Di Tengah Ketakutan Pengawasan ‘Big Brother’ Negara, Tiongkok Mengumumkan Ambisi Menjadi Pemimpin Kecerdasan Buatan

Di Tiongkok, teknologi digital telah semakin menjalar.

Teknologi pengenalan wajah digunakan untuk membayar barang di toko-toko dan restoran, dan untuk sistem pengawasan Negara, saat ini dengan 20 juta kamera keamanan dan rencana untuk mencakup seluruh bangsa, dengan kemampuan untuk mengumpulkan informasi pribadi secara real time.

Mobile pay sudah disiapkan dan mudah diakses di banyak kota besar di Tiongkok, memungkinkan warga untuk membayar ongkos taksi, makan di warung makan, atau para pejalan yang terburu-buru hanya dengan menggunakan usapan jari atau pindaian pada ponsel cerdas mereka.

Tiongkok telah menganut kemajuan teknologi terbaru dengan semangat yang membuat pengamat khawatir bahwa mimpi buruk Orwellian bisa terwujud.

Meski begitu, Tiongkok memiliki ambisi lebih.

Pada Konferensi Internet Dunia tahunan yang diadakan dari tanggal 3 sampai 5 Desember di kota Wuzhen, Propinsi Zhejiang, rezim Tiongkok mengumumkan tekadnya untuk menjadi pemimpin dunia dalam teknologi artificial intelligence (AI), kecerdasan buatan, melalui sebuah panel mengenai subjek tersebut, menurut DW News, sebuah situs berita pro-Beijing, melaporkan.

pengawasan yang makin ketat oleh pemerintahan Tiongkok
CEO Apple, Tim Cook, berbicara dalam acara pembukaan Konferensi Internet Dunia ke-4 di Wuzhen di Propinsi Zhejiang, Tiongkok timur pada tanggal 3 Desember 2017. (AFP / Getty Images)

Mengutip sebuah laporan oleh lembaga riset Tencent perusahaan internet Tiongkok, artikel tersebut dengan bangga melaporkan bahwa Tiongkok menduduki peringkat dua di dunia dalam hal jumlah perusahaan AI, tepat di belakang Amerika Serikat.

“Dalam hal penerapan teknologi AI oleh Tiongkok, tidak dapat dipungkiri bahwa Tiongkok telah melakukan yang jauh lebih baik daripada Amerika Serikat,” tulis artikel tersebut, mengutip inovasi Tiongkok di mobil tanpa sopir, rumah pintar, dan AI dalam perawatan medis. Sistem pengawasan yang telah disebutkan diatas, yang disebut “Skynet,” juga mempekerjakan AI untuk memprediksi fitur fisik orang yang tertangkap di kamera keamanan.

“Rencana dan tekad Tiongkok untuk menjadi pemimpin AI di dunia tidak dapat dihentikan,” katanya.

Pada bulan Juli, rezim Tiongkok mengeluarkan sebuah laporan cetak biru, yang berjudul “Era Baru Rencana Pembangunan AI,” meramalkan akan meningkatkan nilai industri TI menjadi 520 miliar dolar, yang akan menjadi dua persen dari PDBnya, pada tahun 2030.

Sebuah robot kecerdasan buatan bernama ET menulis bait-bait pada Festival Musim Semi di sebuah kantor perusahaan internet Tiongkok, Alibaba, di Kota Hangzhou, Propinsi Zhejiang, pada 16 Januari 2017. Robot tersebut menggunakan teknologi pengenalan wajah dan pengenalan suara. (VCG via Getty Images)

Baru-baru ini, Tiongkok juga mengungkapkan bahwa pihaknya ingin menjadi inovator dalam mengembangkan teknologi jaringan bergerak 5G. South Tiongkok Morning Post melaporkan bahwa Tiongkok ingin meningkatkan pangsa 5G hak kekayaan intelektualnya hingga lebih dari 10 persen. Dengan 4G, perusahaan teknologi Tiongkok telah gagal menjadi salah satu pemilik hak kekayaan intelektual teratas di dunia, kalah dari perusahaan seperti Qualcomm, Samsung Electronics, dan Intel.

Sementara itu, kehadiran tinggi dua pejabat puncak Partai Komunis Tiongkok pada konferensi tersebut memberi isyarat bahwa rezim tersebut menempatkan inovasi teknologi dalam prioritas tinggi.

Wang Huning dan Huang Kunming, kepala ideologi dan kepala propaganda PKT masing-masing, hadir di konferensi tersebut, pertama kali keduanya muncul di sebuah acara besar setelah dipromosikan di Kongres Nasional ke-19 pada bulan Oktober.

Pada konferensi tersebut, Wang juga memperdebatkan dominasi Tiongkok, yang menyatakan bahwa negara tersebut harus memiliki pendapat yang lebih besar mengenai bagaimana internet beroperasi di seluruh dunia, menurut sebuah laporan oleh South Tiongkok Morning Post.

Para netizen Tiongkok mencatat ironi sebuah negara dengan penyensoran-penyensoran yang mengadakan pertemuan puncak internet, meninggalkan komentar sinis pada Weibo, setara dengan Twitter di Tiongkok.

“Orang-orang di dalam dinding mengundang orang-orang di luar tembok untuk berbicara tentang berbagi internet. Apa artinya ini? “Kata salah satu, mengacu pada firewall yang mencegah warga Tiongkok mengakses banyak situs internet besar seperti Google, Facebook, Youtube, dan Twitter.

Lain mengatakan bahwa konferensi tersebut harus diganti namanya menjadi “The Famous 404 Not Found Conference,” yang berarti pesan kesalahan yang muncul saat halaman web telah dihapus oleh sensor internet di Tiongkok. (ran)

Wen Pu dan Zhang Dun memberikan kontribusi untuk laporan ini.