Home Blog Page 2110

Salah Tafsir dan Kini Tersadarnya AS Terhadap Strategi RRT

Xie Tian

 Dubes RRT untuk Amerika Cui Tiankai beberapa hari lalu saat menghadiri acara di Kedubes Beijing di Washington DC menyatakan, “Beberapa pergerakan belum lama ini telah merefleksikan kekeliruan penilaian dan salah tafsir strategis sejumlah warga Amerika Serikat (AS) terhadap RRT.” Lebih konkrit lagi Cui berpendapat, “Ada orang merasa frustrasi karena RRT tetap mempertahankan jalan perkembangannya sendiri.” Faktanya, terhadap PKT yang menyandera negeri Tiongkok, Amerika memang pernah melakukan beberapa kesalahan tafsir strategis, namun sekarang, sesungguhnya Amerika telah tersadar dan terbangun dari mimpinya!

Tahun lalu, penulis berkesempatan bertemu dengan pejabat diplomatik utama Taiwan di Amerika yakni Dubes Gao Shuotai yang mengepalai Perwakilan Ekonomi Budaya Republic of China di AS, upaya PKT yang menekan dan memblokir membuat pejabat diplomatik Taiwan di kalangan diplomatik sangat kesulitan, Dubes Gao bahkan sulit untuk menemui pejabat Deplu Amerika dengan status resminya, dan terpaksa harus menempuh banyak cara cerdik untuk bisa berinteraksi.

Tapi walaupun demikian, hubungan tingkat tinggi bilteral antara AS dengan Taiwan tak pernah mengalami kendala. Namun jelas, dibandingkan dengan Taiwan, pejabat diplomatik Beijing meskipun memiliki kemudahan diplomatik, tetapi hubungan Partai Komunis Tiongkok (PKT) dengan para petinggi AS kini justru diselimuti awan gelap, penuh sekat dan praduga serta kesalah-pahaman.

Sebagai kepala diplomat Beijing di Amerika, menjelang terjadinya perubahan besar hubungan diplomatik antara AS dengan RRT, pengamatan dan intuisi Cui Tiankai  seharusnya tidak begitu jelek, tapi begitu besarnya salah tafsir dan beda pemahaman antara kedua belah pihak, seharusnya disebabkan akibat berat sebelahnya sikap pejabat RRT.

Beijing merasa pemerintah AS saat ini telah salah menduga terhadapnya, bagaimana bisa tahu bukan pemikiran PKT yang sebenarnya terhadap pejabat tinggi dan kebijakan baru AS ada salah tafsir? PKT merasa pemerintah AS saat ini salah tafsir, mengapa tidak mungkin pemerintah AS dulu pernah salah tafsir tapi sekarang telah diperbaiki dan memiliki penafsiran yang tepat dan benar?

Kalau dulu AS salah tafsir terhadap PKT, dan sekarang telah sadar, maka di mata PKT, salah tafsir terdahulu mungkin telah mengenai sasaran, sedangkan salah tafsir sekarang sebaliknya justru merupakan ‘salah tafsir’ yang sebenarnya!

Cui Tiankai berpendapat, “Ada orang yang merasa frustrasi karena RRT tetap bertahan menempuh jalan perkembangannya sendiri.” Tidak salah, banyak orang merasa sangat frustrasi karena RRT masih menapak jalan sesat yang ditempuhnya sejak tahun 1949.

Dan orang-orang yang frustrasi itu bukan orang Amerika, melainkan rakyat Tiongkok sendiri, adalah rakyat Tiongkok sebanyak 95% di luar kelompok privilege PKT.

Jika tidak PKT pun tidak perlu lagi menghabiskan anggaran militer sedemikian besar untuk ‘menjaga stabilitas’, jika rakyat Tiongkok tidak merasa frustrasi dengan jalan yang ditempuh negaranya ini, dan justru merasa bangga dan senang, maka menjaga stabilitas sudah tidak perlu lagi, juga tidak perlu lagi mendaftarkan pisau di rumah, mendaftarkan kamera, pengawasan, blokir internet, dan sensor media massa, semua itu tidak diperlukan lagi.

Jika rakyat Tiongkok tahu bahwa mereka berjalan di atas jalan yang benar, maka PKT pun tidak perlu lagi bertele-tele mempropagandakan ‘keyakinan pada sistem aturan’ atau ‘keyakinan atas jalan yang ditempuh’ dan lain-lain.

Orang Amerika memang merasa frustrasi atas Tiongkok yang masih “berjalan di atas jalan perkembangannya sendiri”, pemerintah AS dan warganya, juga kalangan akademisi dan pendidikan, semua merasakan frustrasi ini.

Rasa frustrasi ini sama seperti yang dirasakan orang Amerika terhadap Korut yang membiarkan rakyatnya lapar dan Kim Jong-Un yang menggadaikan segala sesuatu untuk mengembangkan bom nuklir.

Frustrasi ini, sama seperti rakyat Kuba yang tidak bisa merasakan kebebasan seperti Amerika yang hanya terpisah sebidang laut, dan sampai sekarang masih teracuni oleh paham komunis.

Sebenarnya perlakuan AS terhadap RRT dan rakyat Tiongkok tidak buruk, dalam sejarah AS telah banyak memberikan bantuan bagi RRT, termasuk disaat  yang disebut “Reformasi Keterbukaan” dengan dukungan ekonomi dan perdagangan.

Tetapi, walaupun AS telah menopang ekonomi Tiongkok begitu lama, menyediakan teknologi, dan metode manajemen, modal, serta defisit nilai tukar mata uang, tapi tidak bisa melihat Tiongkok menuju ke arah kebebasan dan kemakmuran.

Sebaliknya PKT justru telah membentuk rezim otoriter yang bergabung dengan Rusia untuk anti terhadap Amerika, dan memusuhi HAM, laiknya orang yang tidak tahu berterima kasih, yang telah mengambil begitu banyak keuntungan dari Amerika namun masih terus anti-Amerika, tentu saja membuat orang AS merasa “frustrasi” terhadapnya!

Cui mendebat, “Jalan perkembangan yang dipilih RRT berlandaskan pada situasi di dalam negeri, berdasarkan teorinya sendiri sebagai panduan, dengan sistem aturannya sendiri sebagai jaminan, dengan kebudayaannya sendiri sebagai warisan.

Jalan perkembangan RRT adalah tidak mungkin, juga tidak seharusnya berubah.” Pernyataan ini keliru, sungguh keliru, bahkan sangat konyol.

Jalan yang dipaksakan oleh PKT pada rakyat Tiongkok bukan karena keadaan negeri Tiongkok, melainkan karena tunduk pada perintah dari Moskow.  ‘Teori’ yang diandalkan PKT sebagai pedoman telah ditinggalkan oleh masyarakat seluruh dunia, bahkan PKT sendiri juga menghindarinya, ini juga membuktikan bahwa paham ini adalah teori sesat yang sangat tidak cocok bagi negeri Tiongkok; yang dijamin oleh sistem aturan Tiongkok saat ini bukanlah kepentingan rakyat Tiongkok secara keseluruhan, melainkan hanya kepentingan 500 keluarga penguasa pada tingkat tertinggi PKT saja.

Satu-satunya tujuan dipertahankannya sistem aturan ini adalah hanya untuk menjamin eksistensi PKT sendiri; kebudayaan tradisional Tiongkok bukan pondasi PKT, melainkan justru sasaran yang hendak dihancurkan oleh PKT karena membuat PKT was-was, dalam tiga puluh tahun pertama PKT menghancurkan kebudayaan, lalu tiga puluh tahun berikutnya menghancurkan materi dan menghancurkan pondasi materi tempat eksisnya kebudayaan tersebut.

Mengenai jalan perkembangan Tiongkok, mungkinkah diubah, atau haruskah diubah, PKT sudah tidak layak lagi menjawabnya, rakyat Tiongkok telah menentukan pilihan di tengah arus menentang komunis, melawan komunis, meninggalkan komunis, dan mundur dari partai komunis.

Cui Tiankai mengatakan, semoga “orang-orang yang sedang merasa frustrasi itu mampu menghadapi fakta, dan membuang angan-angan yang sepihak itu.” Dikhawatirkan harapannya itu sulit terwujud.

Bagi warga yang memahami jelas rezim PKT, menghadapi fakta tersebut mungkin sangat membuat frustrasi, namun masyarakat tidak kehilangan harapan, jika tidak penguasa tidak akan merasa seperti duduk di atas ranjang jarum, walaupun di tangan ada polisi bersenjata, bom nuklir, kapal perang dan jet tempur, penguasa rezim ini tetap saja tidak enak makan dan tidak lelap tidur.

