67 Orang Tewas dan 500 Terluka Akibat Gempa 7,3 SR di Perbatasan Iran-Irak

Epochtimes.id- Setidaknya enam orang tewas di satu kota di Irak dan sejumlah orang tewas di di perbatasan di Iran pada Minggu (12/10/2017) ketika gempa kuat melanda wilayah tersebut.

Survei Geologi Amerika Serikat mencatat gempa tersebut dengan kekuatan 7,3 SR dan seorang pejabat meteorologi Irak menyebut kekuatan gempa 6,5 SR dengan pusat gempa di Penjwin, Provinsi Sulaimaniyah di wilayah Kurdistan yang dekat dengan perbatasan Iran.

Di seberang perbatasan di Iran, TV pemerintah mengatakan beberapa orang tewas dan banyak lainnya luka-luka. Gempa ini mengakibatkan setidaknya delapan desa di perbatasan rusak.

Listrik telah dipadamkan di daerah tersebut dan tim penyelamat telah dikirim ke daerah tersebut.

Kejadian di Irak, kerusakan terbanyak di kota Darbandikhan, sejauh 47 mil (75 km) timur kota Sulaimaniyah di Daerah Kurdistan. Menteri Kesehatan Kurdi, Rekrem Hama Rasheed mengatakan lebih dari 30 orang terluka di kota tersebut.

“Situasinya sangat kritis,” kata Rasheed kepada Reuters

Rumah sakit utama di distrik itu rusak parah dan tanpa aliran listrik. Sehingga orang-orang yang terluka dibawa ke Sulaimaniyah untuk perawatan. Terjadi kerusakan pada sejumlah bangunan dan rumah.

Sejumlah laporan menyebutkan korban luka-luka terjadi di sejumlah kota dan desa-desa dekat perbatasan Iran, termasuk Halabja, Khanaqin dan Panjwin.

Warga menjauhkan diri dari rumah mereka dan tidur di jalanan, beberapa jam setelah gempa terjadi.

Di Halabja, pejabat setempat mengatakan bahwa seorang anak laki-laki berusia 12 tahun meninggal karena sengatan listrik saat kabel listrik jatuh ketika gempa.

Menteri Dalam Negeri Irak memerintahkan petugas pertahanan dan pemadam kebakaran untuk siaga tinggi setelah gempa tersebut.

Di Iran, gempa itu dirasakan di ibukota Teheran. Media memberikan angka korban yang berbeda-beda. Kantor berita Fars dan kantor berita negara IRNA mengatakan setidaknya enam orang telah tewas dan banyak lainnya terluka di kota perbatasan Qasr-e Shirin.

Tapi gubernur Qasr-e Shirin, Faramarz Akbari, mengatakan bahwa hanya dua orang yang tewas di kota tersebut dan 25 lainnya terluka.

“Gempa tersebut dirasakan di beberapa provinsi di Iran yang berbatasan dengan Irak, delapan desa rusak, listrik terputus di beberapa desa dan tim penyelamat telah dikirim ke daerah tersebut,” demikian laporan TV.

Kantor berita resmi Tasnim mengutip seorang pejabat layanan darurat yang mengatakan bahwa ada kekhawatiran bahwa korban di desa-desa dan kota-kota kecil dengan angka yang tinggi.

Seorang pejabat palang merah setempat kepada TV menyebutkan, orang-orang tinggal di jalanan di kota-kota di provinsi Kermanshah barat karena khwatir ancaman dari gempa susulan.

Sejauh ini, gempa tersebut telah diikuti gempa susulan mulai dari 3,1 sampai 4,1 dalam skala besar.

Banyak penduduk di ibukota Irak Baghdad bergegas keluar dari rumah dan gedung-gedung tinggi karena panik.

“Saya sedang duduk bersama anak-anak saya makan malam dan tiba-tiba bangunan itu hanya berdansa kencang,” kata Majida Ameer, di ibu kota Salihiya dengan ketiga anaknya.

“Awalnya saya mengira itu bom besar. Tapi kemudian saya mendengar semua orang di sekitar saya berteriak ‘Gempa!’ ”

Sejumlah kejadian serupa di Erbil, ibu kota Wilayah Kurdistan, dan di kota-kota lain di Irak utara, dekat dengan pusat gempa.

Pusat Meteorologi Irak menyarankan orang untuk menjauh dari bangunan dan tidak menggunakan lift, jika terjadi gempa susulan.

Warga kota Diyarbakir di Turki Tenggara juga melaporkan mengalami getaran yang kuat, namun tidak ada laporan kerusakan atau korban di kota tersebut.

Chairman Bulan Sabit Merah Turki Kerem Kinik, mengatakan pihaknya mengumpulkan 3.000 tenda dan pemanas, 10.000 tempat tidur dan selimut dan mengirimkannya ke perbatasan Irak.

“Kami berkoordinasi dengan kelompok Bulan Sabit Merah Iran dan Irak. Kami juga bersiap untuk melakukan pengiriman ke Erbil Irak utara, “katanya.

Media Israel mengatakan bahwa gempa tersebut juga dirasakan di banyak wilayah di Israel. (asr)

Sumber : Reuters/The Epochtimes