Operasi Dengan Robot Boros Bagi Penderita Kanker Dubur

EpochTimesId – Operasi bedah medis bagi penderita tumor ginjal dan kanker dubur dinilai tidak efisien oleh para dokter. Demikian disampaikan oleh dokter In-Gab Jeong, peneliti dari Universitas Ulsan College of Medicine, Seoul, Korea Selatan kepada Reuters Health.

“Meningkatnya prosedur operasi dengan menggunakan robot yang mahal sebagai pengganti operasi laparoskopi, itu tidak memastikan keuntungan bagi pasien. Ini adalah masalah yang tidak hanya terjadi pada bidang urologi tetapi juga pada keseluruhan bidang bedah,” ujar dokter Jeong, seperti dikutip VOA dari Reuters, Kamis (26/10/2017).

Bahkan, penggunaan robot untuk operasi tersebut cenderung boros dari segi finansial pasien. “Hal ini dapat menyebabkan peningkatan biaya perawatan medis yang sangat besar yang dapat menjadi beban yang signifikan pada sistem layanan kesehatan,” imbuh sang dokter.

Dalam operasi yang dibantu robot, instrumen yang sama yang digunakan dalam operasi laparoskopi dihubungkan ke perangkat robot yang memungkinkan visualisasi 3 dimensi. Menurutnya, hal itu membuat rentang gerak instrumen yang lebih banyak, dan meningkatnya fungsi ergonomi untuk ahli bedah.

Sayangnya, pemasaran dan persaingan antar rumah sakit telah menyebabkan penggunaan operasi dengan bantuan robot meluas untuk berbagai prosedur. Namun, hal itu hingga kini masih tetap kontroversial karena kenaikan biaya dan kurangnya bukti hasil perbaikan dibandingkan dengan pendekatan metode invasif non-robot.

Dalam sebuah penelitian yang dipublikasikan pada Journal of American Medical Association, Jeong bersama tim-nya menggunakan basis data Amerika Serikat untuk membandingkan hasil dan biaya operasi. Data operasi dengan bantuan robot dibandingkan dengan operasi laparoskopi. Khususnya, untuk operasi ginjal yang ekstensif.

Sekitar 27 persen dari keseluruhan jumlah operasi pada 2015 di lakukan dengan bantuan robotik, melonjak dari 1.5 persen dari pada 2003. Operasi laparoskopi menurun secara paralel selama periode tersebut.

Setelah memperhitungkan berbagai faktor, operasi pembedahan robotik memiliki tingkat komplikasi utama yang sama dengan operasi laparoskopi. Termasuk komplikasi untuk transfusi darah, dan rawat inap di rumah sakit yang cukup lama.

Biaya yang harus dikeluarkan untuk operasi dengan bantuan robotika rata-rata mencapai 2.678 dolar AS. Biaya tersebut lebih tinggi daripada operasi laparoskopi, terutama karena waktu operasi yang lebih lama dan biaya listrik yang lebih tinggi.

“Perkembangan dan penggunaan platform robot mungkin bisa membantu dalam perawatan pasien. Namun, penelitian ilmiah mengenai efektivitas biaya dan keamanan terkadang tidak dilakukan dengan cukup baik. Sebab, rumah sakit lebih mementingkan pemasaran, preferensi pasien terhadap teknologi terbaru, dan rekomendasi dari rumah sakit lain atau dokter,” kata Jeong.

Dr David Jayne dari Rumah Sakit Universitas St James di Leeds, Inggris bersama rekan-rekannya dari 29 pusat kesehatan di 10 negara melakukan penelitian lanjutan terkait hal tersebut. Mereka meneliti apakah operasi dengan bantuan robot cenderung tidak perlu mengubah menjadi prosedur operasi terbuka, dibandingkan dengan operasi laparoskopi konvensional.

Penelitian dilakukan kepada 471 pasien yang menderita kanker dubur.

Kelompok yang menjalani operasi dengan bantuan robotik memerlukan waktu rata-rata 37,5 menit lebih lama dibanding kelompok yang menjalani operasi laparoskopi konvensional. Perangkat robot tersebut bahkan tidak mengurangi kebutuhan untuk mengubah beberapa operasi menjadi prosedur operasi terbuka.

Perangkat robot juga tidak mengurangi tingkat komplikasi, baik selama proseduratau dalam 30 hari setelah prosedur.

Mereka menyimpulkan, biaya perawatan kesehatan jauh lebih tinggi dengan operasi yang dibantu robot dibandingkan dengan operasi laparoskopi konvensional. Robot lebih mahal rata-rata 1.132 dolar AS. (waa)