Dua Puluh Muslim Uighur Asal Tiongkok Melarikan Diri dari Penjara Thailand dengan Selimut

Epochtimes.id- Sekitar dua puluh Muslim etnis Uighur dari Tiongkok melarikan diri dari sebuah pusat penahanan di dekat perbatasan Thailand-Malaysia. Pejabat Thailand pada Senin mengatakan warga Uighur membuat lubang di dinding dan menggunakan selimut sebagai tangga.

Sebanyak 20 antara mereka adalah bagian dari kelompok terakhir yang tersisa lebih dari 200 warga Uighur ditahan pada 2014 lalu.

Anggota kelompok tersebut mengidentifikasi diri mereka sebagai warga negara Turki dan meminta untuk dikirim ke Turki. Namun demikian lebih dari 100 orang dipaksa kembali ke Tiongkok pada bulan Juli 2015.

Pemulangan paksa warga Uighur ke Tiongkok dmemicu kecaman internasional, termasuk dari kelompok hak asasi manusia. Pegiat HAM khawatir warga Uighur akan menghadapi penyiksaan di Tiongkok.

Ratusan orang tewas dalam beberapa tahun terakhir di wilayah Xinjiang yang bermasalah di Tiongkok barat . Peristiwa ini terjadi karena kekerasan antara mayoritas etnis Han dan Uighur yang berbicara bahasa Turki.

Selama bertahun-tahun, ratusan, mungkin ribuan, orang Uighur selamat dari kerusuhan di Xinjiang dengan bepergian secara sembunyi-sembunyi melalui Asia Tenggara ke Turki.

Dua puluh lima Uighur menggali melalui dinding sel mereka dengan menggunakan ubin yang rusak. Mereka kemudian menggunakan selimut untuk keluar dari sel selanjutnya melakukan pelarian dramatis dari pusat penahanan di provinsi Songkhla, Thailand.

“Lima tertangkap, namun selebihnya melarikan diri,” kata beberapa pejabat.

Kapten Polisi Prasit Timmakarn, sub-inspektur pusat penahanan, mengatakan kepada Reuters mengatakan pihak berwenang telah menyiapkan pos pemeriksaan di sepanjang perbatasan.

Tiongkok menyalahkan sebagian besar kerusuhan Xinjiang akibat ulah kelompok teroris.

Meskipun kelompok HAM dan orang-orang di pengasingan mengatakan bahwa kemarahan warga dikarenakan Tiongkok memperketat kontrol dan penindasan terhadap Islam di Xinjiang yang sebagian besar dianut etnis Uighur.

Meski demikian, secara rutin Tiongkok menyangkal adanya penindasan. (asr)

Sumber : The Epochtimes