Presiden Korsel Puji Donald Trump Usai Dialog Antara Korea Utara-Selatan

Epochtimes.id- Presiden Korea Selatan Moon Jae In memuji Presiden Amerika Serikat, Donald Trump pada Rabu (10/1/2018) karena turut memberikan kontribusi terselenggaranya pembicaraan antara dua Korea.

Pertemuan dua korea tersebut merupakan pertama kalinya dalam rentang waktu lebih dari dua tahun. AS memperingatkan Pyongyang akan menghadapi sanksi yang lebih berat jika terus terjadi provokasi.

Perundingan tersebut diadakan pada Selasa (09/1/2018) di zona demiliterisasi Korea Selatan, yang telah membagi dua Korea sejak 1953 silam ketika ketegangan  berkepanjangan di semenanjung Korea gara-gara program rudal dan nuklir Korea Utara.

Korea Utara masih menggencarkan uji coba peluncuran rudal balistik tahun lalu. Bahkan Korut menggelar uji coba nuklir ke enam dan paling dahsyat hingga memicu dikenai dunai internasional dengan sanksi berat.

Sanksi PBB terakhir secara drastis memangkas akses Korut untuk mengimpor minyak mentah dan mengirim pekerja ke luar negeri. Pyongyang menyebut langkah-langkah itu sebagai “tindakan perang.”

Seoul dan Pyongyang sepakat pada perundingan Selasa lalu sebagai pertemuan pertama kali sejak Desember 2015. Kedua pihak sepakat menyelesaikan semua masalah di antara mereka melalui dialog. Kedua pihak menyatakan akan menghidupkan kembali perundingan militer sehingga konflik yang tidak disengaja dapat dihindari.

“Saya pikir Presiden Trump pantas mendapat pujian besar karena mendorong pembicaraan antara Korea, saya ingin menunjukkan rasa terima kasih saya,” kata Moon kepada wartawan saat konferensi pers Tahun Baru.

“Itu bisa berhasil akibat sanksi dan tekanan yang dipimpin AS,” tambahnya.

Trump dan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un saling mengecam selama tahun lalu, menimbulkan kekhawatiran akan adanya perang baru di semenanjung Korea.

Korea Selatan dan Amerika Serikat secara teknis masih berperang dengan Korea Utara setelah konflik Korea 1950-53 berakhir dengan sebuah gencatan senjata, bukan sebuah perjanjian damai.

Sikap Dasar

Sejumlah pihak mengemukakan kekhawatiran bahwa tawaran dialog Korea Utara dapat mendorong aliansi antara Korea, Moon mengatakan bahwa pemerintahannya tidak bertentangan dengan Amerika Serikat mengenai bagaimana menanggapi ancaman yang ditimbulkan oleh Pyongyang.

“Babak pembicaraan awal ini adalah untuk perbaikan hubungan antara Korea Utara dan Korea Selatan. Tugas kita ke depan adalah menarik Korea Utara untuk melakukan pembicaraan yang ditujukan pada denuklirisasi,” kata Moon.

“(Ini) sikap dasar kita yang tidak akan pernah menyerah,” ujar Moon.

Moon mengatakan bahwa dia terbuka untuk bertemu dengan pemimpin Korea Utara kapanpun untuk memperbaiki hubungan bilateral.

“Tujuannya seharusnya tidak menjadi pembicaraan demi perundingan,” katanya.

Presiden Korea Selatan Moon Jae In menjawab pertanyaan wartawan saat konferensi pers Tahun Baru di Gedung Biru Presiden di Seoul, Korea Selatan, 10 Januari 2018. (Reuters / Kim Hong Ji)

Namun, Pyongyang mengatakan pihaknya tidak akan membahas senjata nuklirnya dengan Seoul karena hanya ditujukan ke Amerika Serikat, bukan “saudara laki-lakinya” di Korea Selatan, Rusia atau Tiongkok, yang menunjukkan terobosan diplomatik tetap jauh.

Surat kabar Korea Utara, Rodong Sinmun mengatakan bahwa semua masalah akan diselesaikan melalui usaha rakyat Korea.

“Jika Korea Utara dan Selatan meninggalkan kekuatan eksternal dan bekerja sama bersama, kita akan dapat menyelesaikan semua masalah dengan kebutuhan masyarakat kita dan kemakmuran bersama kita,” katanya.

Washington masih menyambut perundingan pada Selasa itu sebagai langkah awal penyelesaian krisis nuklir Korea Utara.

Departemen Luar Negeri AS mengatakan akan tertarik untuk bergabung dalam perundingan di masa depan jika prasyarat dipenuhi dengan tujuan untuk melakukan denuklirisasi di Korea Utara.

Amerika Serikat masih memiliki 28.500 tentara yang ditempatkan di Korea Selatan, awalnya AS menanggapi dengan dingin gagasan pertemuan antara Korea.

Trump kemudian menyebut pertemuan dua korea “hal yang baik” dan mengatakan dia bersedia berbicara dengan Kim.

Delegasi Besar Olimpiade

Pyongyang juga mengatakan akan mengirim delegasi besar ke Olimpiade Musim Dingin bulan depan di Korea Selatan.

Washington setuju dengan Seoul pekan lalu untuk menunda latihan militer gabungan. Bagi Pyongyang Latgab ini dikecam sebagai latihan untuk invasi sampai setelah Olimpiade.

Namun, Washington mengatakan bahwa mencairnya Selatan-Utara tidak mengubah penilaian intelijen Amerika Serikat atas program senjata Korea Utara.

Amerika Serikat juga telah memperingatkan semua opsi, termasuk militer jika diperlukan dalam berurusan dengan Korea Utara.

Soal provokasi Korut, Presiden juga mengatakan tak hanya sebatas pada perundingan. “Kita tidak bisa mengatakan pembicaraan adalah satu-satunya jawaban,” kata Moon.

“Jika Korea Utara melakukan provokasi lagi atau tidak menunjukkan ketulusan dalam menyelesaikan masalah ini, masyarakat internasional akan terus menerapkan tekanan dan sanksi yang berat,” kata Moon.

Seoul mengatakan pada Selasa lalu bahwa pihaknya siap untuk menawarkan bantuan keuangan dan mencabut sejumlah sanksi sepihak untuk sementara agar warga Korea Utara dapat menghadiri Olimpiade.

Korea Utara mengatakan delegasinya terdiri atlet, pejabat tinggi, pemadu sorak, artis seni, jurnalis dan penonton.

Namun, kata Moon, saat ini Korea Selatan tidak memiliki rencana untuk melonggarkan sanksi sepihak terhadap Korea Utara, atau mengaktifkan kembali pertukaran ekonomi yang dapat melanggar sanksi PBB. (asr)

Sumber : Reuters via The Epochtimes/Christine Kim dan Soyoung Kim