Serangan Udara Militer Suriah dan Sekutunya di Idlib Tewaskan Puluhan Orang Termasuk 8 Anak-anak

Epochtimes.id- Pasukan suriah meningkatkan tekanan pada dua benteng pertahanan oposisi terakhir di Suriah dengan serangan udara di provinsi Idlib. Langkah ini dilakukan sebagai bentuk membuyarkan pengepungan di dekat Damaskus, Senin (8/1/2018).

Pesawat Suriah dan Rusia memborbardir sasaran di wilayah barat laut Idlib, menekan dalam operasi selama seminggu menargetkan provinsi terakhir di negara tersebut yang melepaskan diri dari kontrol pemerintah.

Syrian Observatory for Human Rights menyebutkan setidaknya 21 orang tewas, termasuk delapan anak-anak dan 11 anggota keluarga yang sama” di sebelah barat kota Sinjar di tenggara provinsi itu.

“Rezim dan penyerangan Rusia terus berlanjut hari ini di beberapa bagian di provinsi Idlib,” kata Rami Abdel Rahman, kepala organisasi pemantau HAM yang berbasis di Inggris ini, kepada AFP.

Pasukan rezim yang didukung Rusia melancarkan operasi di tepi provinsi Idlib pada hari-hari terakhir tahun 2017 dan telah merebut kembali desa setiap hari sejak saat itu.

Setelah runtuhnya kelompok Daesh atau ISIS di Suriah dan Irak akhir tahun lalu, rezim Presiden Bashar Assad bertekad memulihkan cengkeramannya atas negara tersebut.

Provinsi Idlib berbatasan dengan Turki, hampir seluruhnya dikuasai oleh pasukan anti-pemerintah yang didominasi oleh oposisi Hayat Tahrir Al-Sham (HTS).

Sebuah ledakan pada Minggu di kota Idlib di sebuah markas untuk kelompok Ajnad Al-Qawqaz yang terdiri pejuang dari Kaukasus beroperasi di samping HTS, menyebabkan setidaknya 34 orang tewas, termasuk 19 warga sipil.

Jumlah korban akibat serangan tersebut masih belum rinci. Ada yang menyebutkan sekitar 23 jiwa namun jumlahnya meningkat pada Senin saat lebih banyak mayat ditemukan di reruntuhan.

Abdel Rahman mengatakan jumlah korban masih bisa meningkat karena lebih banyak korban diyakini terkubur di bawah reruntuhan dan banyak yang terluka berada dalam kondisi kritis.

“Tim penyelamat masih memilah-milah reruntuhan,” katanya.

Belum jelas apakah ledakan itu disebabkan oleh serangan udara atau akibat bentrokan internal yang terkadang terjadi di antara berbagai faksi oposisi yang berbeda.

Hampir seperenam Suriah pada puncak konflik yang berlangsung tujuh tahun, daerah-daerah di bawah kendali pemerintah sekarang mencakup lebih dari 50 persen wilayah Suriah.

Namun, kantong lainnnya di mana kelompok oposisi masih bertahan, adalah Ghouta Timur, daerah semi pedesaan di sebelah timur ibukota Damaskus yang merupakan rumah bagi sekitar 400.000 jiwa.

Pemberontak yang dipimpin oleh kelompok Jaish Al-Islam dalam beberapa hari terakhir mengepung pangkalan militer satu-satunya di daerah tersebut. Namun kantor berita negara SANA mengklaima pengepungan tersebut berhasil dipatahkan.

“Unit-unit dari Angkatan Darat Arab Suriah telah menghentikan pengepungan Pangkalan Kendaraan Bermotor di Harasta,” katanya, menambahkan bahwa operasi terus dilakukan untuk mengamankan basis sepenuhnya.

Menurut Observatorium, pertempuran di Harasta sejak pangkalan tersebut dikepung pada akhir Desember membuat 72 pejuang rezim dan 87 orang oposisi tewas.

Penembakan dan pemboman Ghouta Timur yang terkepung, di mana kondisi kemanusiaan telah memburuk tajam dalam beberapa bulan terakhir mengakibatkan meningkatnya korban jiwa.

“Korban terakhir terjadi pada Senin saat serangan udara membunuh seorang anak dan dua warga sipil lainnya di Madira, sebuah desa di Ghouta Timur,” kata Observatorium.

Lebih dari 340.000 orang terbunuh dan jutaan lainnya diusir dari rumah mereka sejak konflik Suriah meletus dengan demonstrasi anti-pemerintah pada 2011 silam. (asr)

Sumber : AFP/Arab News