Komunisme Bukan Jalan Keluar Melainkan Jalan Buntu (5)

EDITORIAL

Lebih dari seratus tahun silam, roh-roh paham komunis muncul di atas langit Eropa. Sejak dikeluarkannya The Communist Manifesto, lalu munculnya Paris Commune, sampai berdirinya rezim Uni Soviet, Partai Komunis Tiongkok dan partai komunis lainnya, tren pemikiran komunis sempat merajalela beberapa saat.

Ideologi manusia telah membentuk dua kubu besar yang saling bertentangan yakni otoritarian komunis dan demokrasi liberal.

Sejarah selama lebih dari seabad menunjukkan, di mana pun tren komunis merah bercokol, pasti selalu disertai peperangan dan kekacauan, kelaparan, pembantaian dan teror.

Gerakan komunisme telah menghancurkan peradaban manusia yang berusia ribuan tahun, dan menyebabkan 100 juta orang mati secara tidak wajar, dan lebih banyak dari jumlah itu yang mengalami penderitaan baik secara fisik maupun mental.

Penipuan tentang “surga dunia” telah menyebabkan milyaran jiwa terjerambab ke “neraka dunia”.

Penindasan terhadap agama/kepercayaan, penghancuran terhadap norma moralitas, pengrusakan terhadap lingkungan dan alam, telah menimbulkan dampak yang buruk dan sangat mendalam.

Di tengah proses keruntuhan paham komunis sekarang ini, masih banyak orang berkhayal, bahkan menyangkal kehancurannya, paham komunis masih terus bermunculan di tengah masyarakat liberal dengan wujud yang berbeda.

Oleh karena itu, mengenali sifat dasar ideologi paham komunis, dan menolak bencana yang akan ditimbulkan oleh pikiran komunis, sangatlah penting bagi setiap orang di semua negara.

baca  Komunisme Bukan Jalan Keluar Melainkan Jalan Buntu Bagian Pertama

baca Komunisme Bukan Jalan Keluar Melainkan Jalan Buntu Bagian Kedua

baca Komunisme Bukan Jalan Keluar Melainkan Jalan Buntu Bagian Ketiga

baca Komunisme Bukan Jalan Keluar Melainkan Jalan Buntun Bagian Keempat

  1. Penguasa Lalim Mao Zedong

Mao Zedong (dibaca: Mao Ce Tung)  adalah penguasa lalim yang dinobatkan di atas ‘altar Dewa’ oleh PKT.

Seumur hidupnya, Mao sangat menikmati sekali dalam memperdaya orang lain, ia sama dengan Marx, Lenin dan Stalin yang gemar akan kekerasan.

Mao berjiwa pemberontak, “Melawan langit, kesenangan tiada tara; melawan bumi, kesenangan tiada tara; melawan manusia, kesenangan tiada tara”. Hasil karya “pengganyangan”nya telah membawa petaka yang tiada batas bagi Tiongkok.

Selama masa pemerintahannya, Mao Zedong telah mencetuskan gerakan politik gelombang demi gelombang: Reformasi tanah (Tu Di Gai Ge), Menindas Kaum Reaksioner (Zhen Fan), Tiga Anti dan 5 Anti (San Fan Wu Fan), Pendisiplinan Internal dan Anti Golongan Kanan (Zheng Feng Fan You), Lompatan Besar ke Depan (Da Yue Jin).

Anti Konservatifisme (Fan You Qing) dan Revolusi Kebudayaan (Wen Hua Da Ge Ming).

Aksi gila-gilaan dan konyol tersebut telah menyebabkan kematian abnormal jutaan bahkan puluhan juta warga Tiongkok. Sekaligus aksinya telah menghancurkan budaya tradisional Tiongkok dan merusak fondasi moralitas masyarakat Tiongkok, bisa dikatakan malapetaka yang sangat mengerikan dalam dunia insani.

Pada 1957, Mao mengunjungi Uni Soviet, pada saat itu hampir seluruh partai komunis dunia mengutus wakil mereka ke Moskow untuk menghadiri pertemuan tersebut.

Mao Zedong berbicara secara terbuka dalam pertemuan: “Keadaan paling buruk paling-paling adalah perang nuklir, apa luar biasanya dari perang nuklir? Ada 2,7 miliar orang di seluruh dunia, mati separuh masih ada separuh, ada 600 juta orang di Tiongkok, mati separuh masih tersisa 300 juta orang.”

Secara tak bermoral Mao telah mengatakan suatu kebenaran bahwa orang komunis sangat melecehkan nyawa manusia. Tradisi kekerasan partai komunis memiliki sumber yang sama. Asalkan partai komunis masih eksis, maka kharakter kekerasannya tidak akan berubah.

Sepanjang ribuan tahun sejarah, umat manusia pada umumnya sangat respek pada sang Pencipta dan percaya adanya Tuhan, serta yakin bahwa prinsip Ilahiah yang mengukur kebaikan dan keburukan di dalam dunia insani.

Itu sebabnya, manusia dapat menghargai kehidupan, berbelas kasih dan dapat membatasi perbuatan dan kata-kata diri sendiri, hal ini memainkan peran yang sangat penting dalam menjaga ketertiban sosial berikut taraf moralitas umat manusia.

Namun, partai komunis telah menghancurkan keyakinan manusia terhadap sang Pencipta secara mendasar, juga telah mendorong para pimpinan mereka yang pongah, brutal dan kejam tanpa batas moralitas ke altar berhala untuk disembah.

Komunis juga menggunakan kekuasaan politik melaksanakannya secara paksa. Misalnya Mao Zedong yang menghendaki rakyatnya untuk tidak percaya pada Tuhan, melainkan mengkultuskan dirinya. Ini sepenuhnya merupakan perwujudan dari sekte Iblis.

Menurut statistik “Buku Hitam Komunisme”, pada abad ke-20, jumlah total korban revolusi komunisme di seluruh dunia hampir 100 juta jiwa, diantaranya 20.000.000 di Uni Soviet, 65.000.000 di Tiongkok, 1.000.000 di Vietnam, 2.000.000 di Korut, 2.000.000 di Kamboja, 1.000.000 di Eropa Timur, 150.000 di Amerika Latin, 1.700.000 di Afrika, 1.500.000 di Afganistan dan sekitar 10.000 orang yang tewas dalam gerakan komunis internasional yang belum berhasil berkuasa.

Banyak ilmuwan berpendapat bahwa angka itu lebih rendah dari jumlah angka kematian yang sebenarnya akibat tirani komunis, seperti di Tiongkok sedikitnya terdapat 80.000.000 jiwa yang tewas.

Jika bukan kerasukan iblis, jika tiada kebencian ekstrim terhadap umat manusia, bagaimana mungkin menciptakan pembantaian masal seperti ini? Dan tragedi semacam ini terjadi di hampir semua negara yang dikuasai oleh partai komunis.

Dalam masyarakat normal, para pemimpin komunis telah lama dianggap sebagai iblis pembantai keji yang tak dapat diampuni. Oleh karena itu partai komunis dalam bentuk organisasinya adalah geng berandal, tapi perwujudan dalamnya adalah jelmaan iblis. (lin/whs/asr)

Bersambung