Masyarakat Guangdong, Tiongkok Khawatir dengan Meluasnya Penyebaran Penyakit Sampar Sapi

Li Xiaokui

Epochtimes.id- Sejak tanggal 11 pada bulan ini, sejumlah hewan sapi di desa Shuangtian, propinsi Guangdong, Tiongkok mati karena terinfeksi virus penyakit sampar.

Di antara lebih dari 300 ekor sapi di desa tersebut, 95 ekor sudah terinfeksi dan 30 ekor meninggal. Kesimpulan awal para ahli adalah bahwa karena adanya infeksi bakteri. Namun, ada kekhawatiran virus tersebut akan meluas dengan cepat ke seluruh propinsi Guangdong.

Laporan Dinas Peternakan, Perikanan Kabupaten Dongguan, Tiongkok menyebutkan bahwa sejak tanggal 11 bulan ini, sejumlah hewan sapi di desa Shuangtian, propinsi Guangdong mati karena terinfeksi virus penyakit sampar.

Desa Shuangtian memiliki sekitar 1500 orang penduduk yang kecil mobilitasnya. Di antara mereka ada 35 keluarga yang memelihara total 327 ekor sapi. Saat ini, 95 ekor telah terinveksi dan 30 ekor lainnya mati.

Pihak berwenang mengklaim bahwa pada pihaknya telah mengirim petugas ke lokasi untuk melakukan penyelidikan dengan catatan : 9 ekor sapi meninggal pada 13 Nopember. Setelah terinfeksi virus ini, sapi biasanya akan meneteskan air liur dan gejala lainnya yang dapat terlihat dari luar.

Peta Dongguang, Guangdong (Google Maps)

Penduduk desa pada awalnya mengira bahwa itu adalah akibat keracunan, namun para ahli menduga bahwa penyakit ini disebabkan oleh bakteri yang bernama Clostridium perfringens.

Menurut pakar,  bakteri tersebut biasanya berada dalam tanah dan limbah. Karena  desa tersebut dikelilingi pegunungan dan merupakan ‘pintu masuk’-nya air, sehingga memenuhi syarat menjadi tempat pengendapan patogen. Sapi-sapi yang digembala di sekitar sumber air beresiko tinggi terinfeksi virus.

Meskipun pihak berwenang mengklaim bahwa wabah tersebut ‘pada dasarnya sudah dapat dikendalikan’, tetapi beberapa penduduk desa setempat mengungkapkan bahwa masih ada ternak yang meninggal pada 21 November dan mempertanyakan apakah penyebaran virus sudah terkendali sebagaimana yang mereka katakan.

Media Hongkong ‘on.cc‘ mengutip ucapan penduduk desa setempat pada 22 November melaporkan bahwa air di waduk desa tersebut akan cepat naik begitu hujan turun, menggenangi lahan pertanian, sampah dan limbah ‘terintegrasi’ di mana-mana. Bangkai-bangkai sapi yang mati minggu lalu hanyut ke dalam lokasi waduk namun belum ditemukan/diangkat.

Seorang penduduk desa pria bermarga Lan menceritakan, semula ia memelihara 32 ekor sapi yang sebagian besar tiba-tiba ‘ingusan’ pada pekan lalu. Akhir semua sapi milik warga ini mati dalam sehari. Hanya dalam beberapa hari ia kehilangan 8 ekor sapinya yang menyebabkan kerugian materi tidak sedikit.

Penduduk lainnya yang wanita mengatakan, salah seekor sapi betina dari 3 sapi yang ia ternak itu terinfeksi virus pekan lalu. Dan sapi tetangganya juga mati karena terinfeksi, Oleh karena itu ia percaya bahwa wabah belum dapat dikendalikan.

Ada penduduk desa menunjukkan bahwa Waduk itu menampung air dari beberapa kali kecil di desa dengan sejumlah besar sampah menumpuk di dekat waduk dan sungai. Penduduk desa menduga bahwa terinveksinya sapi berhubungan erat dengan polusi air.

Berdasarkan Google Maps, jarak antara Desa Shuangtian dan Waduk Xinfengjiang yang dibangun pada tahun 1960 hanya sekitar 3 Km. Waduk tersebut adalah waduk terbesar di Tiongkok bagian selatan dan menjadi salah satu sumber air terpenting di Dongjiang.

Dunia luar khawatir jika bangkai-bangkai sapi itu dibawa air hujan mengalir ke dalam waduk kemudian akan mencemari lahan pertanian. Penduduk desa juga beresiko meminum air yang tercemar dan memicu kecepatan penyebaran wabah penyakit tersebut. (Sinatra/asr)

Sumber : secretchina.com