Dua Peristiwa Mengejutkan di Beijing, Penduduk Musiman yang Diusir Keluar dan Pelecehan Seksual Murid TK

oleh Yuan Bin

Epochtimes.id- Dua kejadian besar mengejutkan masyarakat Tiongkok terjadi di Beijing. Satu adalah peristiwa pengusiran paksa para penduduk musiman yang disebut kaum berpenghasilan rendah. Peristiwa lainnya adalah penganiayaan dan pelecehan seksual terhadap murid TK Merah Kuning Biru.

Kedua peristiwa yang terjadi dalam waktu berdekatan ini telah menimbulkan kekhawatiran yang meluas dan kecaman keras.

Pada 18 November, akibat kelalaian manajemen pemerintah sebuah rumah susun di Distrik Daxing, Beijing terbakar dan menewaskan 19 orang.

Hal yang membangkitkan kemarahan masyarakat adalah pemerintah daerah selain tidak menunjukkan rasa simpati atau memberikan tempat penampungan sementara kepada mereka. Tetapi mengambil kesempatan untuk mengeluarkan perintah pengusiran warga di sana dan pembongkaran paksa bangunan yang dikatakan ilegal.

Malam kebakaran itu juga, penggusuran langsung dilakukan menyebabkan ribuan orang penduduk musiman yang digolongkan pemerintah sebagai warga berpenghasilan rendah terpaksa meninggalkan pondokan kos-kosan mereka dengan membawa barang-barang seadanya.

Malam itu, mereka hanya bisa tidur di tempat terbuka seperti emperan-emperan bangunan bahkan di atas rerumputan. Pada hal sekarang Beijing sedang musim dingin.

Foto terkait pengusiran paksa terhadap penduduk berpenghasilan rendah di Beijing. (foto internet)

“Ada lebih dari satu video sudah diunggah di internet, ada yang berjaga-jaga, ada yang mendobrak pintu, anggota polisi mengeluarkan peringatan terakhir, pergi dari sini sekarang juga, ke mana kami hari ini bermalam ? Tidak peduli, terserah anda mau tidur di mana, percakapan-percakapan hanya semacam ini,” demikian Hu Jia, aktivis Beijing menggambarkan situasi kepada Epoch Times.

Tak lama setelah kejadian ini, kasus penganiayaan dan pelecehan seksual oleh guru terhadap murid Taman Kanak-kanak yang cukup mahal di Distrik Chaoyang, Beijing terbongkar pada 22 November.

Media mengungkapkan bahwa guru TK tersebut menggunakan jarum suntik untuk menyakiti anak-anak yang rata-rata masih berusia 2-3 tahun.

Para guru ini juga meminta anak-anak tersebut bertelanjang sambil menyaksikan ‘dokter paman’ melakukan pelecehan seksual terhadap murid kelas di atas mereka.

Selain itu, beberapa anak mengaku bahwa guru sering menyuruh mereka untuk menelan pil berwarna putih.

Namun, sejumlah besar berita yang terkait peristiwa ini dengan cepat menghilang karena campur tangan dan tekanan dari pemerintah setempat.

Di permukaan, kedua peristiwa tersebut seolah tidak saling terkait. Satu persoalan penduduk berpenghasilan rendah dan yang satu masalah bagi keluarga menengah. Dua status sosial yang berbeda.

Tetapi jika kita memikirkannya lebih jauh, tidaklah sulit untuk mengetahui bahwa inti dari kedua peristiwa itu sebetulnya persis sama, atau dengan kata lain bahwa kondisi kehidupan yang dipaparkan oleh kedua kelas ini sebenarnya tidak berbeda.

Artinya, tidak peduli apakah Anda tergolong masyarakat tingkat bawah atau menengah, hak asasi dasar Anda tidak akan dilindungi secara efektif oleh undang-undang, jadi tidak akan ada rasa aman dalam kehidupan Anda.

Foto terkait pengusiran paksa terhadap penduduk berpenghasilan rendah di Beijing. (foto internet)

Orang miskin karena berpendapatan rendah dan status sosialnya pun jadi rendah, mereka dihina orang, dan demi nafkah mereka harus membanting tulang siang malam. Jelas hak asasi manusia mereka tidak terjamin, tidak ada rasa aman dalam kehidupan mereka.

Meskipun banyak orang di kelas menengah telah mencapai kebebasan finansial, sudah memiliki harta rumah, mobil dan dapat menikmati kehidupan yang lebih baik. Tak perlu khawatir masalah kekurangan beras, garam, minyak dan sebagainya, tapi hak asasi manusia mereka juga kurang mendapatkan perlindungan yang efektif, hidup sama juga tidak ada rasa aman.

Jiak dilihat dari penduduk musiman yang diusir keluar dari Beijing sampai kasus pelecehan seksual murid TK, fakta-fakta kejam ini bagaikan pelajaran politik yang kembali disajikan kepada seluruh masyarakat Tiongkok.

Bukankah Partai Komunis Tiongkok paling suka bergembar-gembor bahwa mereka mewakili kepentingan seluruh rakyat Tiongkok, melayani rakyat dengan sepenuh hati ?!?

Tetapi lihatlah sekarang, mereka sama sekali mengabaikan kepentingan penduduk yang datang dari luar kota, tak peduli soal hidup mati mereka.

Mengusir secara paksa mereka keluar dari pondokan tanpa mempertimbangkan ke mana mereka harus bermalam.

Coba Anda pikirkan, apakah hal ini berbeda dengan tentara Nazi dahulu yang mengusir orang-orang Yahudi? Apakah ini tidak dapat diartikan bahwa mereka dengan perilakunya sendiri sedang memberitakan kepada rakyat bahwa apa yang mereka gembar-gemborkan itu semuanya tidak benar ?

Bagi masyarakat kelas menengah, mereka mungkin saja tidak akan diusir keluar rumah sampai harus bermalam di jalanan. Tetapi apakah mereka mampu memastikan anak-anak mereka akan bebas dari penganiayaan, bebas dari pelecehan seksual ?

Apakah mampu memastikan bahwa teriakan keras yang disampaikan secara on-line setelah peristiwa kejahatan tidak akan dihapus paksa oleh pihak berwenang ?

Dapat meyakinkan bahwa pihak-pihak yang terlibat dalam insiden tersebut termasuk orang-orang yang bertanggung jawab dalam peristiwa pasti akan mendapat hukuman berat ?

Jelas tidak mungkin! Dalam menghadapi kemalangan, rasa ketidakberdayaan mereka tidak berbeda dengan kaum penduduk berpenghasilan rendah, betul bukan?

Akhirnya dapat kita simpulkan bahwa Penguasa tiran PKT selama 68 tahun terakhir telah mengubah Tiongkok menjadi rumah jagal dimana hak asasi manusia diinjak-injak.

Mengubah Tiongkok menjadi hutan yang dihuni oleh makluk-makluk kuat memangsa maklum yang lemah. Menciptakan masyarakat yang tidak memiliki garis dasar moral.

Sebagian besar dari semua malapetaka yang kita derita hari ini adalah imbalan dari apa yang kita berikan kepada PKT.

Jika Anda belum percaya, tunggu dan lihatlah, sebelum sistem kediktatoran satu partai berakhir, kasus-kasus seperti pengusiran penduduk berpenghasilan rendah dan penganiayaan dan pelecehan seksual murid TK masih akan terus bermunculan. (Sinatra/asr)

Sumber : Epochtimes.com