Ketahui Potensi Bencana Gunung Agung, Mulai Lahar Dingin, Lontaran Piroklastik Hingga Hujan Abu

Epochtimes.id- Gunung Agung di Bali terus Erupsi hingga sekarang. Maka terhitung Senin 27 November 2017 pukul 06.00 WITA, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menaikkan status Gunungapi Agung dari Level III (Siaga) keLevel IV (Awas).

Gunung Agung pernah erupsi ada 12 Maret 1963 silam dengan skala VEI 5 dengan tinggi kolom erupsi setinggi 8-10 km diatas puncak G. Agung. Saat itu disertai oleh aliran piroklastik yang menghancurkan beberapa desa disekitar G. Agung dan disusul oleh aliran lahar yang menewaskan setidaknya 1100 jiwa.

Gunung Agung selesai bererupsi pada 27 Januari 1964 dan menyisakan kawah dengan diameter 500m sedalam 200m.

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menyampaikan potensi bencana Gunung Agung.

Berikut Selengkapnya :

1. Sejarah aktivitas erupsi G. Agung dicirikan oleh erupsi-erupsi yang bersifat eksplosif dan efusif dengan pusat kegiatan di G. Agung yang terletak di dalam Kawah G. Agung.

2 Berdasarkan sejarahnya, jika terjadi erupsi G. Agung seperti pada tahun 1963 maka potensi bahaya yang mungkin terjadi dapat berupa lontaran piroklastik (bom vulkanik/batu panas),hujan abu, aliran piroklastika, aliran lava, hingga banjir lahar.

Jika terjadi erupsi, potensi bahaya primer yang dapat terjadi di dalam radius 8 km berupa jatuhan piroklastik dengan ukuran sama atau lebih besar dari 6 cm.

3. Hasil pemodelan potensi sebaran hujan abu menunjukkan bahwa jika terjadi erupsi saat ini dengan asumsi indeks eksplosivitas erupsi VEI III  maka sektor Barat, Baratlaut dan Utara dari G. Agung adalah sektor yang paling terancam.

Sektor tersebut berpotensi terlanda hujan abu lebat dengan ketebalan maksimum mencapai 1.6 meter (hingga jarak 15 km dari Puncak Gunung Agung) dan ketebalan maksimum 0.4 meter (hingga jarak 30 km dari Puncak Gunung Agung).

4. Hasil pemodelan potensi sebaran abu vulkanik di udara mengindikasikan bahwa abu vulkanik dapat tersebar jauh dari Puncak G. Agung dan diperkirakan dapat mengganggu operasional penerbangan dari dan ke: Bali, Lombok, Surabaya, dan Banyuwangi.

Namun mengenai potensi gangguan abu vulkanik di udara sangat mengikuti arah dan kecepatan angin, sehingga pihak-pihak yang terkait keselamatan penerbangan diharapkan untuk adaptif sesuai dengan kondisi aktual.

5. Hasil pemodelan potensi aliran piroklastik (Awan Panas) dengan asumsi bahwa erupsi pembuka memiliki volume erupsi 5 juta m3, maka aliran piroklastika dapat berpotensi meluncur ke sektor Utara-Timurlaut, Tenggara, dan Selatan-Baratdaya dengan jangkauan sekitar 10 km dalam waktu kurang dari 3 menit.

Namun jika volume erupsi melebihi 10 juta m3, maka aliran piroklastika dapat berpotensi meluncur ke sektor Utara-Timurlaut, Tenggara, dan Selatan-Baratdaya dengan jangkauan melebihi 10 km.

Oleh karena itu, ke depan PVMBG dapat mengubah rekomendasi gunungapi sesuai dengan perkembangan data pemantauan terbaru.

6. Ancaman bahaya aliran piroklastik (Awan Panas) tersebut di atas maupun aliran lava utamanya berada pada sektor utara lereng G. Agung terutama di daerah aliran sungai Tukad Tulamben, Tukad Daya, Tukad Celagi yang berhulu di area bukaan kawah, pada sektor Tenggara terutama di daerah aliran Sungai Tukad Bumbung, dan pada sektor Selatan-Baratdaya terutama di daerah Pati, Tukad Panglan, dan Tukad Jabah.

(asr)

Sumber : Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi