Komunisme Bukan Jalan Keluar Melainkan Jalan Buntu (2)

Editorial Epoch Times

Lebih dari seratus tahun silam, roh-roh paham komunis muncul di atas langit Eropa. Sejak dikeluarkannya The Communist Manifesto, lalu munculnya Paris Commune, sampai berdirinya rezim Uni Soviet, Partai Komunis Tiongkok dan partai komunis lainnya, tren pemikiran komunis sempat merajalela beberapa saat.

Ideologi manusia telah membentuk dua kubu besar yang saling bertentangan yakni otoritarian komunis dan demokrasi liberal. Sejarah selama lebih dari seabad menunjukkan, di mana pun tren komunis merah bercokol, pasti selalu disertai peperangan dan kekacauan, kelaparan, pembantaian dan teror.

Gerakan komunisme telah menghancurkan peradaban manusia yang berusia ribuan tahun, dan menyebabkan 100 juta orang mati secara tidak wajar, dan lebih banyak dari jumlah itu yang mengalami penderitaan baik secara fisik maupun mental.

Penipuan tentang “surga dunia” telah menyebabkan milyaran jiwa terjerambab ke “neraka dunia”.

Penindasan terhadap agama/kepercayaan, penghancuran terhadap norma moralitas, pengrusakan terhadap lingkungan dan alam, telah menimbulkan dampak yang buruk dan sangat mendalam.

Di tengah proses keruntuhan paham komunis sekarang ini, masih banyak orang berkhayal, bahkan menyangkal kehancurannya, paham komunis masih terus bermunculan di tengah masyarakat liberal dengan wujud yang berbeda.

Oleh karena itu, mengenali sifat dasar ideologi paham komunis, dan menolak bencana yang akan ditimbulkan oleh pikiran komunis, sangatlah penting bagi setiap orang di semua negara.

Kilik Lihat Komunisme Bukan Jalan Keluar Melainkan Jalan Buntu Bagian Pertama

  1. Latar belakang komunisme

Pembukaan Das Kommunistische Manifest (The Communist Manifesto) menuliskan:

“Sebuah roh, roh komunisme itu, bergentayangan di Eropa.” Komunisme bukanlah doktrin yang cemerlang, ia berasal dari organisasi geng hitam yang pada hakikatnya percaya pada ajaran sekte iblis. Ia sendiri merupakan jelmaan iblis.

Menurut Direktur Perpustakaan Kongres AS dan studi sistematik sejarawan terkenal James Billington, Partai Komunis berasal dari Bayerischer Orden der Illuminaten (Bavarian Order of the Illuminati) Jerman pada abad ke-18, Ketua Illuminati, Adam Weishaupt (1748-1830), adalah penganut sekte iblis, percaya dan menyembah setan Lucifer.

Patung Marx terlihat di gedung Universitas Corvinus di Budapest pada 4 September 2014. ‘Corvinus’ dinamai pada tahun 1953 sebagai Universitas Karl Marx dan merupakan basis elite intelektual Marxis di kalangan sosialis. AFP PHOTO / ATTILA KISBENEDEK (Kredit : ATTILA KISBENEDEK/AFP/Getty Images)

Sebuah organisasi perifer untuk infiltrasi dan yang dikontrol oleh Illuminati adalah “Aliansi Pro Keadilan”. Pada Juni 1847,“Aliansi Pro Keadilan” mengadakan rapat besar untuk kali pertama di London dan mengumumkan penggantian namanya sebagai “Aliansi Pro Komunisme”.

Pada bulan November di tahun yang sama, Aliansi itu “menugaskan” Marx dan Engels menuliskan manifesto. Tanggal 21 Februari pada tahun berikutnya, “Deklarasi Partai Komunis” (DasKommunistische Manifest) diterbitkan, sejak saat itu muncullah gerakan komunis.

Program dan doktrin “Menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan” dari geng Iluminati, sepenuhnya diwarisikan kepada partai komunis. Misalnya, dalam “Deklarasi Partai Komunis” diumumkan: “Anggota partai komunis tak sudi menyembunyikan pandangan dan niatan sendiri.”