Pemerintah dan warga AS yang bersahabat dan memperhatikan Tiongkok serta rakyatnya, juga merasa sangat frustrasi, namun warga AS telah sadar dari mimpinya dan yang menggembirakan adalah, presiden baru AS telah membuat perubahan, ia mengubah (mengembalikan) konsep moralitas Amerika, ia telah mengubah kondisi ekonomi AS saat ini, ia juga telah mengubah sikap AS terhadap Tiongkok.

Pemerintahan presiden baru AS Donald Trump memiliki pandangan baru terhadap PKT, apakah terdapat ‘salah tafsir strategi’? Melihat kondisi sekarang tidak hanya tidak ada, sebaliknya justru semakin mengerti dan yakin ibarat baru tersadar dari mimpi siang hari bolong.

Sebenarnya Tuhan-lah yang telah membuat Amerika sadar, membuat seluruh dunia sadar, dan menjadi lebih mengenal paham komunis yang sesat dan berbahaya itu, serta target akhir komunis yang sesungguhnya.

Tuhan meminjam mulut dan tangan Trump untuk memutar balikkan strategi AS terhadap RRT, dan menciptakan ‘salah tafsir’ yang disangka oleh pejabat diplomatik PKT saat ini, yang padahal justru merupakan tafsiran yang sangat tepat! (SUD/WHS/asr)

Bersambung

Xie Tan adalah John M. Olin Palmetto Chair Professor at University of S. Carolina Aiken, Amerika Serikat

Jubir Deplu Tiongkok Dirumorkan Hilang 23 Hari Karena Ditemukan 5 Juta Dolar AS dalam Rumahnya

He Mu

Hua Chunying yang telah menjadi jurubicara Departemen Luar Negeri Tiongkok selama enam tahun, tiba-tiba tidak muncul selama 23 hari dalam konferensi pers rutin.

Sebuah media Taiwan mengutip sumber yang belum dikonfirmasi menyebutkan bahwa Hua ditangkap pihak berwenang karena ditemukan dolar AS yang tersimpan dalam rumahnya.

Namun, Deplu Tiongkok telah menangkis rumor tersebut.

Media Taiwan ‘Liberty Times’ pada 28 Februari memberitakan, Hua Chunying, wakil kepala Biro Informasi, merangkap jurubicara Deplu Tiongkok telah berurusan dengan pihak yang berwajib karena ditemukan uang kertas berjumlah 5 juta dollar AS tersimpan dalam rumahnya.

Selain itu, ia juga memiliki rencana untuk bermigrasi ke Amerika Serikat, memiliki properti di AS. Ia sekarang sedang menjalani interogasi pihak berwenang atas tuduhan melakukan subversi.

Namun, media mengatakan bahwa berita tersebut belum memperoleh konfirmasi.

Untuk menjatuhkan orang-orang non pemerintahan, penguasa Tiongkok sering menggunakan istilah melakukan tindak subversif, dan untuk menjatuhkan orang-orang pemerintahan, istilah yang digunakan biasanya sekitar korupsi atau membocorkan rahasia negara sebagai tuduhan.

Pada sore hari itu, Deplu Tiongkok melalui konferensi pers rutin membantah rumor tersebut dan mengatakan bahwa Hua Chunying sudah akan kembali memimpin konferensi pers pada hari-hari mendatang.

Hua Chunying sudah tidak muncul lagi di depan umum setelah konperensi pers rutin pada 5 Februari lalu.

Beredar rumor ia ditahan pihak berwenang, tetapi ada netizen yang menjelaskan bahwa Deplu sekarang menggunakan sistem giliran melakukan siaran pers, hari-hari itu mungkin saja Hua sedang off.

Hua Chunying yang lahir pada tahun 1970 berasal dari Huaian, Jiangsu, Adalah jurubicara wanita kelima di Deplu. Sejak tahun 2012 ia menjabat kepala Biro Informasi Deplu dan merangkap juga sebagai jurubicara departemen.

Data pribadi tentang wanita tersebut tidak banyak bisa ditemui di internet. Pengguna internet  memberitahu bahwa suaminya juga seorang diplomat Tiongkok, pasangan ini memiliki seorang anak perempuan.

Memang sebelumnya pernah tersebar rumor bahwa Hua Chunying akan bermigrasi ke Amerika Serikat, dan pihak berwenang memberikan tangkisan terhadap rumor itu. (Sinatra/asr)

Timnas Sepakbola Wanita Seleksi Pemain untuk Asian Games

0

ErabaruNews – Tim Nasional Sepakbola Wanita Indonesia akan memulai seleksi pemain untuk menyambut Asian Games 2018. Proses pembentukan Timnas Wanita yang sekaligus untuk menghadapi ajang Piala AFF Wanita 2018 ini akan dimulai pada Senin (5/3/2018).

PSSI sudah melayangkan panggilan untuk 40 pemain dari berbagai daerah dan sejumlah klub guna mengikuti seleksi. Proses seleksi pemain akan dipimpin oleh pelatih Satia Bagdja Ijatna.

Pelatih Satia Ijatna dan PSSI sudah memilih Lapangan Sawangan sebagai lokasi seleksi yang berlangsung selama satu bulan penuh. Satia dibantu asisten pelatih Alex dan pelatih kiper Beny Van Breukelen.

“Hari ini kami kirimkan surat pemanggilan kepada mereka. Pemain-pemain ini berasal dari turnamen Women’s Football Road To Asian Games Piala Pertiwi yang dilaksanakan PSSI di Palembang bulan Desember 2017 lalu. Selain itu, ada juga dari pengamatan tim pelatih,” ujar manajer Timnas Wanita Indonesia, Papat Yunisal, dalam keterangan tertulis PSSI, Kamis (1/3/2018).

Papat Yunisial melanjutkan setelah proses pengerucutan pemain ini berakhir, barulah pelatihan nasional (pelatnas) akan digelar.

“Seleksi dilakukan terlebih dahulu sebelum memasuki program pemusatan latihan. Proses seleksi sekitar satu bulan di Sawangan dan pelatih sudah punya program hingga Piala AFF dan Asian Games mendatang. Nantinya dalam setiap TC kami agenda ujicoba,” beber anggota Komite Eksekutif (Exco) PSSI itu.

Nama-nama pemain yang dipanggil untuk menjalani seleksi Srikandi Garuda yaitu ;

Kiper : 1. Riska Yulianti (Babel), 2. Norvince Boma (Papua), 3. Vera Lestari (DIY), dan 4. Debi Puspita, Sumsel.

Belakang : 6. Sherly Eka, Babel, 7. Novia Jigibalon, Papua, 8. Dopimina Kogoya, Papua, 9. Nurlaili Khomariyah, Sumsel, 10. Arynda C Rahmawatie, Sumsel. 11. Een Sumarni, Jabar, 12. Ela Wati, Kalbar, 13. Prihatini, Banten, 14. Iyya Lovista, Banten, 15. Sri Devi CB, Jakarta 69.

Tengah : 16. Ade Mustika, Babel, 17. Rani Mulyasari, Babel, 18. Rulin Aspalek, Papua, 19. Regina Wonda, Papua, 20. Dwi Aprilia, DIY, 21. Jesica Virginia, Sulsel, 22. Dhanielle Daphne, Jabar, 23. Susi Susanti, Kalbar, 24. Mepi Pia, Kalbar, 25. Carlo Bio Pattinasarani, Banten
26. Mitha Nurfajriana, Sulsel, 27. Risqiyanti, Jateng, 28. I Dewa Ayu Ratnasari, Bali.

Depan : 29. Vivi Oktavia Riski, Babel, 30. Yudith Herlina, Papua, 31. Feibe Pekey, Papua. 32. Riski Amalia Putri, Sumsel, 33. Risna Delila Putri, Jabar. 34. Ria Ristiani, Jabar, 35. Tugiyati, Kalbar, 36. Syenida Meryfandia, Kalbar, 37. Ayu Risky, Persab Brebes, 38. Jasmine Martina, Pro Direct Academy, 39. Zahra Musdalifah, Banten, 40. Rahma Wulan Aprilita, Jaya Kencana Angel.

PSSI menargetkan Timnas Wanita Indonesia berhasil menembus 10 besar Asian Games. Sementara pada Piala AFF Wanita, PSSI menargetkan babak semifinal. Sepak bola wanita saat ini juga menjadi perhatian dan fokus bagi Federasi sepak bola Indonesia ini. (waa)

Empat Janji Liu He Disemprotkan untuk Memadamkan Api Konflik Dagang Amerika Tiongkok

0

EpochTimesId – Politisi Partai komunis Tiongkok, Liu He, yang tergabung dalam wadah pemikir Xi Jinping yang membidangi ekonomi dan keuangan Tiongkok sudah berada di AS untuk memulai kunjungan lima harinya. Dunia luar menganggap tugas utamanya dalam perjalanan ini adalah demi meredakan ketegangan perdagangan yang terjadi antara Tiongkok dengan Amerika Serikat.

