Lebih dari 7.500 Praktisi Falun Gong Berkumpul di Taiwan untuk Konferensi Berbagi Pengalaman Tahunan

TAIPEI, Taiwan – Pusat Olahraga Universitas Nasional Taiwan dikemas pada 26 November, dengan lebih dari 7.500 orang dari semua lapisan masyarakat, berasal dari belasan negara dan wilayah. Mereka berkumpul bukan karena acara olah raga, tapi lebih mengenal satu sama lain bagaimana menjadi orang yang lebih baik, dan bagaimana cara memberi tahu orang lain tentang penganiayaan terhadap keyakinan mereka di Tiongkok daratan.

Pertemuan tersebut merupakan konferensi berbagi pengalaman tahunan bagi praktisi Falun Gong, juga dikenal sebagai Falun Dafa – sebuah disiplin tradisional Tiongkok yang diperkenalkan ke Tiongkok pada tahun 1992, dengan latihan meditasi dan ajaran moral yang berdasarkan prinsip-prinsip Sejati, Baik dan Sabar. Ratusan juta orang di lebih dari 70 negara mempraktikkan keyakian spiritual tersebut, menurut kantor berita resmi Falun Gong, Pusat Informasi Falun Dafa.

konferensi Falun Gong di taiwan
Praktisi Falun Gong di National Taiwan University Sports Centre di Taipei pada 26 November 2017. (Chen Po-chou / The Epoch Times)

Menurut Himpunan Falun Dafa Taiwan yang menyelenggarakan acara tersebut, sebagian besar peserta adalah praktisi lokal, namun ada pula yang bepergian dari Malaysia, Singapura, Hong Kong, Australia, Vietnam, Jepang, Korea Selatan, Indonesia, Amerika Serikat, Kanada, Selandia Baru, dan Eropa.

Latihan tersebut menjadi sasaran penganiayaan brutal oleh Partai Komunis Tiongkok yang dimulai pada 20 Juli 1999 – ratusan ribu telah disiksa, dicuci otak, ditempatkan di kamp kerja paksa dan bahkan dibunuh, menurut Minghui.org, sebuah situs yang berbasis di AS yang melacak penganiayaan di Tiongkok. Akibatnya, pengikut Falun Gong di seluruh dunia telah berusaha untuk meningkatkan kesadaran tentang pelanggaran hak asasi manusia di Tiongkok.

Sebanyak 19 praktisi turun ke podium untuk membacakan pengalaman mereka. Selama istirahat makan siang, sebuah video diputar di layar raksasa yang menunjukkan formasi karakter, dimana para praktisi mengenakan pakaian berwarna untuk membentuk citra besar yang dilihat dari sudut pandang udara, yang terjadi sehari sebelumnya di Liberty Square ikonik Taipei.

Keluarga bahagia

Su Bing, yang berasal dari Suzhou, sebuah kota di sebelah barat Shanghai, pindah ke Taiwan pada tahun 2008. Dia mulai berlatih Falun Gong pada tahun berikutnya. Su berbagi dalam sambutannya bahwa dengan berlatih Falun Gong, dia menyadari bagaimana kepribadiannya dipengaruhi secara negatif oleh sebuah pendidikan di bawah peraturan yang bersidat menindas dari rezim Tiongkok.

konferensi Falun Dafa di taiwan
Su Bing berbicara di podium di National Taiwan University Sports Centre di Taipei pada 26 November 2017. (Luo Zheng-heng / The Epoch Times)

“Saya memiliki kepribadian yang suka bersaing. Dan saya biasa suka berdebat dengan suami saya. Bila dia tidak mengatakan apa-apa, saya akan berada di sampingnya dengan sukacita karena memikirkan betapa saya sangat fasih. Dan saya juga biasa meneriaki anak-anak saya, ingin memiliki kontrol penuh atas mereka,” kata Su.

Mengutip “Sembilan Komentar Mengenai Partai Komunis Tiongkok“, sebuah seri yang diterbitkan oleh publikasi ini yang merinci sejarah Partai Komunis Tiongkok, Su menjelaskan bahwa kepribadiannya yang buruk adalah hasil dari tanpa sadar mengambil propaganda rezim Tiongkok tersebut, yang menekankan filosofi pertempuran, kontrol, dan tipu daya.

Su mengatakan bahwa dia tidak lagi berdebat dengan suaminya dan berbicara kepada anak-anaknya dengan belas kasih.

Tidak pemalu lagi

Praktisi lain yang tampil di panggung adalah Hu Ching-Ni, seorang guru sekolah dasar di An Lan Primary School di Kinmen, salah satu pulau di Taiwan, yang menghubungkannya dengan pemenang penghargaan guru lokal atas perubahannya sebagai hasil berlatih Falun Gong.

konferensi Falun Dafa 2017 di taiwan
Hu Ching-Ni berbicara di podium di National Taiwan University Sports Centre di Taipei pada 26 November 2017. (Luo Zheng-heng / The Epoch Times)

“Saya sangat pemalu dan tidak percaya diri dan sekarang saya memiliki keberanian untuk berjalan di atas panggung. Itu karena Mr.Li Hongzhi, pendiri Falun Gong, yang mengajari saya bagaimana bersikap tanpa pamrih dan memikirkan orang lain terlebih dahulu,” kata Hu.

Hu menjelaskan bahwa dia menyadari ketakutannya akan berbicara di depan umum berasal dari keegoisan, terlalu memperhatikan bagaimana orang lain memikirkannya, dan karena takut ditertawakan. (ran)