Dokter Melarikan diri ke Jerman Setelah Mengungkap Penggunaan Doping Para Atlet Tiongkok

Xue Yinxian, mantan kepala dokter untuk tim Olimpiade Tiongkok, mendapat tekanan dari pemerintah Tiongkok karena telah mengungkapkan program doping yang disponsori negara untuk para atlet. Baru-baru ini, Xue, bersama putra dan menantunya, berhasil melarikan diri ke Jerman untuk mencari suaka politik. Xue akan mengajukan bukti kasus doping kepada presiden International Olympic Committee (IOC), Komite Olimpiade Internasional.

Xue telah bekerja sama dengan China National Sports Commission selama lebih dari 30 tahun. Selama periode tersebut, dia menyaksikan penggunaan steroid, hormon pertumbuhan manusia, dan obat peningkat performa yang hebat oleh atlet Tiongkok di seluruh negeri yang diperintahkan oleh pemerintah.

Selama karirnya, Xue menolak untuk memaksa atlet tim nasional menggunakan stimulan dan telah mengungkap skandal doping tersebut pada tahun 1980-an. Sejak saat itu, keluarganya telah menerima pembalasannya, menyebabkan anaknya ditahan dan rumah sakit menolak untuk merawatnya. Pada bulan Juni, dengan bantuan kedutaan Jerman, dia melarikan diri ke Jerman dan mengajukan suaka politik.

Menurut laporan Radio Free Asia, penjaga keamanan negara dan polisi berulang kali menggeledah rumah Xue yang mencoba merebut 68 catatan harian dan catatan pekerjaan harian selama Xue sebagai tim dokter. Untungnya, beberapa bulan sebelum Xue meninggalkan Tiongkok, dia mengirimkan semua catatannya melalui saluran khusus ke Jerman dan negara-negara lain.

Xue mengungkapkan bahwa program doping telah ada sejak tahun 1978. Pemerintah Tiongkok mengeluarkan arahan tentang penggunaan stimulan saat mengirim tim medis nasional ke negara-negara asing untuk belajar bagaimana mengurus obat-obatan tersebut untuk para atlet. Obat peningkat performa disebut sebagai “obat gizi khusus.”

Putra Xue, Yang Weidong, meninggalkan karirnya sebagai perancang yang sukses untuk menjadi reporter The Epoch Times. Dia mewawancarai 400 ilmuwan Tiongkok terkenal, pengacara, dan lain-lain. Dia mengatakan bahwa ibunya, sebagai saksi skandal doping di olahraga Tiongkok, telah menderita kemarahan pihak berwenang, yang berusaha menekannya agar tetap diam.

Yang Weidong mengatakan bahwa dia dan ibunya ingin mengungkapkan fakta di negara bebas, dan untuk mencari keadilan bagi para atlet korban dan juga untuk mereka sendiri. Mereka secara pribadi akan menyerahkan bukti tersebut kepada Jacques Rogge, Presiden Komite Olimpiade Internasional.

Saat ini, meski berada di Jerman, pemerintah Tiongkok masih menggunakan berbagai metode untuk menghubungi dan mengancam mereka. (ran)