Namun para ilmuwan percaya bahwa kunjungan pertemuan Liu He dengan pihak berwenang AS dapat dipastikan tidak akan berhasil menjembatani perbedaan mendasar yang ada di kedua belah pihak. Terutama jika struktur perdagangan antar kedua negara itu tidak diubah.

“Saya pikir kedatangan Liu He ke Amerika Serikat kali ini untuk untuk menemukan solusi atas perselisihan perdagangan dan gesekan perdagangan antara Tiongkok dengan Amerika Serikat,” ujar pengamat perdagangan Amerika Tiongkok, Frank Tian Xie.

Sejak awal tahun ini, Departemen Perdagangan AS telah memprakarsai empat investigasi ‘double-reverse’ mengenai ‘anti-dumping dan anti-subsidi’ untuk produk-produk Tiongkok. Penyelidikan itu terkait dengan produk impor fotovoltaik, pipa las dengan diameter besar, produk baja dan aluminium.

“(Mungkin) Penambahan pajak yang dikenakan bisa dari puluhan sampai ratusan persen. konflik sekarang sudah berkembang ke tahap lebih serius dan momentumnya pun sedang memburuk,” sambung Frank Tian Xie.

Pada hari ketika Liu He meninggalkan Beijing, Kementrian Perdagangan langsung mengumumkan tentang keputusan untuk menghentikan pengenaan pajak tambahan atas daging ayam bulu putih yang diimpor dari AS. Kebijakan tersebut diberlakukan 3 tahun lebih cepat dari jadwal sebelumnya.

Hal ini dianggap sebagai isyarat niat baik yang ditunjukkan oleh Beijing kepada Washington.

Namun, para ilmuwan percaya bahwa ‘mata Amerika Serikat’ melihat adanya ketidakberesan dalam struktur perdagangan antar kedua negara. Karena itu Washington mungkin akan menolak ‘obat instan penghilang rasa sakit’ yang ditawarkan Beijing.

“Defisit perdagangan yang besar antara Tiongkok dengan Amerika Serikat disebabkan oleh sejumlah penyebab struktural. Misalnya, pemerintah Tiongkok mengendalikan nilai tukar, memberikan subsidi kepada industri berproduk ekspor, dan beberapa industri unggulan Tiongkok yang dimonopoli oleh modal milik negara,” ujar Wen Zhao, seorang pengamat lainnya.

“Dengan mengabaikan perubahan struktural, maka penurunan angka defisit hanya bersifat sementara tetapi tidak dapat mencapai tujuan sebenarnya dari pemerintahan Trump,” sambung Wen Zhao.

Zhao menambahkan bahwa apa yang Trump harapakan adalah mengubah struktur perdagangan secara keseluruhan.

“Sesuatu yang memungkinkan barang-barang buatan AS dapat memasuki pasar internasional. Memiliki daya saing yang sama dengan barang-barang buatan Tiongkok. Dengan begitu industri manufaktur AS dapat bangkit kembali,” jelas Zhao.

Selama berlangsungnya Forum Ekonomi Global di Davos bulan Januari lalu, Liu He pernah mengucapkan bahwa reformasi menyeluruh akan digalakkan dalam negeri Tiongkok pada tahun ini. Keempat bidang yang akan memperoleh prioritas reformasi adalah membuka industri keuangan, membuka industri jasa dan manufaktur, melindungi hak kepemilikan (hak kekayaan intelektual), dan memperluas impor.

Frank Tian Xie kembali menimpali, bahwa bila apa yang diucapkan itu dapat terealisir, dia pikir perdagangan antar kedua negara tersebut akan berjalan normal. Karena hal itu lah yang dipermasalahkan oleh pemerintahan Trump.

Frank percaya bahwa mungkin saja Liu He mencoba untuk meyakinkan Washington tentang niat baik Beijing yang akan memenuhi janjinya secara bertahap. Dia akan meminta Amerika Serikat untuk memberikan kelonggaran tekanan. Tapi analis tidak optimis dengan usulan Beijing tersebut.

“Ambil contoh jika membuka kran impor barang Amerika Serikat. Bukannya masyarakat Tiongkok tidak menyukai produk Amerika, tetapi kualitas dan harga produk Amerika memiliki keunggulan dalam persaingan?”

“Jadi jika liberalisasi dilakukan, maka jumlah barang impor AS akan meningkat dan surplus perdagangan Tiongkok menurun. Cadangan devisa juga akan berkurang dan lama-lama habis terpakai. Ini mungkin yang ditakuti oleh otoritas Beijing, bahkan yang dihindari. Karena sebenarnya pundi besar yang telah dikuasai pemerintah ini adalah hasil dari mengeruk kekayaan rakyat. Apakah pemerintah rela melepas kekayaan yang sudah dalam genggaman tangan?” tanya Frank.

Orientasi pada pasar menguntungkan masyarakat Tiongkok, tetapi mengancam kepentingan pemerintah serta kelompok-kelompok elit. Sejak masuk Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) tahun 2001, pemerintah Tiongkok terus berjanji untuk membuka pasar. Namun rezim penguasa belum benar-benar menerapkannya.

“Saya lebih optimis bahwa perdagangan Tiongkok dengan Amerika akan benar-benar adil hanya jika Partai komunis Tiongkok dibubarkan. Kemudian, Tiongkok beralih menjadi negara demokrasi. Jika PKT tidak dibubarkan, maka Tiongkok masih akan terus berjalan terseok-seok,” tutupnya.

Para pakar ekonomi berpendapat bahwa pemerintah Trump telah menarik pelajaran dari pemerintahan sebelumnya. Hanya jika Beijing bisa langsung merealisasikan apa yang mereka ucapkan, maka barulah konflik perdagangan bisa dihindari.(Lin Lan/NTDTV/SInatra/waa)

Departemen Perdagangan AS Kenakan Bea Anti Dumping untuk Perusahaan Tiongkok

0

WASHINGTON – Departemen Perdagangan AS mengatakan pada 27 Februari telah membuat keputusan akhir bahwa impor aluminium foil dari Tiongkok dijual di Amerika Serikat kurang dari nilai wajarnya dan produsen-produsen Tiongkok mendapatkan keuntungan dari subsidi dari Beijing.

Dikatakan dalam sebuah pernyataan bahwa bea-bea anti dumping dan pungutan tambahan terhadap produk impor karena melakukan pelanggaran (countervailing duties) akan dikenakan pada sejumlah perusahaan Tiongkok, dengan margin dumping berkisar antara 48,64 persen sampai 106,09 persen dan tingkat anti subsidi sebesar 17,14 persen sampai 80,97 persen.

“Pemerintahan ini berkomitmen untuk perdagangan yang adil dan timbal balik, dan kita tidak akan membiarkan para pekerja Amerika dan bisnis-bisnis dirugikan oleh impor yang tidak adil,” kata Sekretaris Perdagangan Wilbur Ross dalam pernyataan tersebut.

Rezim Tiongkok telah menyatakan “ketidakpuasan yang kuat” dengan langkah tersebut dan berencana untuk mengambil tindakan untuk melindungi kepentingannya, menurut sebuah pernyataan oleh Kementerian Perdagangan Tiongkok.

Bea-bea tersebut, yang akan berlaku selama lima tahun, masih bergantung pada penyelidikan atas kerugian para produsen AS oleh International Trade Commission (ITC), yang akan mengumumkan keputusannya pada 15 Maret.

Di tengah gesekan perdagangan yang meningkat dengan Tiongkok, Presiden AS Donald Trump akan segera memutuskan apakah akan mengenakan bea-bea yang lebih luas mengenai impor baja dan aluminium berdasarkan penyelidikan keamanan nasional.

Tiga pembantu ekonomi utama Trump diharapkan bertemu dengan penasihat ekonomi pemimpin Tiongkok Xi Jinping, Liu He, minggu ini. Kementerian Luar Negeri Tiongkok mengatakan pada 26 Februari bahwa Liu akan membahas “hubungan Tiongkok-AS serta kerjasama ekonomi dan perdagangan kedua negara tersebut.”

Departemen Perdagangan mengatakan kasus foil tersebut, industri aluminium AS pertama yang telah terpaksa berlawanan dengan sektor aluminium Tiongkok, tidak akan memiliki kaitan dengan laporan “Bagian 232” mengenai aluminium yang sedang dipertimbangkan oleh Trump.

