Mengenal Lebih Lanjut Diabetes

Oleh : Sinshe Wen Binrong

Setelah hukum absolut Newton malang melintang di dunia fisika selama 300 tahun, dan kemudian digantikan oleh teori relativitas Einstein, sesungguhnya sifat fisika materi tidak berubah, melainkan kearifan manusialah yang telah terjadi suatu terobosan, sehingga pengetahuan manusia lebih mendekati kebenaran.

Sifat fisika dan sifat kimia dari aktivitas organ tubuh manusia, seyogyanya memiliki nilai relative yang berbeda dan bukan nilai absolut seiring perbedaan fisik, kepribadian dan kondisi hidup individu manusia, karena organ tubuh manusia mempunyai kecerdasan, bisa mengikuti perubahan kondisi langit, bumi dan manusia, berubah pula nilainya.

Ketika pasien didiagnosa menderita penyakit Diabetes, maka dibutuhkan seumur hidup mengonsumsi obat untuk mengendalikan kadar gulanya, seolah divonis hukuman seumur hidup, sehingga senantiasa hidup dalam ketakutan.

Dalam praktek klinis, dapat disaksikan pasien yang mengonsumsi obat Diabetes secara jangka panjang, kulitnya berubah menjadi kasar, hitam, bahkan bisa gatal dan luka membusuk, sehingga ada yang sampai diamputasi.

Efek konsumsi obat jangka panjang lainnya daya penglihatan kian menjadi kabur, ada yang berkembang hingga buta. Daya pendengaran pun menurun, ada yang sampai tuli. Tidak sedikit penderita pria daya sexualitasnya menurun, ada yang sampai menderita impotensi.

Lebih jauh berefek, fungsi Ginjalnya menurun, sehingga pada akhirnya memerlukan cuci darah, tapi penderita masih tetap perlu mengonsumsi obat Diabetes, mengapa sampai terjadi demikian? Menderita satu jenis penyakit lalu muncul begitu banyak penyakit susulan lainnya?

Seorang pasien wanita berusia 53 tahun, sudah 17 tahun mengonsumsi obat Diabetes, kadar gula sebelum makan di antara 180-250.

Wanita ini datang berobat selama 1 tahun, namun kadar gulanya tidak banyak mengalami perubahan. Saya menasihatinya: ”Jangan terlampau mempedulikan kadar gula, sekian tahun selalu berada pada taraf demikian, ini mungkin adalah kondisi tubuh Anda, memang Anda memiliki daya tahan sebesar itu. Tingkat penggunaan glukosa setiap orang tidak sama, seperti halnya ada orang makan nasi dengan perlahan, ada yang gerakannya lamban, metabolismenya lamban, namun tidak dapat dikatakan gerakan yang lamban merupakan suatu penyakit.”

ilustrasi makanan (Shutterstock*)

Akan tetapi dibawah serentetan pengaruh pedagang obat dan pelaku medis, dia tidak lagi datang berobat.

Kemudian, seiring dengan mengonsumsi obat diabetes semakin lama kadar gulanya semakin meningkat, kadar gula sebelum makan mencapai 250-300, dokter memberitahu harus pakai injeksi Insulin.

Setelah diinjeksi, setiap hari luar biasa berkeringat, sampai harus berganti pakaian 5 hingga 6 kali, rambutnya selalu basah, wajahnya membengkak, dada sesak Jantung berdebar, sekujur tubuh merasa lelah tak bertenaga dan daya penglihatan semakin kabur saja. Saya beritahu dia: ”Itu dikarenakan efek obat telah melukai Jantung, injeksi Insulin dapat melukai Liver, mata merupakan jendela Liver, maka akan memengaruhi daya penglihatan, mudah terserang Glaukoma”.

Walau telah diinjeksi Insulin, namun kadar gula sebelum makan masih tetap bertengger di 200-300.

4 tahun kemudian, dia datang lagi, sekujur tubuhnya membengkak sulit dikenali dan raut wajahnya gelap. Dia mulai mengonsumsi sejenis bubuk herbal yang diperkenalkan oleh seorang teman, seluruh terapi dokter dia hentikan, dan datang untuk menjalani terapi Akupunktur.

Namun setelah diterapi sekian kali, kadar gulanya tidak mengalami perubahan besar, tapi gejala yang diderita berangsur-angsur mereda, hingga sekarang sudah berjalan 25 bulan, kondisi tubuhnya pun stabil.

