Perbincangan Istana Dua Putaran Antara Trump dan Xi Jinping

Oleh : DR. XIE TIAN

Presiden AS Donald Trump telah kembali dari kunjungannya ke Asia, ini adalah kunjungan paling lama seorang presiden AS selama seperempat abad terakhir. Kepada warga Amerika ia berkata, jika Amerika menghormati nilai universalnya, tradisi, dan rakyatnya sendiri, maka negara lain akan memiliki keyakinan terhadap AS; kunjungan ke Asia juga memperlihatkan pada dunia, sebuah negara Amerika yang penuh percaya diri dan teguh. Trump bersumpah, akan mengutamakan kepentingan AS, dari perjalanan ke Asia Trump membawa pulang perdagangan senilai USD 300 milyar. Setelah tiba ke AS ia kembali menegaskan, harus dilakukan reformasi pada WTO, dan rencana baru AS terhadap India-Pasifik baru juga berkembang setahap demi setahap.

 

Ketika Trump dan istri dijamu oleh Xi Jinping bersama istri, menikmati kuliner ala keluarga kaisar dan pertunjukan opera Peking di istana Forbidden City di Beijing, banyak media massa tidak lupa mengingatkan Trump akan ‘kekuatan lunak’ dan pisau lunak PKT, yang mungkin akan menggerogoti dan mengikis tekad dan kemauan Trump.

Ketika Trump mengatakan dirinya tidak menyalahkan RRT karena defisit perdagangan AS yang begitu besar, melainkan menyalahkan Amerika sendiri, menyalahkan beberapa presiden terdahulu, para analis pun semakin merasa was-was.

Dalam hal ini penulis malah merasa tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Secara langsung memberitahu PKT, adalah para presiden dan pemerintahan AS terdahulu yang telah membiarkan defisit perdagangan RRT-AS membesar terus menerus, ini adalah tindakan yang bijak dan cerdik karena berarti memberitahu secara blakblakan pada pemimpin PKT, mereka mungkin lebih cerdik daripada Clinton atau Obama, tapi jika masih berusaha mengambil keuntungan dari AS dengan mempermainkan Trump, maka tidak akan semudah itu.

kerjasama Amerika Tiongkok
Presiden AS Donald Trump (kanan) dan pemimpin Tiongkok Xi Jinping (kiri) bersiap untuk berjabat tangan saat makan malam di perkebunan Mar-a-Lago di West Palm Beach, Flo., Pada tanggal 6 April 2017. (Jim Watson / AFP / Getty Gambar)

Menggunakan pesta mewah dan ritual kekaisaran untuk menggoda dan mempengaruhi Trump, juga tidak akan efektif. Karena seorang taipan seperti Trump, telah bertahun-tahun menikmati kemewahan super elite, di berbagai tempat di dunia ia memiliki vila yang jauh lebih mewah dan bergengsi daripada istana, diboyong ke istana bagi orang lain mungkin adalah kemewahan, namun bagi Trump dan keluarganya mungkin justru kesederhanaan.

Masalah yang lebih krusial adalah, sampai saat ini Trump dan Xi telah melangsungkan dua kali perbincangan istana, yakni pada bulan April tahun ini di Sea Lake Manor di Florida, dan juga pada bulan November di istana Forbidden City di Beijing.

Masyarakat melihat keduanya sepertinya semakin kompak, dan semakin cocok, dan banyak yang orang mengatakan hubungan seperti ini justru penuh teka teki atau kecurigaan.

Mengapa seorang pemimpin negara bebas paling unggul dan seorang pemimpin negara komunis terbesar terakhir di dunia, bisa begitu saling menghormati dan sangat cocok satu sama lain?

Di saat yang sama, masyarakat juga menyaksikan sendiri betapa Trump begitu gigih menentang paham komunis, menentang berbagai pernyataan dan tindakan rezim komunis, entah itu terhadap Kuba, Vietnam, ataupun Korea Utara.

Presiden Donald Trump mendongak saat duduk di samping pemimpin Tiongkok Xi Jinping saat tur Kota Terlarang di Beijing pada 8 November 2017. (Jim Watson / AFP / Getty Images)

Saat berkunjung ke Eropa di awal tahun ini, dimanakah Trump mendapat sambutan paling meriah dan paling heboh? Di Polandia! Warga Polandia tidak kuasa menyembunyikan kecintaan mereka pada presiden AS ini, Trump juga sama sekali tidak menutupi kebencian dan cemoohannya pada rezim komunis.

Sejak bertemu dengan Xi di Sea Lake Manor Florida April tahun ini sampai sekarang, apa yang telah terjadi?

Jika diperhatikan secara seksama, kesimpulannya adalah setelah pertemuan di Florida itu antara Xi dan Trump telah tercapai semacam kekompakan dan kesepakatan, dan kesepakatan ini terus berlanjut hingga setengah tahun kemudian, yang semakin diperkuat dan diperdalam dengan pertemuan di Beijing baru-baru ini.

Sejak setengah tahun lalu masyarakat internasional melihat perubahan drastis reaksi dan juga sikap PKT terhadap masalah Korut, juga perubahan besar sikap PKT pada Korut.

