Kartel Narkoba Meksiko Gunakan Drone Jadi Senjata Pembunuh

EpochTimesId – Polisi Federal Meksiko menangkap empat orang anggota genk kartel narkoba yang mengendarai sebuah kendaraan curian di Guanajunto, di Meksiko Tengah. Mereka menemukan sebuah senjata yang diklaim bisa mengubah peta persaingan dalam perang antar kartel narkoba.

Mereka menemukan pesawat tanpa awak yang dipasangi sistem persenjataan pada bagasi mobil. Drone pembunuh itu ditemukan bersama senapan otomatis jenis AK-47, dalam operasi penangkapan yang digelar pada 20 Oktober 2017 lalu.

Pesawat tak berawak jarak jauh itu bisa dibeli secara online dengan kisaran harga $US 229. Namun drone itu dilengkapi dengan bom rakitan.

Fakta penangkapan tersebut mengungkap fakta bahwa kartel obat bius Meksiko telah berhasil merancang bom terbang untuk melakukan pembunuhan terhadap orang yang ditargetkan. Penggunaan teknologi remote control untuk senjata rakitan itu sebelumnya juga digunakan oleh kelompok teroris komunis Kolombia, FARC dan ISIS.

Peneliti senior pada jurnal Small Wars Journal-El Centro, Dr Robert Bunker dan Dr John Sullivan dalam sebuah wawancara via email mengatakan bahwa perkembangan persenjataan kartel semacam itu sudah tidak terelakkan lagi.

“Sebuah pemberontakan kriminal telah berkecamuk di Meksiko selama lebih dari satu dekade. Lebih dari 100.000 peristiwa pembunuhan telah terjadi,” kata Bunker via email, dikutip dari The Epoch Times.

Pemberontakan di Meksiko mengaburkan batas antara aktivitas kriminal dan perang. Konflik tersebut juga terus berkembang dalam strategi penggunaan senjata pembunuh.

“Strategi teroris, baik taktik, teknik, dan prosedur semakin berkembang. Dari penggunaan perisai manusia dan sekarang penggunaan pesawat tak berawak atau drone,” ujar Dr Bunker.

Para ahli memperingatkan tentang tren bom terbang dan dampaknya terhadap keamanan AS.

Penggunaan drone bom adalah sebuah tren. Sebelumnya kartel obat bius di Meksiko juga sudah menggunakan pesawat tak berawak untuk menyelundupkan obat terlarang melintasi perbatasan menuju Amerika Serikat.

Laporan Small Wars Journal mencatat bahwa antara tahun 2012 dan 2014 kartel menghasilkan sekitar 150 aksi dengan pesawat tak berawak ke Amerika Serikat. Mereka juga telah menggunakan pesawat tak berawak untuk beragam kebutuhan, seperti mengumpulkan informasi untuk intelijen, pengawasan, dan pengintaian.

Tren berikutnya adalah alat peledak yang ditemukan di pesawat tak berawak. Inilah yang oleh pemberontak disebut bom kentang, atau “Papas Bombas”, atau “Bombas de impacto”, yang terdiri dari bahan peledak yang dibungkus bola dengan pecahan peluru.

Laporan tersebut mencatat bahwa bom tersebut telah digunakan oleh Cártel de Jalisco Nueva Generación dan oleh komplotan pemberontak FARC.

Setidaknya empat kasus Papas Bombas atau Bom Kentang yang digunakan dalam serangan di Meksiko sejak Februari 2017. Ide untuk memasang bom kentang ke pesawat tak berawak bukan konsep baru, tapi sudah menjadi senjata andalan yang digunakan oleh kelompok teroris.

Teroris ISIS telah menggunakan pesawat tak berawak untuk membawa dan menjatuhkan bom ke sasaran. Penggunaan semacam itu diketahui dan telah diidentifikasi dalam tindakan taktis ISIS yang terjadi pada awal Desember 2015 di Tishrin, Suriah dan Juni 2016 di Khan Touman, Suriah.

Menurut Bunker keempat orang yang ditangkap dengan senapan dan bom itu belum pasti adalah anggota kartel CJNG. Namun, teknologi dan barang-barang lain yang disita dalam penangkapan, dan lokasi penangkapan memang mendukung fakta tersebut.

Bunker mencatat bahwa Cártel de Jalisco Nueva Generación (CJNG) telah menggunakan senjata semacam itu, dan penangkapan tersebut terjadi di Guanajunto. Itu adalah lokasi CJNG berjuang untuk mengendalikan dua kartel obat lain, Los Zetas dan kartel Sinaloa.

“Kami bekerja di bawah asumsi bahwa pesawat tak berawak ini mungkin terkait CJNG namun tidak ada bukti keterkaitan yang terkonfirmasi untuk saat ini,” kata Bunker.

Bunker menyatakan bahwa dia berbicara di Mexico City pada bulan Juni 2017 di sebuah konferensi Kendaraan Bermotor Amerika Latin. Di sana dia mengangkat isu kartel menggunakan pesawat tak berawak sebagai senjata.

Dia mengatakan penggunaan pesawat tak berawak akan segera menempatkan situasi polisi negara bagian dan polisi federal Meksiko serta militer secara defensif. Posisi itu akan bertahan hingga mereka dapat meluncurkan teknologi untuk melawan perangkat teknologi yang tidak dimiliki pemerintah daerah saat ini.

“Perkembangan penggunaan teknologi sedang berlangsung di wilayah yang telah menjadi kawah neraka dari kartel. Mereka bereksperimen dengan teknologi dan senjata baru. Sementara ini, daerahnya relatif jauh dari perbatasan AS Meksiko. Namun, teknologi kartel semacam itu menggunakan difusi dan tentu saja berpotensi menyebar ke utara, menuju kartel dan/atau faksi kartel yang beroperasi di perbatasan Amerika,” sambung peneliti senior itu.

Pemerintah Amerika Serikat sudah menyadari ancaman yang berkembang. Mereka telah meluncurkan sistem yang diklaim mampu mengantisipasi dan melumpuhkan pesawat tidak berawak. (waa)