloskan ke dalam tahanan atau lebih dikenal dengan istilah kamp kerja paksa.

Pelarian Yeonmi dari Korea Utara sampai ke Selatan penuh dengan kesulitan. Saat ia menggambarkan kesepakatannya dengan pedagang manusia mengatakan bahwa bila Jeonmi bersedia menjadi istri atau gundiknya, maka ia boleh bertemu dan berkumpul dengan kedua orangtuanya, atau kalau tidak bersedia maka ia akan dikirim kembali ke Korea Utara yang mungkin  akan dipenjara atau dieksekusi mati.

Dia dipaksa menanggung penderitaan akibat pemerkosaan berulang-ulang dan dipaksa bekerja membantu penyelundupan penduduk. Dia berkata: “Saya tak lagi bisa percaya kepada sifat manusia”

Pada hari-hari berikutnya, pedagang manusia membeli ibu Yeonmi dan menyelundupkan ayahnya ke Tiongkok. Tapi beberapa minggu kemudian, ayahnya meninggal dunia karena kanker usus besar.

Suatu ketika, Yeonmi dan ibunya bertemu dengan seorang wanita asal Korea Utara, ia memberitahu mereka bahwa pemerintah Korea Selatan memberikan bukti diri sebagai pengungsi.

Suatu malam di bulan Maret 2009, dengan bantuan misionaris Kristen yang mengoperasikan “Kereta Transit Massal”, Yeonmi Park dan ibunya melintasi perbatasan antara Tiongkok dengan Mongolia dan melewati Gurun Gobi yang beku untuk mencapai Korea Selatan.

Trauma yang dialami selama bertahun-tahun oleh ibunya Yeonmi menjadikannya seorang yang harus selalu mengonsumsi obat.

Tahun 2014, Yeonmi berpidato di pertemuan puncak pemimpin muda di Dublin, Irlandia, ia kemudian mendapat banyak perhatian.

Setelah berada di Amerika Serikat, Yeonmi mulai menulis memoar dan mendaftarkan diri di School of General Studies di Universitas Columbia, yang merekrut siswa non-tradisional dan berfokus pada hak asasi manusia. Minggu lalu ia baru saja melahirkan anak dan sekarang sedang cuti belajar.

Ia berharap suatu hari nanti bisa kembali ke tempat ia dilahirkan. “Tidak ada yang abadi, dan saya yakin Korea Utara akan berubah sebelum saya meninggal dunia.” (Sinatra/asr)

Sumber : Epochtimes.com