Penempatan Pasukan di Perbatasan Menambah Kelamnya Ancaman Perang Semenanjung Korea

oleh Luo Ya

Baru-baru ini, sebuah video unggahan warganet tersebar di jejaring sosial dengan cepat menarik perhatian.

Video yang menunjukkan besarnya jumlah personil militer Tiongkok yang ‘tiba-tiba’ muncul di Prefektur Otonomi Korea Yanbian di Provinsi Jilin, Tiongkok. Kehadiran tentara ini pada saat suasana ketegangan Semenanjung Korea terus meningkat ini memicu spekulasi bahwa perang akan segera pecah.

Beberapa ahli mengatakan bahwa Korea Utara akan menghadapi dua tanggal spesial paling sensitif di hari-hari mendatang.

Video yang diunggah di Twitter pada 7 Desember menunjukkan bahwa sejumlah pasukan darat Tiongkok dalam barisan sambil menyanyikan lagu ‘Mars Para Sukarelawan’ berjalan melalui depan toko-toko dengan namanya tertulis dalam 2 bahasa yaitu huruf Korea dan Mandarin.

Sehari sebelumnya, media resmi di Jilin karena menerbitkan sebuah artikel yang berisikan  pengetahuan tentang senjata nuklir dan cara melindunginya juga menjadi perhatian banyak orang.

Media Korea Selatan menjelaskan bahwa latihan militer terbesar (Vigilant Ace) yang berlangsung dari 4 – 8 Desember tersebut berfokus untuk secara akurat menghancurkan fasilitas nuklir Korea Utara.

Pada saat bersamaan, Angkatan Udara Tentara Pembebasan Rakyat Tiongkok juga mengadakan latihan militer di Laut Tiongkok Timur dan Laut Kuning.

Pejabat mengatakan bahwa manuver pesawat AU Tiongkok sampai terbang di atas udara daerah yang belum pernah dikunjungi dengan rute yang belum pernah dilalui sebelumnya.

Komentator politik Chen Pokong percaya bahwa kalimat pejabat tersebut memancing pikiran orang, mungkin yang ia artikan itu adalah pesawat tempur sudah terbang mendekati semenanjung yang tak jauh dari wilayah Korea Utara.

Media corong partai ‘Global Times’ dalam artikel baru-baru ini menyebutkan bahwa pemerintah Tiongkok saat ini sedang menemui suatu pilihan yang sulit, situasi yang paling mungkin adalah mempersiapkan diri sebaik-baiknya guna menghadapi ‘variabel terburuk’.

Selain itu, Wakil Menteri Luar Negeri Tiongkok Zheng Zeguang pada 6 Desember berkunjung ke Washington untuk mendiskusikan masalah bagaimana mencegah eskalasi ketegangan di semenanjung akibat uji coba rudal Korea Utara.

Menanggapi hal ini, Chen Pokong menjelaskan : “Ini merupakan komunikasi positif yang sangat dibutuhkan menjelang sebuah serangan militer. Saat ini, pihak Beijing mau tidak mau terpaksa harus berdiri di pihak Amerika Serikat dalam menyelesaikan isu nuklir DPRK.”

Usai peluncuran rudal antar benua ‘Hwasong-15’ rezim Korea Utara mengklaim bahwa hulu ledak nuklir buatan mereka kini sudah mencapai seluruh wilayah Amerika Serikat. Setelah itu, Penasihat Keamanan Nasional AS, McMaster mengatakan bahwa kemungkinan perang dengan Korea Utara terus meningkat.

Chen Pokong mengatakan bahwa Korea Utara mengakui bahwa pihaknya telah menyentuh garis merah keamanan Amerika Serikat. “Dengan demikian, pemerintahan Trump sekarang memiliki alasan yang masuk akal, sah untuk melakukan serangan militer terhadap fasilitas itu”.

Bagi Kim Jong-un ada 2 hari istimewa yaitu 17 Desember dan 8 Januari yang masing-masing sebagai hari kematian dan kelahiran ayahnya Kim Jong-il. Di antara hari tersebut, Kim Jong-un mungkin bisa melakukan suatu tindakan untuk dipersembahkan kepada almarhum kakeknya Kim Il-sung. Demikian kata Chen Pokong.

Tindakan pertama adalah melakukan uji coba senjata nuklir untuk yang ketujuh kalinya.

Kemungkinan tindakan lainnya yaitu, Kim Jong-un akan mengumumkan dalam pidato akhir atau awal tahunannya bahwa Korea Utara telah menyelesaikan program senjata nuklirnya dan telah menjadi salah satu negara senjata nuklir yang selanjutnya akan beralih ke pembangunan ekonomi atau pembangunan pertanian.

Chen lebih lanjut mengatakan bahwa tindakan Kim Jong-un ini dapat membuat masyarakat internasional merasa canggung.

“Kalau sampai pernyataan Kim itu diakui baik secara resmi atau diam-diam, itu menjadi preseden yang berbahaya. Bagaimana jadinya dengan ‘Perjanjian Nonproliferasi Nuklir’ yang sudah ditandatangan oleh masyarakat internasional ? Apa mau dibuang ke tong sampah?”

Perjanjian Nonproliferasi Nuklir yang ditandatangani pada tahun 1967 itu berisi kesepakatan antar negara-negara yang memiliki senjata nuklir saat itu. Mereka sepakat untuk tidak lagi melanjutkan pengembangan senjata tersebut.

Selain itu juga tidak mengizinkan negara memiliki senjata nuklir untuk menyerahkan senjata nuklirnya kepada negara-negara yang tidak memiliki senjata nuklir. Melarang negara non nuklir mengembangkan senjata nuklir. Dan bagi negara memiliki senjata nuklir harus secara bertahap membongkar fasilitas senjata nuklir mereka.

Chen menganalisis bahwa jika Korea Utara diizinkan untuk memiliki senjata nuklir, maka negara-negara lain dapat mengikuti jejaknya.

Secara teori tidak kurang dari dua ratus negara di dunia ini yang sekarang telah memiliki kemampuan untuk mengembangkan senjata nuklir. “Begitu senjata nuklir jatuh ke tangan teroris, konsekuensinya akan sulit dapat dibayangkan, yang berarti akan menjadi tanda kiamatnya umat manusia”

“Dapat dikatakan bahwa ini merupakan kesempatan terakhir bagi Amerika Serikat untuk mengambil tindakan, jika tidak mengambil tindakan maka tidak ada kemungkinan untuk melakukan tindakan. Akui saja ia (Korea Utara) adalah negara memiliki senjata nuklir”, kata Chen Pokong. (Sinatra/asr)

Sumber : epochtimes.com