Tiongkok Kembali Larang Perjalanan Wisata ke Korsel Usai Kunjungan Moon Jae-in

EpochTimesId – Belum sepekan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in mengakhiri kunjungannya di Tiongkok, otoritas berwenang negara komunis itu kembali mengeluarkan larangan perjalanan wisata ke Korea Selatan. Hal ini menunjukkan bahwa rencana untuk memulihkan hubungan antara kedua negara itu belum terwujud.

Seperti dikutip EpochTimes.com dari Financial Times, perkembangan ini telah mencerminkan betapa kompleksnya geopolitik di wilayah Asia Timur Laut. Kawasan tersebut telah dibayang-bayangi oleh dampak buruk dari pengembangan senjata nuklir di Pyongyang dan bentrokan antara Amerika Serikat dengan Korea Utara.

Larangan perjalanan wisata yang dikeluarkan pihak Tiongkok telah dibenarkan oleh dua agen perjalanan wisata Korea Selatan. Janji Beijing untuk menghentikan tindak balas dendam kepada Korea Selatan akibat isu penempatan THAAD masih belum sampai 2 bulan.

Pekan lalu Moon baru menyelesaikan kunjungan kenegaraannya ke Tiongkok. Para pejabat memuji kunjungan ini sebagai langkah menuju ‘era-baru’ yang dilakukan kedua negara dalam meningkatkan hubungan diplomatik.

Namun, kunjungan Moon dibayangi oleh hal-hal yang tidak menguntungkan, seperti pemukulan oleh anggota keamanan pihak Tiongkok terhadap jurnalis Korea Selatan yang meliput acara presiden.

Moon dan Xi juga tidak memberikan pernyataan bersama kepada awak media. Ini menunjukkan bahwa ketegangan yang disebabkan oleh THAAD belum mereda.

Tiongkok sangat khawatir terhadap penempatan sistem penangkal rudal itu hanya sebagai embel-embel dari tujuan utamanya yakni mengawasi aktivitas militer Tiongkok.

Tahun ini pemerintah Tiongkok langsung meluncurkan tindakan pembalasan terhadap Korea Selatan melalui ekonomi, setelah THAAD dipasang di negara itu. Termasuk juga melarang perjalanan wisata ke Korea Selatan.

Pejabat di Seoul memperkirakan bahwa langkah tersebut telah menyebabkan industri pariwisata Korea Selatan mengalami kerugian hingga 7 miliar dolar AS.

Pada bulan Oktober, Kedua negara kembali berjabatan tangan demi ‘era-baru’ dalam hubungan diplomatik setelah otoritas Seoul berjanji untuk tidak membentuk aliansi militer dengan Jepang dan Amerika Serikat. Seoul juga berjanji tidak akan menempatkan THAAD lain dalam wilayah Korea Selatan.

Namun setelah itu, PKT sekali lagi mengungkit dan mengeluh soal penempatan THAAD, bahkan pada 19 Desember 2017 kembali memberlakukan larangan wisata ke Korea Selatan.

“Sejak kemarin, Dinas Pariwisata Tiongkok menolak pengajuan ijin untuk berwisata di Tiongkok oleh agen perjalanan Korea Selatan. Hal ini mencerminkan bahwa pemerintah Tiongkok bertindak sewenang-wenang, menolak dengan tanpa alasan yang jelas,” kata Jang Yoo-jae, direktur Organisasi Kebudayaan dan Pariwisata Korea Selatan, Sebuah organisasi asosiasi yang dibentuk oleh beberapa agen perjalanan Korea Selatan.

Kelompok lain yang mewakili agen perjalanan mengatakan bahwa pihak berwenang Tiongkok juga menolak permohonan mereka. Sejak larangan itu dikeluarkan, harga saham perusahaan perjalanan dan perusahaan kosmetik Korea Selatan di bursa efek langsung jatuh pada hari Rabu.

Insiden tersebut terjadi hanya empat hari setelah Moon Jae-in meninggalkan Beijing. CNBC mengutip berita dari media Korea Selatan ‘Central Daily News’ menyebutkan bahwa pemerintah Tiongkok kembali melanjutkan larangan wisata ke Korea Selatan bagi warganya.

Hubungan kedua negara kembali memburuk setelah Moon meninggalkan Tiongkok. Senin lalu, 5 buah pesawat tempur Tiongkok termasuk 2 buah bomber telah terbang memasuki zona identifikasi pertahanan udara Korea Selatan yang membuat Seoul mengirim pesawat tempurnya untuk melakukan pengusiran.

Dua hari kemudian, kapal patroli marinir Korea Selatan terpaksa menghabiskan lebih dari 200 peluru untuk memberikan peringatan terhadap belasan kapal nelayan Tiongkok yang memasuki perairan zona ekonomi ekslusif Korea Selatan.

Tiongkok dan Korea Selatan memiliki hubungan historis dan komersial yang mendalam. Namun pemerintah Tiongkok terus mewaspadai adanya hubungan Korea Selatan dengan militer AS, serta 30.000 orang pasukan AS yang ditempatkan di pangkalan Korsel di semenanjung Korea.

Selain itu, Jepang dan Korea Selatan merupakan sekutu utama AS di wilayah Asia Timur Laut. (ET/Qin Yufei/Sinatra/waa)