Pada tahun 2016, impor-impor aluminium foil dari Tiongkok dinilai sekitar $389 juta, data Departemen Perdagangan menunjukkan.

Produsen Foil

Bulan lalu, sebuah kelompok produsen aluminium foil AS mengatakan kepada ITC bahwa industri mereka telah hancur oleh impor-impor Tiongkok dan membutuhkan bea-bea anti dumping untuk bertahan dan berinvestasi.

“Asosiasi Aluminium dan para anggota produsen foil sangat senang dengan keputusan akhir Departemen Perdagangan,” kata presiden asosiasi tersebut, Heidi Brock, dalam pernyataannya.

“Para produsen aluminium foil  AS termasuk produsen paling kompetitif di dunia, namun mereka tidak dapat bersaing dengan produk yang dijual dengan harga yang tidak adil dan disubsidi oleh Pemerintah Tiongkok,” kata Brock.

Departemen Perdagangan mengatakan margin anti dumping akan ditetapkan sebesar 48,64 persen untuk Jiangsu Zhongji Lamination Materials Stock Co; pada 106,09 persen untuk Hangzhou Dingsheng impor & ekspor Co dan perusahaan terkait; 89,54 persen untuk 14 perusahaan lainnya; dan 106,09 persen untuk sisa produsen di Tiongkok.

Margin bea pungutan tambahan terhadap produk akan menjadi 17,14 persen untuk Jiangsu Zhongji; 19,98 persen untuk Dingsheng; 80,97 persen untuk Loften Aluminium (Hong Kong), Manakin Industries, dan Suzhou Manakin Aluminum Processing Technology Co. dan 18,56 persen untuk semua produsen lain di Tiongkok, katanya. (ran)

ErabaruNews

Tabrakan Kereta Api di Mesir Menewaskan 15 orang dan 40 Korban Cedera

Epochtimes.id- Kementerian Perhubungan Mesir mengumumkan korban tewas akibat tabrakan antara sebuah kereta kargo dan penumpang di Beheira, Mesir menjadi 15 orang dan 40 terluka.

Melansir dari egyptindependent.com, sebuah kereta penumpang bertabrakan dengan kereta kargo di Beheira pada Rabu (28/02/2018) sore waktu setempat.

Otoritas Kereta Api menjelaskan penyebab kecelakaan tersebut dikarenakan roda kereta penumpang keluar jalur dari gerbong ketiga dan menabrak kereta kargo.

Otorita setempat mengatakan berhasil mengevakuasi gerbong yang tergelincir dengan menggunakan mesin khusus

Pejabat Kereta Api, Sayyed Salem menuju ke lokasi kejadian disertai pejabat Otoritas lainnya.

Pejabat setempat menambahkan 30 ambulans dikirim ke tempat kejadian untuk mengevakuasi orang-orang yang terluka ke rumah sakit.

Kecelakaan Kereta Api pernah terjadi sebelumnya di Mesir yang menyebabkan terjadinya korban tewas.

Pada November 2013, 27 orang tewas saat kereta tabrakan dengan bus di dekat Kairo.

Bahkan pada 2012 sebelumnya, 47 orang tewas akibat sebuah bus sekolah ditabrak kereta api.

Kejadian tercatat paling parah pada 2002 hingga menyebabkan 373 orang tewas setelah kereta terbakar di dekat Kairo. (asr)

Amazon Bayar Pajak Nol Dolar Walau Menghasilkan Lima Miliar Lebih

0

EpochTimesId – Amazon tidak membayar pajak atas penghasilan 5,6 miliar dolar AS tahun lalu, seperti dikutip dari The Epoch Times, Kamis (1/3/2018).

Menurut Institut Perpajakan dan Kebijakan Ekonomi (ITEP), Amazon tidak akan membayar pajak untuk tahun 2017 karena kredit pajak, potongan pajak, dan opsi saham eksekutif. Laporan ITEP mengatakan kondisi ini akan melanjutkan tren bahwa Amazon hampir tidak membayar pajak selama lima tahun terakhir.

Seperti dikutip dari artikel Splinter, lokasi kantor pusat global Amazon membantu perusahaan menghindari pajak. Kendali operasional global Amazon dijalankan dari Luksemburg. Uni Eropa telah menuduh negara tersebut memberikan keringanan pajak Amazon kepada orang-orang ilegal.

Splinter mengatakan bahwa sejak awal, strategi Jeff Bezos dengan membangun Amazon adalah untuk menghindari pajak. Artikel tersebut mengutip tujuan asli Bezos untuk membangun markas Amazon AS di ‘reservasi native’ demi keringanan pajak.

Sementara San Francisco pada saat itu menolak usaha Amazon untuk melakukannya. Walau demikian, kota-kota lain sekarang berlomba menawarkan potongan pajak kepada Amazon, demi dipilih sebagai lokasi markas kedua Amazon di Amerika Serikat. Amazon belum mengumumkan pilihannya karena masih mempertimbangkan opsi yang paling menguntungkan.

Artikel Splinter mengutip pendapatan global Amazon menghasilkan pengurangan pajak yang signifikan. Pengurangan pajak juga diperoleh dengan cara ekspansi konstan yang menghasilkan kondisi kerja yang buruk di fasilitas Amazon dan upah rendah, serta kebijakan kegiatan amal oleh Bezos.

Presiden Trump telah mengungkapkan keprihatinannya di masa lalu tentang praktik bisnis Amazon yang telah berdampak negatif pada pesaing yang lebih kecil. Dia juga menuduh Washington Post milik Bezos digunakan untuk memperburuk situasi. Dia menuduh Amazon menyakiti iklim bisnis bahkan sebelum dia menjadi presiden.

Presiden Donald Trump menandatangani RUU Pemungutan Pajak dan Reformasi di Kantor Oval, Gedung Putih, Washington, pada 22 Desember 2017. (BRENDAN SMIALOWSKI/AFP/Getty Images/The Epoch Times)

“Amazon melakukan kerusakan besar pada pengecer yang membayar pajak. Kota, provinsi dan negara bagian di seluruh AS sedang terluka, banyak pekerjaan hilang!” Tulis Trump dalam tweet tahun lalu.

“The @washingtonpost, yang kehilangan banyak uang, dimiliki oleh @JeffBezos untuk tujuan menyimpan pajak di perusahaan nirlabanya, @amazon,” tulis twit Trump pada 2015.

Bezos menanggapi melalui Twitter dengan mengatakan bahwa dia masih akan mencadangkannya pada roket Blue Origin. Kicauannya duakhiri dengan hashtag #sendDonaldtospace. Blue Origin adalah perusahaan kedirgantaraan milik Bezos.

Terlepas dari perseteruan dengan Trump, Amazon tetap mendapat keuntungan dari undang-undang pajak baru yang disahkan oleh pemerintahan Trump. Amazon mengharapkan untuk menerima keringanan pajak hingga 789 juta dolar tahun ini karena pemotongan tersebut, menurut Splinter.

Jeff Bezos saat ini menduduki peringkat sebagai orang terkaya di dunia, menurut sebuah daftar Bloomberg. Tepat di belakangnya ada Bill Gates, Warren Buffet, dan Mark Zuckerberg. (NTD.tv/waa)

Orang Uighur Tiongkok yang Lolos ke Luar Negeri Menjadi Target Mata-mata Tiongkok

0

Sebuah laporan mengatakan bahwa orang Uighur, etnis Muslim di wilayah Xinjiang Tiongkok yang berada di antara kelompok minoritas Tiongkok yang paling banyak dianiaya, sedang berada dalam pengawasan oleh dinas intelijen rezim Tiongkok bahkan setelah mereka melarikan diri dari Tiongkok dan mencari suaka di luar negeri. Laporan tersebut muncul pada saat Amerika Serikat dan negara-negara lain semakin waspada terhadap upaya rezim Tiongkok yang ingin memperluas pengaruh dan kendali otoriternya  di seluruh dunia.

Rezim Tiongkok telah dengan cepat meningkatkan penganiayaan terhadap orang-orang Uighur di Xinjiang dalam beberapa tahun terakhir, menurut para pengamat berbagai hak asasi manusia dan laporan-laporan, seperti Laporan Kebebasan Beragama Internasional Departemen Luar Negeri AS yang diterbitkan tahun lalu.

Apa yang belum sering dibahas, bagaimanapun, adalah kenyataan bahwa rezim Tiongkok juga telah menggunakan jaringan-jaringan intelijennya yang luas yang dikerahkan ke seluruh dunia untuk memata-matai dan menganiaya Uighur lebih jauh yang telah melarikan diri ke luar negeri.