Seperti yang dikatakan penulis pada seminar di Los Angeles bulan Oktober lalu, penjelasan yang paling memungkinkan atas perubahan yang begitu besar dan jelas seperti ini adalah, rezim PKT pada akhirnya telah mengenali, bahwa meninggalkan rezim Korut adalah tindakan yang paling menguntungkan bagi PKT sendiri; jika terus menerus seperti itu, maka PKT pada akhirnya mungkin akan mencampakkan sistem politiknya sebagai jalan terbaik baginya.

Pada intinya masalah nuklir Korut bukan masalah paling krusial, membebaskan krisis nuklir Korut juga bukan tujuan dunia sebenarnya. Simpul utama pada masalah Semenanjung Korea adalah seputar perang terakhir manusia mengahiri paham komunis.

pertemuan Donald Trump - Xi Jinping
Presiden Amerika Serikat Donald Trump berbicara kepada pemimpin Tiongkok Xi Jinping, saat Ibu Negara Melania Trump dan istri Xi Peng Liyuan melihat, di Aula Agung Rakyat di Beijing pada 9 November 2017. (Jim Watson / AFP / Getty Images)

Antara Xi dan Trump, harus ada kekompakan dan kerjasama yang mendalam, agar Trump menunda perang dagangnya terhadap Tiongkok; Xi banyak mengalah dalam masalah nuklir Korut, juga menandakan Xi telah meninggalkan Korut, dan lebih lanjut akan meninggalkan atau membubarkan rezim komunis di Tiongkok, dengan demikian PKT tidak akan seorang diri dalam hal kehilangan Korut sebagai “penghalang” atau “penghambat”.

Sesungguhnya, bencana, kesulitan dan beban yang diakibatkan oleh paham komunis, tak hanya harus dihadapi oleh Xi Jinping, kini Trump pun terpaksa harus menghadapi dan menyelesaikannya. Anggota kongres dari Idaho bernama Curtis Bowers telah membuat film dokumenter berjudul “Agenda: Grinding Down America” yang cukup menghebohkan.

Film dokumenter yang terdiri dari dua seri ini menggunakan data yang dianalisa secara sangat mendalam dan mengejutkan, menjelaskan pemikiran paham komunis yang meracuni telah mengikis hingga ke dalam budaya masyarakat AS dan juga sistem olahraganya; menyusupnya paham komunis tak hanya muncul di berbagai belahan dunia, bahkan di AS sebagai pemimpin negara bebas juga terlihat disusupi dimana-mana.

Petinggi PKT mungkin tidak akan membubarkan partai komunis atas dasar hati nurani atau pun moralitas, namun secara objektif akan lingkungan yang mengalami krisis dan realita di Tiongkok yang begitu kejam, yang mungkin telah memaksa mereka terpaksa harus melakukannya, karena Beijing sudah tidak punya pilihan lain lagi.

Dalam pemberantasan korupsi yang dilakukan oleh Xi dan Wang selama lima tahun terakhir, sebanyak satu juta pejabat telah diadili, dan di antaranya termasuk 100 orang pejabat tinggi.

Sebanyak satu juta orang pejabat PKT yang dilengserkan akibat korupsi, kondisi apakah ini?

Selama kunjungan Presiden Trump di Tiongkok, ia memperingatkan Beijing atas praktek perdagangan yang dinilai tidak adil. Namun, beberapa jam setelah ia meninggalkan Tiongkok, pihak berwenang Beijing mengeluarkan sebuah kebijakan tak terduga. (NICOLAS ASFOURI / AFP / Getty Images)

Ini mungkin sulit dipahami bagi masyarakat AS! Populasi Tiongkok adalah 4-5 kali lipat dibandingkan AS, jika dengan perbandingan yang sama maka jumlah pejabat AS yang dijebloskan ke dalam penjara akibat korupsi adalah sebanyak 250.000 orang, termasuk di antaranya 25 orang pejabat tingkat parlemen di AS! Bagi masyarakat normal, tidak bisa memahami tingkat dan skala korupsi di dalam PKT, serta realita di ambang kehancuran dari dalam partainya sendiri yang sedang dihadapi oleh PKT.

Inilah alasan mengapa Xi mungkin terpaksa harus membubarkan PKT dan bekerjasama dengan Trump, dan sebagai langkah awal terlebih dulu membubarkan rezim komunis Korut.

Adanya ikatan erat antara Trump dan Xi, mungkin karena senasib sepenanggungan, mungkin juga karena keduanya melihat bahaya yang diakibatkan oleh paham komunis terhadap Tiongkok dan Amerika.

Antara Trump dan Xi mungkin terdapat sejumlah kesamaan, yakni cenderung konservatif dan mempertahankan tradisi.

Berangkat dari konsep ini, tidak sulit untuk mencapai kesepakatan bagi keduanya untuk membasmi elemen paham komunis dan sosialis. Mungkin, inilah misi bersama kedua tokoh ini yang belum dirampungkan bersama. (SUD/WHS/asr)

Sumber : Epoch Weekly

ErabaruNews