Foto 3 Januari 2009, foto menunjukkan seseorang dengan diabetes menguji kadar gula darahnya di Kamen, Jerman. (AP Photo / Joerg Sarbach)

Seorang ibu hamil berusia 36 tahun, sedang mengandung 2 bulan, datang terapi karena sering muntah. Dia mengatakan suaminya berusia 43 tahun, kadar gulanya sebelum makan 240, dokter mengatakan harus diinjeksi Insulin, jika tidak kadar gulanya tidak dapat terkendali.

Maka ibu hamil ini bertanya kepada saya apakah Pengobatan Tradisional Tiongkok dapat menyembuhkannya? Saya mengusulkan kehadiran suaminya untuk diperiksa dahulu, karena Pengobatan Tradisional Tiongkok  (PTT) memiliki sudut pandang berbeda dengan Ilmu Kedokteran Barat tentang Diabetes.

Ketika dia datang kembali memeriksakan kehamilannya, sambil menangis dia mengatakan: ”Suami saya tidak berani menolak saran dokter dan menerima injeksi Insulin, namun setelah pertama kali diinjeksi, tubuh merasa tidak enak, maka mapan tidur lebih awal, siapa tahu keesokan harinya tidak pernah bangun lagi, tidak sempat lagi melihat kelahiran anaknya yang dia inginkan sekian lama.”

Seorang pasien pria berusia 36 tahun, dalam 1 tahun, berat badannya turun dratis, dari 85 Kg berkurang  menjadi 73 Kg, hasil periksa kesehatan terdapat banyak angka merah, diantaranya kadar gula sebelum makan 163, Liver berlemak stadium menengah, Arteriosklerosis (pengerasan pembulu darah arteri) dan EKG Jantung atau Elektrokardiogram jantung terdapat kelainan. Pasien tidak kuat berjalan, tungkai bawah menghitam, berdasarkan diagnosa dokter adalah gagal Jantung. Tekanan darah sewaktu berobat: 192/132.

Terapi perlu dibedakan yang berat dan yang akut didahulukan, maka saya pioritaskan pada system Jantung-Ginjal yang tidak serasi. Pasien tidak mengonsumsi resep obat diabetes dari dokter, saya juga tidak memberinya obat untuk Diabetes-nya. Setelah menjalani terapi selama 3-6 bulan, kadar gula-nya menjadi normal. Setelah itu kadar gulanya tetap normal.

Seorang nenek berusia 61 tahun, mengonsumsi obat Diabetes selama 22 tahun, kadar gula sebelum makan 229, diagnose dokter Gagal Ginjal kronis tahap kedua. Putrinya adalah seorang dokter.

Wajah si nenek nampak gelap kekuningan, tubuhnya kurus, makan dan tidur tidak baik dan sama sekali tidak bersemangat; tidak terdapat otot pada titik Hegu-nya, energi Lambungnya sangat buruk, maka saya berupaya memperkuat unsur tanah dengan menyehatkan organ limpa dan tidak mengobati Diabetes-nya.

Setelah terapi selama 3 bulan, dia dengan gembira memberi saya hasil pemeriksaan laboratorium, kadar gula sebelum makan 174. Walau belum mencapai nilai normal, namun makan dan tidurnya membaik dan jauh lebih bersemangat. Selanjutnya saya mulai menyembuhkan Diabetesnya, 2 bulan kemudian kadar gula sebelum makan 109. Ini menunjukkan ketika mekanisme tubuh diperbaiki, maka tubuh akan mampu melakukan pembenahannya sendiri.

Apakah Insulin dan kadar gula pasti merupakan tema utama dari penyakit Diabetes? Tubuh manusia merupakan alam semesta kecil, dan berpadanan dengan alam jagad raya, dalam tubuh eksis aliran energi, aliran material dan aliran informasi, merupakan tubuh presisi super, kreasi sang Pencipta.

Einstein pernah mengatakan: ”Mengejar kebenaran bahkan lebih terpuji daripada menginginkan kebenaran dari orang lain.”

Maka kita akan menunggu hingga kapan, agar iptek yang dibawakan untuk manusia tidak lagi ketakutan dan manipulasi, melainkan adalah rasa aman dan keterlepasan yang diperoleh setelah mengatasi hantu penyakit.  (TYS/WHS/asr)

Sumber ; Epochtimes.com