“Spionase terhadap komunitas Uighur di luar negeri merupakan prioritas bagi layanan keamanan Tiongkok,” menurut sebuah laporan yang diterbitkan oleh organisasi Uyghur Human Rights Project (UHRP) yang berbasis di AS. “Ada beberapa kasus spionase yang signifikan terhadap komunitas Uighur tersebut di Eropa, namun komunitas-komunitas di Amerika Utara dan Australia juga menjadi sasaran upaya Tiongkok untuk merekrutnya sebagai informan.”

Laporan tersebut, yang berjudul “The Fifth Poison: the Harassment of Uyghurs Overseas” (Racun Kelima: Pelecehan Uighur Luar Negeri) telah diterbitkan pada bulan November 2017 dan dipresentasikan pada 26 Februari dalam sebuah acara yang membahas masalah hak asasi manusia Uighur yang diadakan di gedung Cannon House Office Building pada Kongres AS tersebut.

Nicole Morgret, koordinator proyek UHRP yang memperkenalkan laporan tersebut pada hari Senin, mengatakan bahwa Kementerian Keamanan Negara (MSS), agen-agen mata-mata rezim Tiongkok, dan dalam beberapa kasus Kementerian Luar Negeri (MFA), telah didokumentasikan sebagai penyelenggara kegiatan-kegiatan melawan orang Uighur yang diasingkan di berbagai belahan dunia mulai dari Mesir dan Turki sampai negara-negara Barat seperti Jerman, Swedia, Kanada, dan Australia.

“Upaya pemerintah Tiongkok untuk memata-matai para pembangkang seharusnya tidak diizinkan  karena tidak relevan dengan keamanan nasional,” kata laporan tersebut. “Pemantauan semacam ini dimaksudkan tidak hanya untuk mengumpulkan informasi tentang orang Uighur dan kelompok pembangkang lainnya, tetapi juga untuk mengintimidasi mereka agar tidak menggunakan hak mereka untuk berkumpul dan berbicara bahkan di negara-negara Barat.”

Menurut Morgret, mata-mata rezim Tiongkok terhadap orang Uighur di Amerika Serikat lebih banyak berada di bawah meja dibandingkan dengan upayanya di negara lain. Namun, masih ada kasus terdokumentasi tentang pejabat intelijen Tiongkok yang melakukan ancaman jauh terhadap warga Uighur di tanah AS, terutama pada bulan Mei 2017 ketika siswa Uighur di berbagai negara termasuk Amerika Serikat menerima “perintah” untuk kembali ke Tiongkok di bawah ancaman bahwa orang tua mereka dan saudara kandung akan dianiaya jika mereka menolak untuk mematuhi.

“Pelecehan terhadap warga Uighur di luar negeri merupakan taktik lama pemerintah Tiongkok untuk mencegah aktivitas politik di antara mereka dan untuk memantau siapa saja yang mungkin cenderung aktif secara politik,” kata laporan tersebut.

Selama sidang kongres di awal Februari, Direktur FBI Christopher Wray mengatakan bahwa rezim Tiongkok memanipulasi mata-mata nontradisional (baru dan berbeda dari kebiasaan) di bidang akademis, seperti para profesor, ilmuwan, dan mahasiswa, untuk menghimpun intelijen. Sementara Wray tidak memerinci apakah intelijen semacam itu termasuk mata-mata untuk para pembangkang Tiongkok seperti orang-orang Uighur, dia menekankan bahwa usaha-usaha rezim tersebut merentang “pada dasarnya setiap disiplin.”

Radio Free Asia baru-baru ini melaporkan bahwa seorang siswa Uighur yang belajar di Virginia ditantang oleh teman sekelas Han Tiongkok yang mengancam untuk melapor ke kedutaan besar Tiongkok karena menyuarakan pandangan “separatis”. Dosen dalam kasus ini mendukung siswa Uighur dan mendorongnya untuk melaporkan pelecehan tersebut ke pihak berwenang AS, seperti FBI, dan pada saat mana siswa Tiongkok tersebut dengan cepat mundur. (ran)

Rekomendasi video:

https://www.youtube.com/watch?v=0x2fRjqhmTA&t=27s

ErabaruNews

Harian Bernas Yogyakarta Tutup Usia Setelah Terbit Selama 71 Tahun

0

Epochtimes.id-  Harian cetak Bernas berkantor di Jalan Ring Road Utara 7A Caturtunggal, Depok, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta kini berhenti terbit.

Koran ini didirikan oleh menteri penerangan pertama Indonesia, Soemanang, pada 15 November 1946.

Artinya tepat pada 1 Maret 2018 merupakan hari tak ada lagi untuk bacaan Koran yang beranjak di usia 72 tahun pada November mendatang .

“Dengan sangat berat kami memutuskan untuk berhenti terbit terhitung mulai 1 Maret 2018. Hal ini kami lakukan karena di satu sisi biaya produksi terus meningkat, sementara di sisi lain jumlah pembaca dan pendapatan iklan stagnan bahkan cenderung menurun,” kata Direktur Utama PT Media Bernas Jogja, Putu Putrayasa yang menerbitkan Harian Bernas kepada para keryawan PT Media Bernas Jogja.

Edisi terakhir Bernas (Istimewa)

Pengumuman serupa ikut disampaikan pada laman Koran tersebut. Media yang terbit selama tiga zaman ini menyatakan mulai beralih ke versi digital.

“Mulai hari rabu, 1 maret 2018 dan seterusnya, Harian BERNAS tidak terbit. Harian BERNAS akan terbit kembali dalam format baru yang disesuaikan dengan era digital pada waktunya nanti. Untuk sementara pelanggan setia Harian BERNAS dapat mengakses berita-berita terbaru di www.bernas.id,” demikian tercantum di harian cetak edisi terakhir 28 Februari 2018.

“Sedangkan www.bernas.id relasi komersial Harian BERNAS dapat memanfaatkan www.bernas.id sebagaimana halnya dengan Harian BERNAS. Mohon maaf atas ketidaknyamanannya. Redaksi,” tutup pengumuman tersebut.

Mantan wartawan Bernas yang dibesarkan di Harian Bernas selama 19 tahun Ahmad Suroso mengatakan sedih atas berhentinya penerbitan Koran ini.

BERNAS TUTUP tergerus era digital Setelah 72 tahun terbit melayani pembaca cetak, harian BERNAS Yogyakarta tutup. dibawah ini adalah edisi terakhir Bernas 28 Februari 2018. Manajemen mengumumkan per 1 Maret koran Bernas berhenti terbit. “Dengan sangat berat kami memutuskan untuk berhenti terbit terhitung mulai 1 Maret 2018. Hal ini kami lakukan karena di satu sisi biaya produksi terus meningkat, sementara di sisi lain jumlah pembaca dan pendapatan iklan stagnan bahkan cenderung menurun,” kata Direktur Utama PT Media Bernas Jogja, Putu Putrayasa yang menerbitkan Harian Bernas kepada para keryawan PT Media Bernas Jogja. Dua bulan lalu, tepatnya 31 Desember 2017 harian Joglosemar yang bbrp kru redaksinya mantan wartawan Bernas juga tutup setelah 10 tahun terbit di Kota Solo. Koran ini bbrp tahun lalu sempat akan merger dg Tribun. Bahkan sempat ada pelatihan hampir sebulan ttg produk knowledge Tribun. Namun batal krn dlm perjalanan ada ketidakcocokan antara manajemen lokal dg Tribun. Sbg wartawan yg pernah ikut dibesarkan Bernas selama 19 th (maret 1984-maret 2003) saya ikut sedih. Koran yg pernah merger dg Kompas Gramedia sejak 1990 hingga 2005 itu telah melahirkan wartawan2 handal yg kini telah menjadi pimpinan di berbagai media platform cetak online maupun televisi dan radio. Saya amati bbrp koran yang tak bisa bertahan terbit, karena awalnya menganggap remeh media online. Mrk berpikir koran tak akan mati. Tp mrk tidak brsh bertahan dg melakukan Konvergensi digital, melakukan bukan sekadar bertransformasi tp akselerasi ke online. Mengubah mindset wartawannya dari print based reporting ke online based reporting. Pada saat bersamaan terus melakukan inovasi pada konten dan perwajahan edisi print. Wallahu alam #edismawasdiri #senjakalaprint

A post shared by rozzo (@roso_tribun) on

“Sebagai wartawan yang pernah ikut dibesarkan Bernas selama 19 th (maret 1984-maret 2003) saya ikut sedih,” tulis pria yang disapa mbah Roso di akun instagramnya roso_tribun.

