Mesin Vending Pertama untuk Tunawisma Nottingham Inggris

ErabaruNews – Sebuah Vending Mesin baru dipasang di pusat perbelanjaan Intu di Broadmarsh, Nottingham, di Inggris pada hari Selasa, 19 Desember 2017 lalu. Namun, ini bukanlah mesin penjual otomatis untuk mereka yang ingin berbelanja.

Mesin itu tidak memerlukan uang untuk mengeluarkan makanan seperti buah segar, serta handuk saniter, kaus kaki, dan pasta gigi. Vending Mesin ini dikelola oleh Action Hunger, sebuah organisasi yang didirikan oleh Nottingham Huzaifah Khaled yang baru berusia 29 tahun, untuk melayani para tunawisma.

Khaled, yang menyelesaikan gelar Ph.D hukum saat mengerjakan proyek tersebut, mengemukakan gagasan tersebut setelah melihat sejumlah tunawisma di kota asalnya.

“Saya berbicara dengan banyak orang tunawisma dan melihat ada kebutuhan penting untuk sesuatu seperti ini,” kata Khaled, deperti dikutip NTDTV dari Nottingham Post.

Setahun setengah yang lalu, dia mulai mencari perusahaan mesin penjual otomatis yang akan menyumbangkan sebuah mesin untuk di-uji-coba.

Akhirnya, N & W Global Vending setuju untuk memberinya mesin seharga 10.000 dolar AS. Dia kemudian bekerja sama dengan Friary yang berbasis di Nottingham, sebuah pusat saran drop-in bagi para tuna wisma.

Mereka mengidentifikasi keperluan yang paling dibutuhkan para tuna wisma. Mereka selanjutnya meminta para donatur untuk menyumbang isi dari vending mesin.

“Kami akan memprioritaskan orang yang kurang tidur. Tidak semua orang yang mengunjungi kami adalah orang yang tidur nyenyak, beberapa di antaranya adalah tunawisma yang butuh akomodasi sementara,” kata CEO Friary, Sam Crawford dalam sebuah pernyataan.

Mesin bekerja dengan kartu yang memungkinkan pemegangnya mengeluarkan tiga item per hari, sepanjang waktu.

“Ada banyak badan amal dan tempat penampungan yang bekerja tanpa lelah untuk membantu orang-orang yang kehidupan sehari-harinya paling terperosok dalam kesulitan. Meskipun banyak yang memiliki jam operasi terbatas,” kata Action Hunger dalam situsnya.

“[Ini] sering menghasilkan layanan yang tidak tersedia pada malam dan dini hari, dan harganya juga sangat mahal untuk dijalankan, dengan biaya mencapai ratusan ribu pound.”

“Manfaat langsung dari mesin penjual otomatis kami adalah bahwa mereka memuaskan rasa lapar dan memberikan makanan kepada anggota masyarakat yang paling rentan. Mereka mengizinkan akses ke makanan dan pakaian gratis setiap saat.”

Action Hunger menegaskan bahwa mesin tersebut akan menjadi pelengkap upaya lain untuk membantu para tunawisma di kota, dan bukan sebagai pengganti.

Namun, mesin itu juga menuai kritik. Sebab, itu dinilai membuat tunawisma menjadi malas berusaha untuk mendapat pekerjaan, sehingga mereka semakin betah untuk tetap berada di jalanan.

Para pengkritik berargumen, jika para tuna wisma ingin berlindung di tempat di mana mereka bisa mendapatkan bantuan profesional, mungkin mereka akan memperbaiki peluang mereka untuk keluar dari lingkaran kemiskinan.

“Kami tidak bisa membatasi berapa banyak barang yang bisa diterima orang, dan tidak dibangun dalam sistem cek. Semua pengguna kami di Nottingham harus menghubungi Friary seminggu sekali agar kartu mereka terus bekerja,” kata Khaled.

Action Hunger saat ini bekerja dengan dukungan individu dan bisnis lokal untuk stok mesin. Namun, mereka berharap untuk mendapatkan dukungan perusahaan-perusahaan besar, agar dampaknya lebih meluas.

Mereka berencana untuk go-global, dengan merilis mesin-mesin yang sama di kota-kota lain di Inggris dan Amerika Serikat pada akhir 2018.

Dua mesin rencananya akan dipasang di New York pada bulan Februari 2018. Los Angeles, San Francisco, dan Seattle selanjutnya akan menyusul New York.

“Ini baru permulaan. Saya sudah mendapat email dari orang-orang di Yunani, Spanyol, Australia dan Tiongkok, semua ingin tahu lebih banyak,” kata Khaled kepada Nottingham Post.

Seiring cerita mesin mendapatkan momentum di media, Khaled telah dihubungi oleh orang-orang di seluruh dunia yang ingin memasang mesin di kota mereka.

“Harapan terakhir saya untuk Action Hunger adalah agar ide kami berakar di kota-kota di seluruh dunia, dan bagi para tunawisma memiliki jalur kehidupan untuk diandalkan, sementara menunggu kebijakan pemerintah berhasil mengakhiri masalah tunawisma untuk selamanya,” tutup Khaled.

Tapi sebelum itu terjadi, dia membutuhkan seseorang untuk menjalankan kegiatan amal penuh waktu. Dia akan memulai pekerjaan penuh waktu di Goldman Sachs pada bulan Februari. (waa)