Alasan Palsu Partai komunis Menolak Perayaan Natal

EpochTimesId – Hari Natal sudah hampir tiba. Pada saat-saat seperti ini atau begitu memasuki bulan Desember setiap tahunnya, topik tentang apakah Natal perlu dirayakan menjadi perdebatan yang ramai di Tiongkok.

Liga Pemuda Komunis Universitas Pharmasi Shenyang mengeluarkan surat edaran yang melarang segala aktivitas yang berkaitan dengan perayaan keagamaan Barat tersebut, seperti dikutip EpochTimes.com dari VOA.

Surat edaran tersebut mengklaim bahwa dalam beberapa tahun terakhir, sejumlah pemuda Tiongkok terpengaruh oleh budaya Barat. Mereka secara membabi-buta menyerap begitu saja hal-hal yang dipublikasikan bisnis perorangan atau opini publik yang keliru. Terutama adalah perayaan Malam Kudus, Natal dan lainnya yang termasuk festival keagamaan Barat.

Oleh karena itu, mereka dihimbau untuk secara sadar mencegah timbulnya dampak akibat erosi dari budaya Barat. Selain itu, Liga Pemuda Komunis Anhui melalui akun WeChat mereka mengemukakan, bahwa Natal seharusnya dianggap sebagai festival yang memalukan bagi seluruh rakyat Tiongkok, karena Barat telah mengagresi Tiongkok di masa lalu.

Radio Free Asia memberitakan bahwa Departemen Inspeksi Disiplin Hunan Hengyang melarang seluruh anggota partai dan kadernya untuk berpartisipasi dalam perayaan Malam Kudus, Natal, bahkan termasuk anggota keluarga dekat mereka. Mereka mengklaim bahwa Natal adalah ‘candu spiritual’ bagi masyarakat Tiongkok.

Polisi Hunan juga mengeluarkan pemberitahuan publik yang menyebutkan bahwa Malam Kudus tahun ini bakal ‘sulit dilalui’ karena pihaknya akan memperketat operasi patroli untuk mencegah masyarakat merayakannya.

Setiap penduduk yang hendak memasuki daerah pusat kota diwajibkan untuk membawa kartu identitas karena sewaktu-waktu dapat diperiksa. Bahkan denda besar akan dikenakan kepada penjual atau penebar salju buatan.

Dan yang lebih menakutkan lagi adalah sebuah e-mail beredar di internet yang mengatakan bahwa sejumlah tempat di provinsi Gansu melarang toko-toko menjual pohon natal. Katanya itu adalah hasil keputusan Kongres Nasional ke-19 yang menuntut agar rakyat Tiongkok memperingati hari-hari rayanya sendiri.

Kita semua tahu bahwa dalam beberapa tahun terakhir ini selalu saja terdengar suara yang memboikot perayaan Hari Natal, dan sebagian itu memang berasal dari masyarakat. Tetapi kita menemukan bahwa dengan semakin ketatnya kebijakan PKT, instruksi resmi yang dikeluarkan juga semakin bertambah.

https://youtu.be/gX0HfjRWpFI

Sebagaimana diketahui bahwa instruksi resmi kepada seluruh anggota PKT termasuk larangan untuk merayakan Hari Valentine, Paskah, April Mop, Halloween, Thanksgiving dan Natal yang merupakan bagian dari budaya Barat.

Jadi mengapa PKT tidak mengizinkan masyarakat Daratan untuk merayakan Hari Natal? Apa yang PKT takutkan terhadap festival ini?

Sebagaimana tulisan dalam artikel di media corong PKT ‘Global Times’ bahwa itu karena Amerika Serikat memiliki gagasan untuk ‘menjatuhkan Tiongkok’.

‘Global Times’ mengarahkan ujung tombak ke Amerika, katanya Amerika Serikat menggunakan perang gagasan ideologis untuk menyebarkan konsep dan nilai politik mereka. Oleh karena itu, PKT semakin cemas terhadap peringatan-peringatan budaya Barat seperti Natal dan lainnya, tentu mulai menyatakan perang dengannya.

Apakah hal ini sesuai dengan kenyataan? Jelas Tidak!

Alasan sebenarnya PKT memboikot Natal mungkin dapat kita tarik kesimpulan dari sejumlah artikel ‘Global Times’ masa lalu yang prinsipnya mengarah pada PKT tidak mengijinkan anggotanya untuk memeluk agama.