“Koran yang pernah merger dengan Kompas Gramedia sejak 1990 hingga 2005 itu telah melahirkan wartawan-wartawan handal yang kini telah menjadi pimpinan di berbagai media platform cetak online maupun televisi dan radio,” tambahnya.  (asr)

Perusahaan Tiongkok Bantu Korut Angkut Bahan Senjata Kimia ke Suriah

0

EpochTimesId – Sebuah laporan rahasia PBB mengungkap bahwa perusahaan Tiongkok membantu Korea Utara mengangkut bahan baku untuk pembuatan senjata kimia ke Suriah. The Wall Street Journal yang mengutip laporan rahasia PBB menyebutkan bahwa peristiwa itu terjadi pada akhir tahun 2016 dan awal tahun 2017.

Dalam laporan PBB terungkap, sebuah perusahaan dagang Tiongkok membantu Korea Utara mengangkut total lima paket (50 ton) bahan kimia. Bahan kimia tersebut termasuk keramik penahan suhu tinggi dan asam, tabung stainless steel, valve dan bahan baku lainnya.

Laporan juga mengatakan bahwa bahan-bahan tersebut merupakan materi yang dibutuhkan untuk membangun pabrik senjata kimia. Hal ini membuktikan bahwa pemerintah Presiden Suriah Bashar al-Assad mengeluarkan dana untuk meminta bantuan Korea Utara memproduksi senjata kimia.

Para ahli memperkirakan bahwa materi yang disebutkan PBB dalam laporan tersebut hanyalah sebagian dari transaksi penjualan senjata Korea Utara ke Suriah dan Iran. Ekspor senjata Pyongyang dapat menghasilkan pendapatan hingga miliaran dolar AS per tahun.

Asap mengepul menyusul pemboman pemerintah Suriah di Kafr Batna, di wilayah Ghouta Timur yang dikepung di pinggiran ibukota Damaskus pada 22 Februari 2018. (Amer Almohibany / AFP / Getty Images via The Epochtimes)

Pejabat AS baru-baru ini memperingatkan rezim Assad Suriah bahwa Amerika Serikat akan mengambil tindakan militer jika senjata kimia digunakan untuk warga sipil. Masyarakat Medis Amerika Syria (Syrian American Medical Society) menyebutkan bahwa rezim Assad telah menggunakan senjata kimia untuk menyerang warga sipil, setidaknya sebanyak tiga kali.

Pemerintah Trump pada hari Jumat lalu memberlakukan sanksi paling keras kepada Korea Utara. Trump memasukkan hampir 60 badan dan pribadi yang memberikan bantuan kepada Korea Utara ke dalam daftar hitam. Diantara daftar itu terdapat seorang warga Taiwan dan sebuah badan usaha Tiongkok.

Pejabat AS mengatakan bahwa jika sanksi tidak dapat memaksa Kim Jong-un meninggalkan senjata nuklir, maka tidak menutup kemungkinan akan dilakukan tindakan militer.

Wall Street Journal melaporkan, laporan rahasia PBB mengutip intelijen dari beberapa negara anggota bahwa “Pusat Studi dan Penelitian Ilmiah Suriah” (Scientific Studies and Research Center/SSRC) yang didukung pemerintah Assad merupakan lembaga yang bertanggung jawab atas pengembangan senjata kimia dan senjata pemusnah massal lainnya.

Lembaga tersebut melalui serangkaian perusahaan bayaran membeli bahan-bahan yang dibutuhkan untuk membuat senjata kimia dari Perusahaan Eksplorasi dan Perdagangan Hasil Tambang Korea Utara.

Departemen Keuangan AS mengatakan, salah satu perusahaan bayaran pernah membantu SSRC membeli propelan rudal dan roket yang dibutuhkan dalam pengembangan program rudal SCUD Suriah.

akibat senjata kimia pada kesehatan
Video tersebut menunjukkan sebuah granat yang melepaskan gas saraf yang mematikan ke udara.

Laporan menyebutkan, otoritas Beijing mengatakan kepada penyidik PBB bahwa tidak ada bukti perusahaan Tiongkok membantu pedagang senjata utama Korea Utara untuk melakukan bisnis. Tapi, mereka tidak menyangkal penjualan pasokan ke Suriah sebagaimana yang disebutkan dalam laporan tersebut.

Beijing mengatakan bahwa jika penyidik Perserikatan Bangsa-Bangsa dapat menyediakan bukti lebih banyak, mereka akan membantu menyelidiki tuduhan tersebut.

Larry Niksch, mantan pakar urusan Asia di Congressional Research Service AS memperkirakan bahwa dalam 10 tahun terakhir Korea Utara melakukan kerjasama dengan Iran dalam bidang teknologi nuklir dan rudal. Mereka juga bekerjasama melakukan penjualan senjata kepada kelompok teroris pro Teheran. Aktivitas itu setiap tahunnya menghasilan tidak kurang dari 2 hingga 3 miliar dollar AS.

Dalam laporan rahasia PBB juga disebutkan bahwa petugas penyidik PBB telah mengkonfirmasi bahwa 40 paket bahan baku untuk memproduksi senjata dan untuk mengembangkan senjata terlarang telah dikirim dari Korea Utara ke Suriah. Pengangkutan terakhir terjadi beberapa minggu lalu.

Menurut informasi yang diperoleh PBB, teknisi Korea Utara mengunjungi Suriah dalam beberapa kesempatan selama dua tahun terakhir. Mereka memiliki keahlian dalam bidang pengembangan senjata kimia dan teknologi rudal balistik.

Pada bulan Agustus 2016, Korea Utara mengirim sebuah misi teknis ke Suriah untuk membahas pengadaan valve dan termometer khusus untuk proyek-proyek senjata kimia.

Dalam 2 tahun terakhir, sejumlah teknisi ahli Korea Utara acap kali kedapatan berada di Sudan, Mozambik, Uganda dan Myanmar. Mereka adalah para teknisi radar jarak jauh, rudal, tank dan berbagai peralatan militer lainnya. (Wu Ying/ET/Sinatra/waa)

Seorang Pria di Australia Salahkan Laba-Laba Atas Kematian Bayi Pacarnya

0

EpochTimesId – Seorang pria di Melbourne, Australia dituduh membunuh bayi pacarnya. Dia diduga menakut-nakuti sang Bayi dengan seekor laba-laba, hingga menyebabkan kematian bayi laki-laki berusia 6 bulan itu.

Seperti dikutip The Epoch Times dari 9news, Dwayne Lindsey kini sedang diadili di Mahkamah Agung Victoria. Dia didakwa membunuh bayi Chayse Dearing pada bulan Juni 2016. Dugaan pembunuhan itu dilakukan hanya beberapa hari setelah dia melamar sang Ibu anak tersebut, Michelle Dearing.

Dearing dikabarkan meninggalkan bayi bayinya bersama sang pacar. Dia harus meninggalkan bayinya karena pergi berbelanja.

Michelle Dearing (L) dan Chayse Dearing. (Photo : Facebook)

Menurut The West Australian, Chayse menderita luka parah pada otak dan sumsum tulang belakangnya. Bayi itu juga memiliki bekas luka di lehernya.

Selain itu, dia juga mengalami luka memar dan lecet pada selangkangannya. Bahkan, bayi malang itu juga dilaporkan mengalami pendarahan retina. Bayi tersebut meninggal di rumah sakit dua hari kemudian.

Lindsey mengaku tertidur, ketika bayi itu di berbaring di dadanya. Dia kemudian tersentak, terbangun kaget karena mengira seekor laba-laba merangkak di tubuhnya. Dia mengatakan bahwa saat dia melompat, bayi itu terlempar dan terbentur ke pemanas ruangan.

Dia mengaku tidak bersalah.

Dwayne Lindsey diadili atas tuntutan pembunuhan bayi perempuannya berumur 6 bulan. (Photo : Kepolisian Victoria)

Tapi jaksa penuntut umum, Nicholas Papas membantah kesaksian Lindsey, dengan mengatakan bahwa catatan medis tidak sesuai dengan penjelasan Lindsey tentang apa yang terjadi. Papas mengatakan tidak mungkin sebuah kecelakaan menyebabkan trauma kepala yang ditemukan sebagai penyebab kematian balita.

Jaksa menuduh bahwa Lindsey memang bermaksud menyakiti Chayse.

Sementara, pengacaranya mengatakan kepada juri bahwa kliennya mungkin telah menggoncang bayi itu. Namun kliennya tidak bermaksud menyakiti anak pacarnya.