Mereka secara terbuka mengumumkan: “Tujuan mereka bisa tercapai hanya dengan menggunakan kekerasan untuk menggulingkan semua sistem sosial yang eksis.” Lenin pernah mengatakan: “Kita harus menggunakan semua trik, muslihat, tipu daya, kelicikan, cara illegal dan sarana tersembunyi dengan menutupi kebenaran.”

Kebrutalan dan tipu daya adalah watak umum rezim partai komunis. Teori komunisme, melalui menciptakan “surga di dunia manusia” guna menyesatkan pikiran orang, yang realitanya bermusuhan dengan umat manusia.

Kebencian terhadap umat manusia adalah ciri bersama “para mentor” ideologi komunisme. Dalam beberapa tahun terakhir, literatur dan studi sejumlah ilmuwan menunjukkan bahwa Marx, Engels, Lenin dan Stalin, semuanya adalah penganut iblis, atau dengan kata lain wujud luarnya sebagai manusia, tapi jiwanya yang asli adalah setan/iblis.

  1. Marx penganut sekte iblis

Awalnya Karl Marx adalah seorang Kristiani, namun pada masa kuliah ia bergabung dengan Gereja Setan yang diketuai oleh Joana Southcott dan menjadi anggota sekte iblis.

Dalam sebuah surat kepada ayahnya ia menulis:

“Selapis tempurung luar telah terkelupas dan rontok,Jiwa tersuci saya dipaksa hengkang, roh baru harus disemayamkan di dalam.” Sedangkan dalam surat putranya Marx yang bernama Edgar yang dituliskan untuk sang ayah pada 21 Maret 1854, kata pembukanya ternyata adalah “Iblis terkasihku”.

Selain itu, dalam puisi dan naskahnya, Marx beberapa kali menuliskan “mendambakan balas dendam kepada Tuhan”, dan berulang kali menunjukkan “dendam kesumat” terhadap dunia.

(pepper&bones)

Misalnya dalam puisinya yang berjudul “Kutukan dari orang yang putus asa” tertulis:

“Dalam alat penyiksa kutukan dan nasib, sebuah roh telah mengambil semua milik saya yang ada; seluruh dunia telah dicampakkan, yang tersisa pada saya hanyalah kebencian.”

Di masa kuliah Marx pernah menulis sebuah naskah Oulanem, yang mengklaim bahwa keberadaannya adalah demi menyeret umat manusia ke dalam neraka. Ia menulis:

“Sepasang lengan muda saya telah dipenuhi dengan kekuatan, akan mencengkeram dan menghancurkanmu dengan kedahsyatan beringas, hai umat manusia. Dalam kegelapan, celah neraka yang tiada nampak dasarnya secara berbarengan terbuka menghadap kamu dan aku, kamu akan terjerumus ke dalam, aku akan mengikuti dengan tertawa serta membisikkan di telingamu: “Turunlah menemaniku, sobat!”

Marx membenci orang-orang Jerman, Tionghoa dan Yahudi serta menganggap mereka adalah “penjaja”. Ia menyebut orang Rusia sebagai “orang tolol”, menyebut orang Slavia sebagai “ras sampah”, adalah bangsa “reaksioner” dan harus segera dimusnahkan dalam badai revolusioner dunia.

Dia menyebut umat manusia adalah “sampah”, mereka “berbahasa kasar dan kotor” adalah “segerombolan bajingan”.

Di satu sisi, Marx mengklaim dalam karangannya sebagai pejuang kaum proletar, di sisi lain ia menyebut kaum proletar sebagai orang “dungu, bajingan dan kibul”,menyebut orang berkulit hitam sebagai “idiot”.

Sebenarnya, Marx membenci semua yang berbau ketuhanan, dan ia malah tidak memercayai “komunisme”.

Dia hanya memanfaatkan “komunisme” sebagai jebakan untuk memancing kaum proletar dan intelektual guna mewujudkan cita-cita sekte Setan saja. Yang paling ironis adalah terhadap dokumen programatis partai komunis yakni “Deklarasi Partai Komunis”, Marx malah menyebutnya sebagai “tinja buku comberan”. (lin/whs/asr)

Bersambung