Tidak mengijinkan anggota untuk terlibat dalam kegiatan keagamaan. Selain itu juga berupaya untuk mengendalikan pikiran dan perilaku masyarakat umum.

Di mata PKT, Hari Natal itu memiliki kesamaan sifat dengan kegiatan penyebaran agama. Jika mengikuti festival ini, maka dapat diartikan bahwa yang bersangkutan ikut mendorong kegiatan keagamaan.

Penyebaran agama ini yang paling ditabukan oleh komunis. Karena hal ini dapat menyebabkan goyah dan hilangnya status ideologi Marxisme sebagai pembimbang bagi setiap anggota partai komunis, dan secara teori akan mengancam kesatuan partai.

Sebagaimana kita pahami Natal adalah hari kelahiran Yesus yang dihitung berdasarkan Tahun Matahari dan diperingati oleh orang-orang Kristen di Barat. Tak lebih dari sebuah hari peringatan saja.

Bukannya para etnis Han di Tiongkok juga memiliki kebiasaan untuk makan bubur Laba pada tanggal 8, bulan duabelas, Imlek?

Apakah makan bubur Laba ini bukan dalam rangka memperingati hari Sakyamuni memperoleh pencerahan sempurna untuk menjadi Budha?

Ada netizen yang mengatakan, Pemboikotan budaya Barat seharusnya dimulai dari melepas ideologi Marxisme dan Leninisme. Karena budaya itu juga datang dari Barat.

“Saat ingin memboikot Natal, budaya tradisional Tionghoa disinggung dan disanjung-sanjung. Apakah orang-orang yang pada masa Revolusi Kebudayaan menggerakkan penghancuran budaya tradisional itu adalah orang-orang yang merayakan Hari Natal?” Tanya netizen lain.

Bahkan ada netizen yang mengunggah foto Xi Jinping bersama Santa Claus pada tahun 2012. Ia kemudian menulis, “Xi Jinping boleh merayakan Natal, mengapa kita tidak?”

Mengapa demikian?

Karena ideologi Marxisme telah bangkrut. Sekarang sudah tidak ada orang percaya komunisme, begitu pula tidak ada lagi yang percaya ideologi Marx-Lenin-Mao. Dengan kata lain adalah PKT sudah hampir runtuh. Mereka sudah merasakan hal ini. Sehingga timbul rasa takut dan berusaha menggalang kekuatan untuk meronta.

Kita juga tahu, ketika pemimpin AS melakukan kunjungan ke Tiongkok, mereka selalu menyempatkan waktunya untuk mendatangi dan memberikan ceramah di sebuah universitas Tiongkok.

Namun bagaimana ketika pemimpin Tiongkok berkunjung ke AS? Coba kalian ingat-ingat!

Apakah para pemimpin Tiongkok juga mendatangi universitas di AS dan memberikan ceramah? Jawabannya adalah belum pernah terjadi. Karena begitu mereka berada di AS, mereka adalah ‘anggota partai bawah tanah’, bagaimana mampu memberikan ceramah tentang komunisme, agama adalah candu atau narkoba, atheisme dan lain sebagainya yang kata mereka adalah budaya modern.

Yang pasti mereka memahami bahwa hal-hal ini tidak mereka sukai, tidak ada yang mau percaya. Salah-salah malahan mendapat cercaan.

PKT telah menghancurkan budaya tradisional Tiongkok yang sudah bertahan selama ribuan tahun dan sekarang mereka memboikot Natal dengan tujuan yang sama.

Sebagaimana yang tertulis dalam buku ‘Tujuan Akhir Komunisme’ bahwa, PKT berusaha untuk mematahkan tali hubungan antara manusia dengan Pencipta Alam Semesta. Sedangkan kuil, tempat ibadah, kitab suci termasuk perayaan hari-hari besar keagamaan itu semua merupakan tali penghubungan antara kedua kutub termaksud.

Dari buku baru yang diterbitkan oleh bagian editorial yang sama dengan buku ‘9 Komentar mengenai Partai Komunis’ kita telah mengetahui bahwa tradisi dan budaya kuno itulah yang diberikan Tuhan kepada manusia, guna menopang eksistensi manusia.

Sedangkan komunisme berusaha untuk merusak ikatan itu agar Tuhan melepas manusia atau tidak mau lagi mengurusi manusia,sehingga mereka bisa secara leluasa menghancurkan manusia. (ET/Sinatra)