Juri mendengar kesaksian pada hari Senin, 26 Februari 2018, bahwa Lindsey, Dearing, dan dua wanita lainnya mengisap narkoba jenis methamphetamine beberapa jam sebelum kejadian tersebut.
Pada sekitar pukul 4 dinihari, ketiga wanita tersebut pergi ke Kmart 24 jam sementara Chayse ditinggal bersama Lindsey, yang oleh Dearing sering diminta menjaga anak tersebut.

Ketika Dearing meninggalkan anaknya, dia berkata bahwa dia merasa tenang. Tapi pada pukul 8:20 pagi, dia mengatakan bahwa dia menerima telepon dari Lindsey bahwa ada sesuatu yang salah dengan Chayse, bahwa dia tidak bernafas.

Anak itu juga disebut mengalami pendarahan yang keluar dari hidungnya. Menurut Dearing, Lindsey terdengar kesal dan menangis.

“Dia tidak mengatakan apa yang salah, dia tidak mengatakan apapun. Dia hanya terus berkata, ‘Cepatlah, cepatlah’ (datang),” tutur Dearing.

Jaksa menggambarkan kejadian itu saat sang Ibu kembali. “Terjadi adegan emosional dan kacau saat Dearing dan dua wanita lainnya kembali. Dia shok dan langsung kolaps dan roboh,” kata Papas dalam persidangan.

Jaksa juga mengklaim, Lindsey sempat mengatakan kepada seorang saksi bahwa dia sebenarnya telah memukul dan menendang bayi tersebut.

Namun, Pengacara Scott Johns kembali mengatakan bahwa Lindsey tidak berniat membunuh anak tersebut.

“Apa pun pendapat Anda tentang Dwayne Lindsey, dia bukan pembunuh. Tidak ada tindakannya yang datang dari niat untuk menimbulkan bahaya sama sekali,” ujar Johns di pengadilan.

Persidangan terhadap Lindsey masih berlanjut dan diperkirakan akan berlangsung selama seminggu. (Tom Ozimek/The Epoch Times/waa)

Analisis Berita: Mengapa Tiongkok Cemas Mengirim Diplomat ke AS

0

Tiongkok sangat ingin memperbaiki hubungannya dengan Amerika Serikat.

Dalam sebulan, Beijing telah mengirim dua pejabat tingkat tinggi untuk melakukan kunjungan diplomatik ke AS untuk membicarakan perdagangan dan menebus kesalahannya.

Pada 8 Februari, Anggota Dewan Negara dan diplomat tertinggi Yang Jiechi mengunjungi AS bertemu dengan Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Sekretaris Negara Rex Tillerson.

Beberapa minggu kemudian, dari tanggal 27 sampai 3 Maret, Liu He, sekutu dekat pemimpin Tiongkok Xi Jinping yang dijadwalkan untuk ditunjuk sebagai pembantu presiden setingkat perdana menteri, akan berkunjung. Liu adalah penasihat ekonomi terbaik Xi.

Liu akan kehilangan momen pertemuan Partai Komunis Tiongkok (PKT) yang kritis yang dikenal sebagai sesi pleno ketiga. Ini menunjukkan betapa mendesak Beijing merasakan situasi ini.

perang dagang amerika tiongkok
Liu He menyampaikan pidato di World Economic Forum (WEF) tahunan pada tanggal 24 Januari 2018 di Davos, Swiss timur. (Fabrice Coffrini / AFP / Getty Images)

Setelah pemerintah Trump menyebut Tiongkok untuk kebijakan-kebijakan perdagangannya yang tidak adil secara terbuka, ia mengambil tindakan, termasuk dengan menyelidiki pencurian kekayaan intelektual oleh rezim Tiongkok, menerapkan tarif tinggi untuk panel surya impor, yang sebagian besar diproduksi di Tiongkok, dan mengusulkan tarif pada impor baja dari Tiongkok dan 11 negara lainnya.

Ketegangan perdagangan telah mencapai tingkat tinggi baru.

Dan beberapa hari yang lalu, Politico (organisasi jurnalisme politik Amerika) telah melaporkan bahwa para penasihat perdagangan Gedung Putih saat ini dan rajawali Tiongkok yang terkenal, Peter Navarro, akan menjadi penasihat langsung presiden tersebut, yang akan memberinya lebih banyak pernyataan mengenai agenda perdagangan pemerintah tersebut.

Media negara sendiri milik PKT, Xiake Dao, sebuah publikasi online yang berafiliasi dengan People’s Daily, menyatakan bahwa mengirimkan dua pejabat tinggi ke AS dalam waktu yang sangat singkat adalah “hampir tidak pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah.”

Siapa yang kalah dalam perang dagang?

Akhirnya, rezim Tiongkok bertahan untuk kalah besar jika perang habis-habisan terjadi. AS memiliki defisit perdagangan besar-besaran dengan Tiongkok, mencapai $375 miliar pada 2017, menurut data dari Biro Sensus AS, bagaimanapun Beijing membutuhkan perdagangan AS untuk bertahan.

Sebagaimana firma riset Geopolitik Futures yang telah merinci dalam sebuah laporan, “Tiongkok akan merasakan dampak proteksionisme AS lebih dari dari yang AS akan rasakan adanya pembalasan ekonomi yang Tiongkok lontarkan.”

Jika AS berhenti mengimpor dari Tiongkok sepenuhnya, sekitar 15 juta pekerja Tiongkok akan kehilangan pekerjaan mereka.

Di sisi lain, AS dapat memperoleh barang-barang Tiongkok dari tempat lain atau memproduksinya sendiri di dalam negeri. Sebagaimana editor bisnis Epoch Times, Valentin Schmid, telah jelaskan dalam sebuah artikel yang diterbitkan pada bulan Januari 2017, akan lebih sulit atau mahal bagi AS untuk melakukannya, tapi “ini adalah sebuah gangguan dibandingkan dengan dampak dari meninggalkan 15 juta orang Tiongkok yang menganggur.”

Adapun kemungkinan Tiongkok membalas dengan tarif barang-barang Amerika, laporan Geopolitik Futures mencatat bahwa terakhir kali hal itu terjadi di tahun 2009, segala sesuatunya tidak berjalan baik untuk Tiongkok. Saat itu, Presiden AS Barack Obama memberlakukan tarif 35 persen untuk ban Tiongkok, AS dapat menemukan pemasok di negara-negara lain, namun sejumlah pabrik ban Tiongkok tutup dan yang lainnya harus memangkas harga agar tetap kompetitif, menurut laporan tersebut.

Tiongkok membalas dengan tarif daging ayam Amerika, namun ekspor unggas AS kenyataannya telah meningkat.

Mengganti Para Diplomat

Segera sesudahnya, Beijing merencanakan perombakan para diplomat topnya agar lebih sesuai dengan pemerintahan Trump, menurut sebuah laporan Reuters pada 27 Februari.

Sumber yang akrab dengan perombakan tersebut mengatakan kepada Reuters bahwa Wang Qishan, orang kepercayaan Xi yang berperan dalam membantunya menyingkirkan musuh faksi melalui kampanye anti korupsi besar-besaran, kemungkinan akan menjadi wakil pemimpin dengan sebuah portofolio yang berfokus pada hubungan dengan Washington.

perang dagang AS tiongkok
Pemimpin Tiongkok Xi Jinping (kanan) dan mantan kepala anti korupsi Wang Qishan di Beijing pada 30 September 2014. (Feng Li / Getty Images)

“Wang Qishan adalah kelas berat. Dan orang Amerika menghormatinya,” kata seorang sumber yang memiliki hubungan dengan pimpinan PKT kepada Reuters. “Mudah-mudahan dia bisa melunakkan permusuhan Amerika.”

Sementara itu, Menteri Luar Negeri saat ini Wang Yi akan menggantikan Yang Jiechi sebagai diplomat tertinggi.

Song Tao, kepala Departemen Hubungan Internasional saat ini, akan melangkah ke peran menteri luar negeri.

Sumber tersebut mengatakan bahwa pemilihan personil belum selesai dan bisa berubah. Ketika PKT secara resmi mengumumkan pengangkatan tersebut selama pertemuan “Lianghui” Maret, mungkin akan menjadi lebih jelas bagaimana Beijing berencana untuk menangani hubungan-hubungan antara Sino-Amerika. (ran)

Fang Xiao memberikan kontribusi untuk laporan ini.

Baca Juga: Bisnis adalah Perang (Video)

ErabaruNews

Florida Ijinkan Guru Bawa Senjata ke Sekolah

0

EpochTimesId – Komite Senat Negara Bagian Florida, Amerika Serikat menyetujui sebuah Rancangan Undang-Undang (RUU) yang memungkinkan guru membawa senjata api ke sekolah. Namun, mereka menolak terhadap usulan pelarangan penjualan dan penggunaan senapan serbu otomatis.

