Tiongkok Gunakan Facebook untuk Memasarkan Dirinya Namun Melarang Warganya Menggunakannya

Sejak 2009, Facebook telah diblokir di Tiongkok. Media resmi pemerintah Tiongkok melabeli Facebook, Twitter, dan YouTube sebagai “alat propaganda yang digunakan oleh pasukan Barat untuk mengacaukan Tiongkok,” dan menyatakan bahwa “perlu untuk mengamankan kemampuan tersebut untuk memblokir dan melawan serangan online.”

Pada kuartal kedua 2017, pengguna aktif Facebook telah melampaui 2 miliar. Meskipun pengguna Internet Daratan Tiongkok tidak dapat mengakses media sosial global ini, namun pemerintah Tiongkok adalah pengiklan terbesarnya di Asia. Tiongkok menggunakan iklan ini untuk menyebarkan propagandanya ke masyarakat internasional.

Sejak Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengunjungi Tiongkok pada bulan November, Tiongkok dan propaganda pemerintah Tiongkok menjadi fokus perhatian.

facebook diblokir di Tiongkok
Sejak Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengunjungi Tiongkok pada bulan November, Tiongkok dan propaganda pemerintah menjadi fokus perhatian. (Gambar: flickr / CC0 1.0)

Sebuah laporan oleh The New York Times mengutip orang dalam yang mengatakan bahwa setiap kuartal, pemerintah Tiongkok akan menghabiskan ratusan ribu dolar A.S. untuk membeli iklan di Facebook.

Tiongkok menggunakan Facebook sebagai alat yang efektif untuk menyebarkan propaganda dan mempengaruhi opini publik internasional tentang Tiongkok.

Saat membuka halaman China Central Television (CCTV) di  Facebook  atau Xinhua News Agency, Kantor Berita Xinhua, kantor berita resmi pemerintah Tiongkok, seseorang menemukan ribuan posting berbahasa Inggris yang dibuat untuk pembaca bahasa Inggris.

Tulisan-tulisan tersebut mereplikasi siaran berita di Tiongkok, menekankan “kemakmuran dan kondisi sosial yang stabil” di dalam negeri, sambil menyoroti apa yang disebut “gejolak dan kekerasan” di belahan dunia lain.

facebook, twitter dan youtube diblokir di china
Tiongkok menggunakan Facebook sebagai alat yang efektif untuk menyebarkan propaganda dan mempengaruhi opini publik internasional tentang Tiongkok. (Gambar: Pixabay / CC0 1.0)

Pada saat yang sama, sebuah studi di Harvard memperkirakan bahwa sebanyak 488 juta pos media sosial telah dibuat oleh pemerintah Tiongkok setiap tahun untuk mengalihkan perhatian dari isu-isu sensitif.

Meskipun Tiongkok mengatakan bahwa mereka ingin terbuka terhadap dunia, namun Tiongkok tetap memegang erat akses orang-orang Tiongkok terhadap media sosial seperti Facebook dalam upaya untuk menghalangi pengaruh asing saat menggunakan media sosial yang sama dalam upaya memperluas pengaruhnya kepada negara-negara asing. .

Media berita resmi Tiongkok juga telah menyiapkan saluran-saluran lain terutama untuk negara-negara Afrika di Facebook, tampaknya mengindikasikan bahwa Tiongkok bermaksud menyediakan pilihan sebagai lawan media Barat untuk menarik khalayak global yang lebih luas.

Konten semacam itu tidak mungkin mempengaruhi persepsi kebanyakan orang Amerika, tapi mereka yang tidak mengerti bagaimana media berita dimanipulasi mungkin akan tersesat karenanya. (visiontimes/ran)

ErabaruNews