Sikap tersebut diambil oleh Komite Senat yang sedang mengembangkan sebuah rencana untuk mencoba mencegah kekerasan di sekolah-sekolah, seperti dikutip The Epoch Times dari NBC, Kamis (1/3/2018).

Setelah berdebat lebih dari dua jam, para senator akhirnya memutuskan untuk menggelar pemungutan suara. Dengan jumlah anggota Partai Republik melebihi jumlah Demokrat, mereka akhirnya memutuskan menolak usulan pelarangan senapan serbu otomatis.

Namun, panitia RUU menyetujui sebuah rancangan yang memungkinkan guru membawa senjata api tersembunyi ke sekolah. Undang-Undang (UU) negara bagian tersebut juga menaikkan usia minimum yang dibutuhkan untuk membeli senjata api jenis apapun, dari usia 18 menjadi 21 tahun.

RUU itu juga memberi pihak berwenang hak untuk menyita senjata dari orang-orang yang diduga mengalami masalah kesehatan mental.

Presiden Donald Trump menyatakan dukungannya untuk menaikkan usia minimum untuk membeli senjata. Dia juga mengatakan bahwa dirinya mendukung untuk mempersenjatai para guru untuk mencegah penembakan di sekolah.

Isu tersebut muncul di garis depan setelah seorang penembak memberondong murid dan guru di SMA Marjory Stoneman Douglas, Florida, pada 14 Februari 2018. Aksi itu menewaskan 17 orang dan melukai 16 lainnya.

Sebuah tanda protes penjualan senapan serbu di pagar SMA Marjory Stoneman Douglas di Parkland, Florida, pada 27 Februari 2018. (Rhona Wise/AFP/Getty Images/The Epoch Times)

Sebagian kalangan di Florida berfokus pada fakta bahwa pelaku menggunakan senapan jenis AR-15-style. Mereka pun mendesak pemerintah negara bagian untuk melarang penjualan dan ppenggunaan senapan semi-otomatis yang populer itu.

Namun, sebagian kalangan juga menegaskan bahwa Departemen Sheriff Broward County menerima 39 panggilan yang berkaitan dengan penembak tersebut. Selain itu, FBI juga diperingatkan tentang sikap pelaku yang mengatakan ingin menembaki sekolah tersebut.

Ada pula kalangan masyarakat yang memuji beberapa distrik di beberapa negara bagian yang telah mengizinkan guru untuk membawa pistol sejak bertahun-tahun yang lalu. Faktanya, bahwa pada distrik tersebut belum pernah terjadi penembakan di sekolah.

Gubernur Negara Bagian Florida, Rick Scott, mengatakan bahwa dia mendukung peningkatan usia minimum untuk membeli senjata. Republikan itu juga mendukung rencana memperkuat pemeriksaan latar belakang untuk mencegah orang dengan masalah mental mendapatkan ijin kepemilikan senjata api.

Namun, Scott tidak mendukung ide untuk mempersenjatai para guru. Menurutnya, tugas untuk menjaga keamanan para pelajar seharus dilakukan oleh mereka yang memang terlatih untuk melakukan tugas tersebut.

“Saya ingin memastikan bahwa kita memiliki kehadiran penegak hukum yang signifikan (di sekolah-sekolah). Melengkapi sekolah-sekolah dengan metal detektor dan kaca antipeluru, serta pagar perimeter yang lebih baik,” kata Scott kepada Fox News.

“Saya ingin guru kami mengajar dan petugas penegak hukum kami dapat melindungi siswa. Saya ingin masing-masing kelompok fokus pada apa yang mereka kuasai.” (Zachary Stieber/The Epoch Times/waa)

Melanggar Zona Pertahanan Udara, Korea Selatan Protes Tiongkok

oleh Hong Mei

Epochtimes.id- Kementerian Luar Negeri Korea Selatan memanggil Qiu Guohong, duta besar Tiongkok untuk Korea Selatan untuk menyampaikan sikap protes atas pelanggaran zona identifikasi pertahanan udara Korea Selatan oleh pesawat militer Tiongkok pada 27 Februari.

Mendesak  pihak Tiongkok untuk mencegah kejadian serupa terulang lagi. Pada sore hari itu, Kementerian Pertahanan Korea Selatan juga memanggil tiga orang pejabat militer dari Kedutaan Besar Tiongkok di Korea Selatan untuk melakukan protes keras.

Menurut Kantor Staf Gabungan Korea Selatan bahwa sebuah pesawat militer tempur dicurigai melakukan tugas pengintaian dengan memasuki zona identifikasi pertahanan udara Korea Selatan pada 27 Pebruari siang.

Dilaporkan bahwa pelanggaran ZIPU oleh pesawat militer Tiongkok sering terjadi. Namun, ini adalah untuk pertama kalinya pelanggaran yang dianggap serius karena pesawat sudah terbang nyaris memasuki udara perairan Korea Selatan.

Militer Korea Selatan langsung mengirim beberapa pesawat tempur untuk melacak dan memantau pesawat militer Tiongkok setelah memasuki zona itu.

Ketika pesawat militer Tiongkok terbang di sekitar pulau Ulleung, Militer Korea Selatan melalui hotline Korea Selatan – Tiongkok dan radio menyampaikan pesan peringatan mengatakan : Supaya segera menghentikan perilaku yang dapat menyulut konflik seketika yang akan menyebabkan situasi menjadi tegang. Hentikan segera penerbangan yang profokatif.

Namun pihak Tiongkok meresponnya dengan mengatakan : “Ini adalah latihan rutin”.

Media Korea Selatan ‘news1′ mengutip analisis Kantor Staf Gabungan dalam menanggapi rute penerbangan yang dilalui pesawat tempur Tiongkok itu memberitakan bahwa, diperkirakan pesawat Tiongkok itu sedang mengumpulkan informasi mengenai kegiatan operasional militer Korea Selatan’.

Media Korea Selatan ‘Chosun ilbo’ mengutip sumber-sumber pemerintah Korea Selatan yang mengatakan : “Korea Selatan dan Amerika Serikat memutuskan untuk melakukan latihan militer bersama setelah Olimpiade Paralimpiade. Tujuan Tiongkok adalah untuk mengintai sejauh mana kegiatan persiapan latihan militer tersebut.” (Sinatra/asr)

Persija Jakarta Raih Kemenangan Pertama Penyisihan AFC Cup 2018

0

ErabaruNews – Klub sepakbola Ibukota, Persija Jakarta akhirnya meraih kemenangan pertama pada babak grup AFC Cup 2018. Bermain di kandang sendiri pada laga kedua Grup H, Persija pesta gol ke gawang Tampines Rovers.

Macan Kemayoran menggilas Tampines Rovers dengan skor 4-1 pada pertandingan yang digelar di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Rabu (28/2/2018) malam. Persija pun berhak mengantongi tiga poin pertama pada kasta kedua liga profesional Asia ini.

Tiga dari empat gol Persija diceploskan oleh penyerang asing asal Kroasia, Marko Simic. Hat-trick itu tercipta masing-masing pada menit ke-12, 74, dan 86. Sementara satu gol lainnya disumbang Rezaldi Hehanusa pada menit ke-41.

Tuan rumah hanya berhasil membalas satu gol pada laga ini. Khairul Amri menjebol jala Andritany pada menit ke-77.

Sayangnya, kemenangan ‘macan kemayoran’ harus tercoreng oleh kartu merah. Bek asing Jaimerson Xavier diganjar kartu merah oleh wasit pada menit ke-48.

Sebelumnya, pada laga pertama Persija yang bertandang ke Darul Takzim harus mengakui keunggulan lawan. Ismed Sofyan cs kalah telak 3-0 pada laga yang digelar pada 14 Februari lalu.

Daftar Pemain ;

Persija Jakarta :
Andritany (GK), Rezaldi Hehanusia, Jaimerson da Silva, Maman Abdurahman, Ismed Sofyan, Sandy Sute, Rohit Chand, Ramdani Lestaluhu, Addison Alves, Marko Simic, Riko Simanjuntak.
Pelatih: Stefano Cugurra.

Tampines Rovers :

Muhammad Syazwan (GK) Afiq Yunos, Daniel Bennett, Safirul Sulaiman, Irwan Shah, Mustafic Fahrudin, Amirul Azmi, Ryutaro Megumi, Yasir Hanapi, Fazrul Nawaz, Khairul Amri.
Pelatih: Juergen Raab. (waa)